KETIKA ISTRI DIMADU

KETIKA ISTRI DIMADU

Oleh:  Miss Andini  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
17Bab
4.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Perceraian Bambang karena orang ketiga membuat hidup anak dan istrinya sengsara. Hanum harus bekerja banting tulang demi bisa makan ketika Bambang lepas tangan untuk menafkahi putrinya, Marwah. Ternyata hidup ini kejam untuk seorang janda. Caci maki kerap ia dengar dari sekelilingnya. Tak tahan hidup susah, Hanum rela meninggalkan anaknya demi hidup berkecukupan dengan pria mapan. Hidup Marwah makin pahit ketika kedua orang tuanya sengaja membuangnya. Rasa dendam menyelinap di hati gadis kecil itu. Saat ia dewasa dan sukses, orang tuanya kembali menuntut baktinya sebagai anak meski mereka sadar jika sudah meninggalkan Marwah.

Lihat lebih banyak
KETIKA ISTRI DIMADU Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Bulan Alexander
keren. semangat terus untuk menulis
2022-02-09 00:11:03
0
17 Bab
DIMADU
 “Hanum, cepetan ke jalan Mangga Dua!" Suamimu sedang melangsungkan pernikahan dengan wanita lain.” Terdengar suara Mira, sahabat Hanum dari ujung ponsel.Dengan tergopoh dan perasaan tak menentu, wanita satu anak itu segera menuju ke lokasi. Sama-samar terdengar seseorang sedang mengucap kalimat ijab qabul dari sebuah rumah sederhana.Alangkah terkejutnya Hanum, menyaksikan suaminya dengan lancar mengucapkan kalimat sakral itu dan disahkan banyak orang di depan penghulu.“Apa-apaan ini, Mas?” sentak Hanum mengalihkan pandangan semua orang.Seketika wajah Bambang menegang. Tak mengira jika istrinya akan hadir di pernikahan sirinya dengan karyawannya di percetakan. Pengantin laki-laki itu bangkit lalu menhampiri istri sahnya. Sontak menjadi buah bibir para yang hadir.“Sekarang kamu pulang dulu!” titah Bambang setengah berbisik. “Nanti, kita bicarakan ini di rumah.”“Segampang
Baca selengkapnya
ISTRI MUDA
 Seiring waktu Hanum berusaha berdamai dengan takdir jika dirinya bukan satu-satunya istri Bambang. Ia harus rela berbagi suami. Apalagi akhir-akhir ini Bambang jarang pulang. Suaminya itu lebih suka menghabiskan waktu dengan istri mudanya.“Ma, Papa mana? Kok ga ikut makan malam sama kita?” tanya Marwah yang mulai kritis, kenapa ayahnya sekarang jarang punya waktu bersamanya.Hanum tersenyum, mengusap pipi anak semata wayangnya yang berumur sebelas tahun. Nyaris saja air mata itu tumpah. Melihat Marwah mulai kekurangann kasih sayang seorang ayah.“Pekerjaan Papa lagi banyak, Sayang.” Hanum beralasan.“Banyak pesanan ya, Ma?”“Iya, Sayang.” Hanum mengangguk.“Hore, kalau Papa banyak pesanan berarti Papa banyak uang,” sorak gembira gadis kecil itu. “Bisa beliin Marwah mainan baru, ajakin jalan-jalan.”Kebahagiaan Marwah menggores luka di hati Hanum. An
Baca selengkapnya
SATU ATAP DUA ISTRI
 “Mas, kapan kamu mau beliin aku rumah!” tagih Mayang lagi ketika suaminya tak kunjung jua menepati janji.“Aku tuh malu sama bapak, ibu,” keluhnya. “Sudah nikah masih tinggal di rumah orang tua.”“Beli rumah itu mahal, Dek,” sahut Bambang sabar. “Mending kalau di kota kecil kita ini ada perumahan, pasti aku ambilin untuk kita satu.”“Ya, sudah kalau kamu ga bisa beliin aku rumah, aku tinggal di rumah kamu saja,” tukas Mayang singkat.“Serius kamu?” Bambang tak percaya kalau istri keduanya mau tinggal seatap dengan istri pertama.“Mau gimana lagi,” sahut Mayang sewot. “Enak saja, istrimu tinggal di rumah yang besar sedang aku tetap tinggal di rumah orang tuaku sendiri.”“Ya udah, nanti aku bilang dulu ya sama Hanum.”“Ga usah!” potong Mayang cepat. “Nanti malah istri tuamu ga setuju, ak
Baca selengkapnya
PEMBANTU GRATISAN
 Mayang sudah terlihat cantik dalam balutan dress seatas lutut. Meski sedang hamil, Mayang masih terlihat modis, jadi begitu sedap dipandang mata. Hari ini ia akan bersiap belanja perlengkapan bayi bersama suaminya.“Pa, aku ikut jalan-jalan, ya!” rengek Marwah saat Mayang dan Bambang sudah di samping mobil.“Ga usah,  nanti ngrepotin lagi!” sentak Mayang langsung tanpa basa-basi. Seketika mata Marwah langsung memerah menahan tangis.“Marwah di rumah saja ya, sama Mama,” hibur Bambang menenangkan anaknya.“Diajak kenapa sih, Mas? Sekalian jalan-jalan,” ucap Hanum yang langsung ke luar dari rumah.“Ga ah, nanti bikin repot,” tolak Mayang kasar. “Ayo Mas, nanti keburu siang!”Tanpa rasa berdosa Mayang langsung masuk ke mobil yang kemudian diikuti oleh Bambang. Terlihat mobil meninggalkan Hanum dan Marwah yang mematung.“Kenapa sih, Ma, Papa s
Baca selengkapnya
CAMPUR TANGAN MERTUA
 Mayang terbebani tugas sebagai ibu muda saat Hanum tak mau lagi membantunya mengurus Putra. Anaknya yang siang malam selalu rewel membuatnya lelah. Lama-lama ia tak kuat sehingga mengadu kepada orang tuanya.Tak pelak, hal ini membuat orang tua Mayang murka. Dengan tatapan marah Pak Mamad dan Ibu Entin menyidang Bambang dan Hanum.“Kenapa kamu tega membiarkan anak saya kerepotan mengurus anaknya!” Hardik Bu Entin pada Hanum. “Kalau anak saya kelelahan dan jatuh sakit, bagaimana?” tatapan Bu Entin melotot.Tak mau disalahkan dengan sikap manja madunya, seketika Hanum membela diri.“Saya sudah enam bulan bantu anak ibu mengurus bayinya, ya,” tukas Hanum dengan tatapan tajam.“Mayang itu kan belum pengalaman mengurus bayi, jadi wajar jika dia masih perlu bantuan kamu.” Bu Entin tak mau kalah.“Itu kan anaknya Mayang, kenapa saya yang harus repot,” sahut Hanum ketus.
Baca selengkapnya
PELET CINTA
 Rasa lelah mendera. Mayang baru selesai mencuci bajunya dan Putra yang sudah empat hari menumpuk di keranjang. Orang tuanya termasuk oramg biasa saja, jadi tak ada mesin cuci untuk mempermudah proses mencuci.Dulu, waktu masih kerja, semua baju kotornya dicuci dan digosok oleh sang ibu. Jadi, ia tak perlu repot-repot berjibaku dengan detergen yang bikin tangan kasar. Namun, sekarang, semenjak ia punya anak dan menumpang hidup, mau tak mau ia harus mencuci sendiri.“Duh, gini amat sih hidup!” umpatnya dengan duduk kasar di kursi panjang, di bawah pohon mangga.Ia mengenang beberapa bulan saat di rumah suaminya. Nyaris ia tak pernah menyentuh pekerjaan rumah tangga. Pekerjaannya hanya makan , tidur, ongkang-ongkang kaki sambil nonton televisn dan main ponsel. Semua pekerjaan rumah tangga beres oleh Hanum.“Ini semua gara-gara Mbak Hanum!” umpatnya kesal. “Hidupku jadi susah kan?”“Hai, bengong aja
Baca selengkapnya
DITALAK
 Malam merambat. Putra sudah terlelap di box bayi. Mayang mengganti gaun tidur transparan di depan suaminya sehingga membuat Bambang menelan saliva. Dengan manja. Mayang mendekati sang suami yang sedang duduk di tepi ranjang.“Mas, kamu ceraian Mbak Hanum, ya!” Sebuah permintaan yang begitu mengejutkan Bambang.Tak ada mendung, tak ada hujan, tiba-tiba istri mudanya menyuruhnya untuk menceraikan istri pertama.“Aku ga mau dimadu, Mas,” ucapnya manja. “Aku hanya ingin jadi istrimu satu-satunya.”“Kalau aku ceraikan Hanum, bagaimana nasib Marwah?” Pertanyaan Bambang membuat senyum di wajah Mayang memudar.“Marwah kan udah gede,” sahut Mayang dengan cemberut. “Sudah bisa ditinggal nyari duit.”“Tapi…” ucapan Bambang menggantung.“Ayolah, Mas!” potong Mayang bergelayut manja. “Aku sudah berusaha menjadi istri yang baik
Baca selengkapnya
USAI BERCERAI
 Setelah surat perceraian resmi dikeluarkan Pengadilan Agama, Hanum dan Marwah harus rela meninggalkan rumah yang sudah bertahun-tahun mereka tempati. Dengan berat Hanum menatap rumah yang nyaman itu untuk terakhir kalinya.“Ma, kenapa kita harus pergi?” tanya Marwah yang tak paham jika kedua orang tuanya berpisah.“Rumah ini bukan hak kita lagi,” sahut Hanum tersenyum dengan genangan air mata.“Kenapa?” Marwah ingin tahu. “Bukankah ini rumah Papa?” tanyanya. “Kalau ini rumah Papa berarti ini rumah Mama dan Marwah juga dong?”Hanum berjongkok guna mensejajari anaknya. Sudah seharusnya ia mengatakan keadaan sebenarnya agar kelak di kemudian hari Marwah tak pernah bertanya lagi tentang ayahnya.“Dengar, Sayang! Mama dan Papa sekarang tak bisa hidup bersama lagi.”“Karena Papa sudah punya Tante Mayang dan dedek Putra ya, Ma?” tanya Marwah membuat ib
Baca selengkapnya
DERITA JANDA
 Hanum putus asa. Sebulan usahanya mencari pekerjaan tak kunjung mendapatkan hasil. Di pengunjung senja, dengan letih ia pulang dan segera meneguk segelas air putih sesampaianya di rumah.“Dapet, Mbak, kerjanya?” tanya Desi yang baru saja muncul dari kamar.“Belum, Des,” jawab Hanum lesu.“Yah, tombok lagi deh Mas Hari,” sahut Desi dengan mimik muka sewot membuat Hanum makin tak enak hati.“Besok, Mbak nyari kerja lagi deh.”“Mending Mbak jualan saja deh!” usul Desi kemudian. “Daripada cari kerja, udah sebulan lebih ga dapet-dapet.”“Jualan apa?” Hanum bingung.“Apa aja kek,” sahut Desi ketus. “Jualan nasi uduk, kue, sayur. Banyak tuh peluangnya? Dan tiap hari pasti dapet duit.”“Tapi Mbak modal darimana, Des?” keluh Hanum.“Tahu, deh?” Sewot Desi menanggapi ucapan iparnya. Kemu
Baca selengkapnya
SUAMI TAKUT ISTRI
 Hanum berusaha ikhlas menjalani takdirnya. Berprasangka baik jika semua akan baik-baik saja. Namun kata-kata kasar yang ditorehkan oleh iparnya  menyayat hati.“Mbak, sini dong patungan buat beli beras, bayar listrik dan makan sehari-hari!” pinta Desi kasar di depan mertua dan suaminya.“Masa iya pakai uang Mas Hari mlulu!” cecarnya. “Rugi dong.”“Tapi aku bisa apa, Des?” tampik Hanum. “Kamu tahu sendiri, jualan kue sepi. Cuma cukup buat beli jajan Marwah saja.”“Cari kek kerja juga!” hardik Desi, sedang suaminya hanya jadi penonton. “Buruh cuci, kerja di toko, pembantu.”“Maklumi keadaan kakakmu ya, Har!” pinta Bu Narti minta belas kasihan. “Rezekinya sedang seret.”“Sampai kapan, Bu?” tanya Desi ketus. “Kalau masih nanggung makan ibu sih kami masih bisa karena ibu memang kewajiban Mas Hari,”
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status