Salahkah Aku Mencintaimu

Salahkah Aku Mencintaimu

Oleh:  Roesaline  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
45 Peringkat
86Bab
9.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Aku talak kamu dengan sadar tanpa paksaan," ucap Reza dengan lantang dan jelas sambil menatap mataku. "Menikahlah dengan Arjuna dan beri aku seorang anak sebagai penerusku, Zhee." Aku tidak mengira suamiku tega berbicara seperti ini kepadaku. Karena kecelakaan sebelum pernikahan itu ternyata membuat suamiku kehilangan kejantanannya. Tiga tahun menikah aku tetap suci tanpa disentuhnya. Kami berdua saling mencintai dan berpacaran sudah lima tahun lamanya. Sementara keluarganya menuntut generasi penerus keluarga besarnya sebagai penerus Perusahaan Armando Group. Demi kehormatannya Reza menjatuhkan talak secara agama dan menikahkan aku dengan asistennya yang bernama Arjuna. Bagaimanakah akhir cintaku dengan Reza yang sudah terjalin delapan tahun? Dan bagaimana pula dengan hubunganku yang baru dengan Arjuna, cinta sejatiku. Dalam hukum negara aku masih sah istri Reza. Bagaimana perjuangan cinta kami yang masih terpaku dalam bayang-bayang Reza dan Diana tunangan Arjuna.

Lihat lebih banyak
Salahkah Aku Mencintaimu Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Yuliani
ceritanya bikin penasaran. ditungguin thor. kok lama episode selanjutnya
2022-04-05 20:49:13
1
user avatar
Luna Lupin
menarik nih up lagi thor ......
2022-02-22 00:36:57
0
user avatar
elevenmidnight
seru banget parah. bikin nagih ><
2022-02-21 19:56:09
0
user avatar
Anggrek Bulan
Aku suka banget nih ceritanya
2022-02-14 07:56:31
0
user avatar
Galuh Arum
keren akak lanjutkan
2022-02-14 07:29:11
0
user avatar
Flobamora_Tuka
Yey.. nemu cerita kesukaan aku ...
2022-02-08 19:29:03
0
user avatar
Diganti Mawaddah
Nah, cakep niih... lanjut Bun
2022-02-05 10:49:03
0
user avatar
Alen D.
Ceritanya menarik, baru kali ini baca novel pebinor jalur halal ... Arjuna, sini sama kakak. ......
2022-02-05 10:43:49
0
user avatar
Putkerr
Nice story
2022-02-05 10:15:04
0
user avatar
CahyaGumilar79
Ceritanya keren dan menarik.. Sukses Kak
2022-02-05 08:21:28
0
user avatar
A.R. Ubaidillah
Pelik sekali cerita ini, bergizi tapi...
2022-02-04 19:11:25
0
user avatar
Anung DLizta
keren Kak, cerita sangat menyentuh.
2022-02-04 14:28:26
1
user avatar
Esi Apresia
Sudah baca cerita ini sampai dua kali. Penyampaian isinya sampai ke hati. Author keren banget. UP up ...
2022-02-02 20:13:20
2
user avatar
Rai Seika
Ceritanya mengandung bawang T.T tisu mana tisu
2022-02-02 20:04:34
1
user avatar
Jasmine
Mampir lagi ni, seru kk....
2022-01-27 22:37:58
1
  • 1
  • 2
  • 3
86 Bab
1. Terpaksa Menikah
Reza menyiapkan kejutan romantis di hari ulang tahunku."Kita nikmati hari spesial ini, Sayang? Aku tidak ingin seorang pun mengganggu kita," bisiknya lembut di telingaku, sambil kemudian menarik kursi untuk aku duduk."Terima kasih, Mas," jawabku lembut.Reza mengambil tempat duduk tepat di depanku. Dia terus menatapku seolah banyak hal yang ingin disampaikannya."Ayo kita makan keburu dingin!" pintanya."Wow makanan kesukaanku, kamu paling tahu aku, Mas," ujarku haru dan bahagia sekali."Selamat ulang tahun, Sayang!" bisik Reza. "Ini hadiah spesial buatmu," lanjutnya sambil memberikan sebuah kontak mobil."Apa ini, Mas Reza? Mobil? Terima kasih, Sayang!" ujarku beranjak bangun  kemudian memeluk dan mencium Reza."Iya, warna putih kesukaanmu, tapi sayang mobilnya ada di rumah," ujar Reza."Aku penasaran ingin segera mencobanya, Mas Reza!" ujarku masih kegirangan."Aku seneng melihat kamu bahagia, Zhee," ujar
Baca selengkapnya
2. Belum Saling Mengenal
Reza tidak tampak lagi batang hidungnya sampai acara itu selesai. Dan akhirnya ustadz serta dua orang saksi pulang. Aku dan Arjun diam tidak saling bicara, hanya sesekali aku melirik ke arah Arjun demikian juga dengan dia. Kami berdua masih menunggu Reza, dia meninggalkan kami berdua di villa itu, tanpa mobil yang bisa membawaku pulang. Dret ... Dret ... Dret! Ponselku bergetar, telepon dari Reza. Padahal sebelumnya aku dan Arjun sudah berusaha menghubunginya tapi tidak aktif."Kamu dimana, Mas?" tanyaku spontan begitu telepon kuangkat."Kamu speaker, aku juga ingin bicara dengan Arjun!" perintah Reza. Aku pun segera memencet speaker  menunggu dan mendengarkan Reza berbicara."Zhee, Arjun, aku minta maaf, tolong demi kehormatan keluargaku dan harga diriku, beri aku seorang anak! Hanya kamu harapanku satu-satunya, Arjun. Aku hanya percaya kepadamu seorang," ujar Reza memohon."Kamu gila, Mas! Kamu egois! Tidak pernah memikirk
Baca selengkapnya
3. Malam Pertama
Aku sendiri di kamar atas, berkali-kali aku mencoba menghubungi Reza tapi ponselnya tidak aktif. Aku menghubungi Eko, sopir pribadinya. "Iya, Nyonya?" jawabnya setelah teleponku diangkat. "Dimana bosmu, Pak Eko?" tanyaku melampiaskan kesal. "Dia pergi sendiri, Nyonya. Semenjak dari puncak itu dia belum pulang ke rumah," ujar Eko. "Pak Eko, tolong cari dia sampai ketemu. Lacak keberadaannya lewat GPS, samperin dia dan telepon aku begitu menemukan dia, Pak Eko!" ujarku sambil menangis. "Baik, Nyonya!" jawab Eko. "Cari sampai ketemu, Pak Eko! Aku yakin hatinya sedang hancur karena keputusannya sendiri," lanjutku masih menangis. "Baik, Nyonya!" jawab Eko tegas. Aku menutup teleponku sambil kubanting ponselku di atas kasur. Tangisku pun semakin meledak tak tertahan lagi.  "Kamu biadab, Mas! Kamu hancurkan hidupku seperti ini! Apa salahku padamu, Mas? Tidak adakah rasa iba sedikit pun di hatimu kepadaku, Mas?" ru
Baca selengkapnya
4. Sayembara Reza
Arjun membopong tubuhku masuk kamar mandi.  "Lepaskan, Arjun," desakku berontak. Dia menurunkan aku di bawah shower dan segera membuka krannya. Aku terkesiap, tubuhku yang tanpa busana langsung basah kuyup demikian juga dengan baju Arjun. "Pergi!" teriakku mengusir. "Nyonya Zhee yang cantik, emangnya aku takut air?" katanya. Begitu aku memercikkan air ke tubuhnya. Tanpa menyerah dia tetap maju bahkan menarik dan mendekap tubuhku. Dan pergulatan itupun terjadi lagi, di bawah rintik-rintik air shower bak hujan membuat suasana semakin syahdu. Kembali gairahku terbakar, aku menikmati setiap sentuhan dari tangan kekarnya. Arjun pun dengan gairah perkasanya membawaku terbang menggapai kenikmatan. Aku benar-benar merasa puas, kenikmatan yang tidak bisa kugambarkan yang lama sekali kurindukan. Ini adalah naluri alami wanita, siapapun menginginkannya. Setelah mandi, kita berdua membuat sarapan. Arjun memang mahir memasak, aku sanga
Baca selengkapnya
5. Rindu Menyiksa
"Ayo kita pulang, Arjun! Kita cari Mas Reza, ini bukan kebiasaannya datang ke tempat seperti itu," ajakku mendesak. "Nyonya Zhee, kamu yakin? Bukankah dia sudah mentalak kamu? Apapun alasannya kalian bukan suami istri lagi. Kalian menikah secara agama, bercerai secara agama pula. Surat nikah hanya  mencatat status kalian di depan hukum negara. Kamu sudah tidak bisa hidup seatap lagi, Zhee! Dia bukan suamimu lagi, dia sudah mencampakkanmu, s diadarlah Zhee!" teriak Arjun kesal. "Tidak! Tidak Arjun, aku masih istrinya!" teriakku emosi dan marah. "Aku sudah menikahimu secara agama Islam, kamu istriku! Pernikahanmu dengan Reza sudah putus, Zhee! Sadarlah! Zina bila kamu melakukannya bersama Reza," kata Arjun berusaha menjelaskan. Tapi aku masih tidak percaya dengan kenyataan kalau hubunganku benar-benar telah putus dengan Reza. Tidak mungkin aku melepas Reza begitu saja, tapi tidak mungkin pula aku mempertahankannya, sekarang ada Arjun dalam hidupku.
Baca selengkapnya
6. Cinta yang Menggebu
Aku melihat Arjun yang tertegun melihat Eko membawakan banyak barang  dari Reza untukku. Tapi apa artinya bagiku? Dia sudah menyakitiku sedemikian dalamnya. "Pak Eko, tolong berikan semua barang ini ke panti asuhan, atau kepada orang yang sedang membutuhkannya. Bilang pada bosmu kalau barang sudah saya terima ya?" perintahku kepada Eko  dengan sopan. "Nyonya yakin?" tanya Eko. "Tidak coba dibuka dulu apa isi bingkisannya?" lanjutnya. "Tidak, Pak Eko," jawabku tegas. "Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu, Nyonya," jawab Eko. "Permisi Mas Arjun!" lanjutnya berpamitan. "Iya Eko, terima kasih!" ucap Arjun lembut. Eko pun pergi meninggalkan kami berdua. Aku dan Arjun saling berpandangan lama sekali seolah sedang saling bertanya banyak hal. Kenapa untuk kali ini aku memikirkan perasaan Arjun, aku takut dia cemburu. Cinta dan perhatian seperti Arjun yang sedang aku butuhkan sekarang.. "Sarapan sudah siap, Zhee!" teriak Ar
Baca selengkapnya
7. Mengukir Kenangan Terakhir
Setelah mandi aku dan Arjun ke luar jalan-jalan. Sekalian kita mencari oleh-oleh di pengrajin sekitar danau. Banyak pedagang menjajakan dagangannya di seputaran danau. Aku memilih baju tidur bermotif batik bergambar danau tempat wisata. "Aku melihat lukisan di sana sebentar ya, kamu santai saja pilih-pilih baju," ujarnya kemudian berlari pergi. Aku hanya memandang dia dari belakang, dalam hati bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan? Aku melihat dia sedang berbincang-bincang dengan seorang pelukis. Tak lama kemudian dia sudah kembali menghampiriku. "Sudah dapat belum bajunya?" tanya Arjun. "Sudah, nunggu dibungkus tuh. Kok kamu cepet sekali?" tanyaku balik. "Iya, cuma lihat-lihat!" jawabnya. "Ayo kita keliling danau pakai perahu boat!" ajaknya kemudian. "Ayo, siapa takut?" sahutku. Kami bergandengan tangan menuju perahu boat. Kembali kita berputar-putar mengelilingi danau menikmati pemandangan sekeliling danau. Dunia seperti m
Baca selengkapnya
8. Reza Menjeput
"Kamu memang brengsek ya!" umpatku. "Aku? Kenapa?" tanya Arjun sambil tersenyum lebar. Setiap kali Arjun berbicara senyum dan tertawa renyah selalu menyertainya. Itu makanya dia terkesan lelaki penyabar dan ramah. "Dibilang brengsek masih bisa-bisanya tersenyum bangga," olokku kesal. "Istriku yang cantik, bisa-bisanya kamu ngatain suamimu brengsek. Suka ya punya suami brengsek?" bisiknya menggoda. "Coba bayangkan, kamu bicara sama Diana, kelihatannya memuji dia tapi aku yang dicolek, kelihatannya mengecup dia tapi aku yang kamu cium, dasar!" olokku. "Tapi tetap kamu yang untung kan, Zhee?" jawab Arjun. Sambil berbicara Arjun menyiapkan dan menata meja makan. Aku hanya melihat Arjun yang sibuk mondar-mandir. "Nyonya besar, sampai kapan kamu hanya berdiri di situ? Cepat duduklah, sebentar lagi Bos Reza akan menjemput kita!" ujarnya datar. Aku terperanjat seolah diingatkan kembali bahwa Reza akan segera datang menjemput. Rasanya belum ingin keindahan cinta ini cepat berakhir. Ak
Baca selengkapnya
9. Cemburu
Kenapa hatiku begitu sakit, melihat kedekatan Arjun dan Diana. Arjun menatapku dari spion, kami saling berpandangan. "Tidakkah kamu merasakan, Arjun, betapa hancurnya hatiku?" batinku sambil menatap geram wajah Arjun dari spion. Arjun yang menyadari hanya tersenyum menggoda. "Zhee, nanti malam ada acara ulang tahun perusahaan kita. Dandanlah yang cantik ya!" pinta Reza datar. "Nanti malam? Aku capek, Mas Reza, gimana kalau aku tidak usah pergi?" tawarku. "Jangan Zhee, kamu harus datang! Mama dan papa pasti akan menanyakan dirimu. Apa yang harus aku katakan nanti, Zhee?" kata Reza memaksa. "Mana sih yang capek Sayang, biar aku pijitin!" ujarnya sambil menarik kepalaku dan direbahkan ke pangkuannya. Aku ingin menolaknya tapi tidak, Arjun sudah membuat aku cemburu, ini saatnya aku membalasnya. Aku memaksanya berlagak mesra dengan merebahkan kepalaku di pangkuan Reza. Dalam lubuk hatiku yang paling dalam, sekarang aku merasa aneh disentuh Reza. Terasa disentuh orang asing, terasa ki
Baca selengkapnya
10. Pesta Ulang Tahun Perusahaan
Aku terbelalak, segera kutarik tubuhku dan sedikit mendorong tubuh Arjun. "Ada Mas Reza, Arjun," bisikku lirih. "Kembalilah ke sana, Zhee, cepat!" desak Arjun. Arjun berlari bersembunyi di samping gerobak sampah. Kebetulan di dekatku ada beronggok-onggok sampah yang belum masuk ke gerobak. Aku mengambil ponsel dari saku rokku dan berpura-pura sedang berbicara di telepon di taman. "Iya nanti aku transfer, ini masih perjalanan," kataku berpura-pura. "Apa yang kamu lakukan di sini, Zhee?" tanya Reza penasaran. Aku tahu Reza orang yang cerdas, bahkan dia jauh lebih cerdik dan licik dibanding aku yang hanya amatiran. "Aku pesan gaun pesta ke butik langgananku," kataku berbohong. "Tidak perlu repot-repot, Zhee, aku sudah memesannya buat kamu! Emangnya butik langgananmu tidak bilang kalau aku sudah memesan gaun bahkan mungkin sekarang sudah diantar ke rumah, kamu tinggal memilih mana yang kamu suka," kata Reza. Sontak aku malu, ternyata aku salah berbohong dengan alasan itu. Aku lupa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status