Amazing brie

Amazing brie

By:  Himmalelie  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
13Chapters
885views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sebuah pesan dari atasan, membuat hidup Brie berubah total. Dipecat dari perusahaan dan banting setir menjadi fotografer freelance, membuat Brie bertemu dengan Edwin untuk suatu pekerjaan. Karakter sifat Edwin mirip dengan mantan atasan Brie yang sangat ia benci, hingga timbul perasaan aneh yang berbanding terbalik dengan perasaannya dulu. Ya, Brie jatuh cinta pada Edwin. Apakah mereka dapat bersama? Apakah semesta merestui mereka?

View More
Amazing brie Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
13 Chapters
1. Brie
Segelas susu dingin sudah di meja bersama roti panggang yang tidak terpanggang sempurna. Semula Brie menyiapkan sarapannya terburu-buru, namun sepersekian detik situasi buru-buru itu berubah menjadi lambat dan melelahkan setelah Brie menerima pesan dari atasannya.[Pagi Brie, sesuai dengan keputusan rapat melihat dari penilaian terakhir. Perusahaan memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrakmu. Untuk pengembalian ID dan pengambilan surat keterangan kerja bisa langsung ke HRD, ya.]Brie terduduk lesu dengan masih memakai pakaian kerja yang seharusnya ia kenakan untuk berangkat kerja hari ini, tetapi atasannya memutuskan jika kontrak kerja Brie tidak dilanjutkan sehingga Brie tidak perlu berangkat kerja hari ini atau dengan kata lain Brie diberhentikan atau lebih tepatnya saat ini Brie sudah menjadi pengangguran. Kepalanya pusing luar biasa, banyak hal yang tiba-tiba menghujani pikirannya. Tiba-tiba saja bayangan wajah ibunya, cicilan laptop barunya dan wajah ibu kos munc
Read more
2. Pertemuan Pertama
Selembar kain putih ditata rapi dengan tas cantik di atasnya. Brie membidikkan kameranya fokus pada tas tersebut agar mendapatkan kesan bagus dan menarik. Ia berniat menjual tas dan barang-barang layak guna miliknya untuk menambah pemasukan. Setelah mendapatkan foto yang bagus, ia akan mengunggahnya di media sosial untuk promosi. Sebelumnya ia telah berhasil mendapatkan uang setengah juta dari menjual baju-baju bekasnya.“Pandai juga aku jualan, apa aku buka small business aja, ya.” Brie berceloteh sambil menulis rekapan penjualan pada buku yang sama dengan yang ia gunakan untuk menulis sumpah serapah pada atasannya.Ponsel pintar Brie berbunyi, ia segera meraih benda berwarna pink itu. Ternyata sebuah pesan dari Erna, teman kantor Brie dulu.[Hai Brie, aku boleh minta tolong sesuatu gak?] Brie membaca pesan itu dengan pikiran bermacam-macam, apa yang ia bisa bantu untuk temannya itu karena jika bantuan berbentuk materi tentu saja ia tak bis
Read more
3. Edwin
“Hari ini kita buka pertama pukul sepuluh ya, jadi pastikan ketika kafe dibuka semua sudah siap. Barista siap, dapur juga siap,” kata Sherly memberi arahan ke semua pegawai kafe Bittercoffe. Satu jam menuju opening, ia cukup gugup. Gadis dua puluh tahun itu memberanikan diri untuk berwirausaha, tentu saja berdua dengan abangnya, Edwin. Keinginan Sherly membuka kafe memang sudah sejak satu tahun lalu, yang kemudian disetujui Edwin.Tidak mudah bekerja sama dengan Edwin yang perfeksionis dan sedikit otoriter. Sherly yang manja, tiba-tiba menjadi sosok yang paling semangat membangun bisnis. Edwin tentu saja tidak langsung mengabulkan permintaan adiknya untuk membuka bisnis kuliner, dia ingin melihat kesungguhan Sherly. Setahun lalu, setelah mengutarakan keinginannya pada Edwin, Sherly diberi tantangan untuk mengumpulkan uang 20 juta dengan metode Sinking Fund, dimana setiap bulannya Sherly diwajibkan menyisihkan uang sesuai dengan kesepakatan untuk mencapai
Read more
4. Proyek Bittersweet
Hari ini adalah seminggu setelah pertemuan Brie dengan Erna – klien pertama Brie. Kamar kos yang sudah dibersihkan dan dirapikan minggu lalu, kini bak kapal pecah setelah Brie menyelesaikan tugas pertamanya sebagai fotografer. Dua hari yang lalu Brie mengirimkan file foto-foto produk yang sudah final kepada Erna, ia berharap tidak ada permintaan revisi.[Brie, aku suka banget hasilnya! Barusan udah aku transfer ya.] Brie membaca pesan dari Erna, ujung bibirnya tidak terhenti menyungging. Dia benar-benar bahagia dan hampir tak percaya, hobi yang ia tekuni dapat menghasilkan uang. Tak henti-hentinya ia mengucapkan rasa syukur, apalagi setelah melihat nominal uang di rekeningnya bertambah setelah sekian lama berkurang karena tidak ada pemasukan. Walau nominal yang masuk belum banyak, namun tetap saja ia merasa mendapatkan angina segar.[Oh iya Brie, kalau aku rekomendasiin jasamu di komunitas bisnis, kamu tak keberatan, kan?][ Dengan senang hati! Makasih ya,
Read more
5. Manusia Gorila
Terdengar suara uang koin yang saling beradu sejak tadi dari kamar Brie. Ia mengumpulkan semua uang koin yang ia miliki setelah melakukan pencarian di sudut-sudut kamarnya. Brie memang gemar mengumpulkan uang koin dalam wadah plastik bekas toples sosis, selain itu terkadang ada saja uang koin yang terjatuh dari sakunya namun sengaja tidak ia ambil agar menjadi harta karun yang akan ia korek-korek. Setidaknya terkumpul uang koin sebesar tiga ratus ribu yang terkumpul selama dua bulan. Setelah dirapikan dalam bungkus plastik, kumpulan uang itu akan ia tukarkan ke toko waralaba untuk mendapatkan uang kertas.Hari ini Brie sudah berjanji bertemu Sherly di Bittercoffee untuk menyerahkan hasil pekerjaannya. Setelah menukarkan uang di toko waralaba, Brie langsung menuju Bittersweet, sepanjang jalan ia berharap hasil kerjanya dapat diterima dengan baik tanpa ada masalah. Berkali-kali ia menarik napas panjang, jantungnya berdesir kencang tak karuan. Perasaan ini mengingatkannya saat p
Read more
6. Dasar Pembohong!
Brie berdiri mematung di pinggir jalan. Begitu selesai mengutarakan petuahnya, Edwin langsung kembali ke kafe tanpa menunggu jawaban dari Brie. Sedangkan Brie memang tidak mampu membuat jawaban dari serangan Edwin yang tiba-tiba. Mental Brie ambruk begitu saja.           “Permisi, Neng Brie?”            “Ah-iya, Pak.” Jawab Brie parau, sambil mengusap mata.            “Maaf, Neng. Tadi Bapak antri bensinnya lama banget, jadi Neng lama nunggunya.” Tukas Bapak Ojek.            “Oh iya, nggak apa-apa, Pak. Saya nggak buru-buru, kok.”            Si Bapak Ojek mengendarai motornya dengan hati-hati, namun tetap gesit. Sepanjang jalan Brie melamun,
Read more
7. Sekotak Coklat Berbentuk Cinta
Setelah melewatkan malam-malam dengan begadang untuk mengedit foto, akhirnya Brie dapat memulai tidur malamnya pada pukul 9 malam, tanpa terbangun. Sangat nyenyak.Bahkan, pukul lima pagi, ketika semua penghuni kos sudah mulai beraktivitas karena sebagian besar adalah pegawai kantor yang bekerja pukul 8 pagi dan pulang pukul 5, Brie masih nyaman berselimut.Pukul lima lewat lima menit, alarm berbunyi. Brie menggeliat, dengan mata masih menyipit, tangannya meraih ponsel untuk mematikan alarm. Pagi ini, Brie bangun dengan bahagia tanpa beban. Semalam ia telah menghabiskan hampir setengah porsi brownies, akhirnya suasana hati Brie sudah jauh lebih baik.“Pagi, Mbak Shella. Berangkatnya pagi banget, Mbak,” sapa Brie ke penghuni kamar sebelahnya.“Iya, Brie. Ada audit hari ini, bikin pusing,”ujar Shella yang terburu-buru memakai flatshoes.“Hati-hati ya Mbak.” Brie tersenyum melihat tetangga kamarnya itu berl
Read more
8. Pulang
“Permisi, Mbak. Saya mau ambil sabun cuci muka,” ucap pelanggan supermarket yang merasa kesulitan karena terhalang Brie yang berdiri menutupi deretan sabun muka pria. Sedikit kaget, Brie bergeser lalu mengambil posisi duduk berpura-pura melihat produk di rak bawah yang berisi alat cukur dan minyak rambut. Ada perasaan malu yang menyelimuti, karena telah menyangka Edwin yang sudah menegurnya. “Mau cukuran?” “Ah, nggak..” ucap Brie sambil segera berdiri mendengar ada yang menegurnya lagi. Namun, matanya terbelalak dan seketika membeku. “Cuma mau ambil dompet Sherly,” tukas Edwin yang ternyata sudah di depan Brie. Bahkan, aroma woody dari parfum Edwin dapat menyusup masuk ke hidung Brie. Brie salah tingkah mengambil dompet Sherly yang ada di keranjang belanjanya, sikap kikuknya membuatnya lebih ceroboh sehingga dompet itu jatuh ke lantai. Dengan gelagapan ia langsung menunduk mengambil dompet itu, namun ternyata tangan Edwin lebih dulu sampai menyentuh dompet berwarna merah marun itu
Read more
9. Memori Lama
Brie yang masih kecil semakin bingung dengan jawaban ayahnya, kaki kecilnya melangkah perlahan mendekati ibunya yang sedang menangis tersedu.“Buk, kenapa?” tangan kecil Brie menyentuh punggung ibunyaIbunya menoleh, langsung memeluk Brie. Seketika tangisnya semakin kencang. Dalam pelukan ibunya, Brie diselimuti tanda tanya besar dengan situasi yang terjadi.“Kenapa menangis, Buk?” kembali Brie melontarkan pertanyaan. Tangis ibunya mereda, namun tak kuasa menjawab pertanyaan anaknya. Hanya memeluk dan mencium Brie.“Brie sayang, sini, Nduk.” Mbah muncul dari pintu dapur, melambaikan tangan ke arah Brie.Brie kecil langsung berlari ke arah wanita baya itu.“Mbah, ibuk kenapa sih?” pertanyaan Brie kembali muncul saat sudah dalam pangkuan Mbahnya.“Ibumu lagi capek, jangan diganggu dulu ya.”“Kata ayah, ibuk sedang gila. Masa ibuk gila, Mbah?”Mendengar kata-kata cucunya, wanita tua itu terdiam tak menjawab. Tangannya terus membelai lembut kepala Brie. Entah sudah berapa kali anak dan me
Read more
10. Ibuk
Brie duduk di teras rumahnya sambil mengecek pesan dari para calon klien yang mengajukan kerja sama. Beberapa sudah sepakat untuk bekerja sama yang akan dimulai minggu depan setelah Brie kembali ke rantau.“Nduk, ayo sarapan, udah ada nasi pecel sama lele goreng di meja,” ujar ibu dua anak itu.“Bentar, Buk.”Setelah mendengar jawaban dari anak sulungnya, wanita itu kembali masuk ke dalam rumah. Sedangkan Brie melanjutkan mengecek pesan dan membalas pesan dari calon kliennya.Udara pagi di desa terasa sangat segar dan menyenangkan paru-paru, setelah berbulan-bulan berada di kota besar yang lebih banyak polusi. Brie menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, benar-benar kenikmatan hidup.“Ngapain Mbak?” tanya Anita yang tiba-tiba muncul dari arah luar.“Dari mana aja kamu?” tanpa menjawab adiknya, Brie malah melemparkan pertanyaan pada Anita.“Abis olahraga pagi di alun-alun sama temen, sekalian ambil HP,” ujar Anita.Brie menatap Anita dari atas sampai bawah. Baju setelan b
Read more
DMCA.com Protection Status