Kucari Jodoh Yang Biasa Saja

Kucari Jodoh Yang Biasa Saja

Oleh:  asihmukti62  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
13Bab
919Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Widuri tidak suka laki-laki kaya. Masa lalu ibunya membuatnya antipati dengan laki-laki kaya. Widuri sudah bertekad untuk berjodoh dengan laki-laki yang biasa saja. Hidup sederhana, tanpa harus memusingkan harta dan tahta. Namun bagaimana jika kenyataan tak sesuai harapan? Bagaimana jika seorang CEO tampan nan kaya justru mengejar cintanya? Mampukah sang CEO menaklukan hati Widuri yang belum pernah tersentuh?

Lihat lebih banyak
Kucari Jodoh Yang Biasa Saja Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
13 Bab
Bab 1- Dia Datang Lagi
Hidup dengan ibu semua seperti bukan masalah, tidak masalah, semua baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Selalu ada senyum di bibirnya, disertai untaian kata lemah lembut mengalir bak aliran sungai, gemericik tapi menenangkan. Sampai usiaku menginjak 27 tahunpun tak ada yang berubah dari Ibu. Ibu tak pernah berubah, aku lah yang berubah. Senyumnya masih sama, hanya sekarang aku tau, senyum Ibu menyimpan banyak luka. Kilasan masa lalu sering muncul dalam alam pikirku. Dulu Ibu bisa menutupi dariku, tapi sekarang aku mengerti sendiri tanpa beliau memberi tahu. Perlakuan Yangti, Ibu dari Ayahku, yang tak ada manis-manisnya pada Ibu. Atau sikap saudara-saudara Ayah, yang selalu sinis dan merendahkan Ibu. Semua terekam dengan sangat baik di otakku. 20 tahun aku merasa hidup tenang. Hidup bersama Ibu, dan adik laki-lakiku. Jauh dari hingar bingar ibu kota. Tak ada rumah mewah, atau fasilitas mewah lainnya, kami hidu
Baca selengkapnya
Bab 2 - Ayah Bucin
Apa yang layak untuk menggambarkan sosok Ibuku, Miranti Rahayu. Wanita yang tak hanya cantik wajah tapi juga cantik hatinya. Selama dua puluh tujuh tahun usiaku, tak sekalipun Ibu pernah berkata kasar, apa lagi berbuat kasar padaku. Pun dalam pergaulan dengan lingkungan sekitar, Ibu bukan tipe yang suka bergibah, membicarakan kejelekan orang lain. Sesekali ketika ada yang mengajaknya bergibah, beliau lebih sering diam, atau menghindar. Kemunculan Ayah di rumah kami pun tak luput dari gibah tetanggaku.  "Ibu nggak berniat menjelaskan pada mereka."  Jujur aku mulai risih dengan pergunjingan tetangga. Ibu hanya tersenyum sambil terus mengaduk santan yang baru saja dimasukannya ke dalam wajan.  "Hadeeeh ditanya malah senyum doang, mentang-mentang lagi kasmaran."  "Biarkan saja nanti juga diam sendiri, kamu kaya n
Baca selengkapnya
Bab 3-Ibu Berhak Bahagia
Teh di gelas Ayah masih setengah cangkir,  sementara 3 biji lumpia di atas piring yang ku hidangkan sudah habis tak tersisa. Belum ada pembicaraan yang serius antara kami. Sesekali Ayah menanyakan nama tetangga yang melintas di depan rumah.  "Ayah mau lagi, lumpianya? Biar Widuri gorengin lagi," tawarku. "Cukup lah Wid, nanti malah kekenyangan, sebentar lagi juga makan siang." Suasana sedikit canggung, mungkin karena aku merasa belum terbiasa dengan kehadiran Ayah di tengah-tengah kami. Kemungkinan Ayah pun sama. "Eeemmm...sejak kapan Ayah tau keberadaan kami?" Untuk memecah kesunyian aku mencoba untuk mulai bicara sesuatu yang lebih pribadi. "Sudah hampir satu bulanan," jawab Ayah sambil menyesap tehnya. "Kok baru muncul sekarang."  "Karena Ayah pengecut." Pandangan
Baca selengkapnya
Bab 4- Dunia Milik Berdua
Melihat Ayah dan Ibu kembali bersama benar-benar seperti mimpi. Aku bahkan sudah  sempat menganggap Ayahku sudah meninggal. Rasa kecewa dan sakit hati memaksaku untuk melupakan Ayah dan keluarga kayanya. Tapi Tuhan ternyata berkehendak lain, Ayah sekarang ada di tengah kami.Ayah dan Ibu bak dua sejoli yang baru jatuh cinta. dimana ada Ibu di situ ada Ayah. Terlebih Ayah yang kelihatan sekali bucin  tingkat akut.Seperti pagi tadi mereka berdua pergi ke pasar. Berhubung letaknya  tidak jauh dari rumah Ayah mengajak Ibu untuk jalan kaki. Ayah bahkan tak sungkan membawakan tas belanjaan Ibu.Aku bahkan melihat bagaimana tatapan tetangga saat Ayah dan Ibu lewat depan rumah mereka. Jelas sekali kecanggungan di wajah Ibu, tapi tidak bagi Ayah, laki-laki pemilik wajah blasteran Indonesia Jerman itu bahkan tidak sungkan menggandeng tangan Ibu, sementara tangan satunya membawa tas belanjaan. Sesek
Baca selengkapnya
Bab5-Yang Biasa Saja
Kupuaskan dua hari ini libur di rumah dengan tidak kemana-mana, benar-benar di rumah saja, menikmati kebersamaan dengan Ayah dan Ibu. Banyak kegiatan yang kami lakukan, dari beberes rumah, mengurus bunga, atau mencoba menu baru. Di setiap kegiatan kami Ayah tanpa sungkan ikut membantu, meskipun ada beberapa bantuannya  yang bukannya meringankan tapi malah mengacaukan kata ibu. Tak jarang Ibu ngomel-ngomel karena Ayah hanya menambah pekerjaan saja."Udah lah, duduk saja kamu, Mas! Nggak selesai-selesai kalau begini caranya," protes Ibu saat melihat Ayah salah menyiram bunga anggrek koleksinya."Aduh maaf. Emang anggrek nggak boleh disiram apa gimana? Mas nggak tahu." Ayah mencoba membela diri."Bukannya nggak boleh disiram, Yah. Tapi nggak boleh berlebihan airnya nanti bisa busuk." Aku mencoba menerangkan pada Ayah."Astaghfirullah, maaf ya, yang! Nanti deh Mas belikan bunga anggrek. Mau yang macam apa, tinggal pilih aja.""Bukan m
Baca selengkapnya
Bab 6- Mencoba Berdamai
Jadwal keberangkatan kereta Ayah dan Ibu ke Jakarta pukul sepuluh malam ini. Setengah jam sebelum waktu keberangkatan kami telah sampai di Stasiun Tawang. Dari pada terburu-buru kata Ibu, jadi lebih baik berangkat lebih awal. Meskipun malam namun suasana stasiun cukup ramai. Beberapa calon penumpang juga tampak diantar oleh keluarganya. Para pedagang juga masih menjajakan dagangannya. "Nggak ada yang kelupaan kan, Yang? Tiket sudah di cek?" tanya Ayah pada Ibu."Sudah tak masukan tas kok, ini..." jawab ibu sambil menunjukan dua lembar tiket kereta yang diambilnya dari dalam tas."Jangan kebanyakan makan mie instan!" Celetuk Ayah tiba-tiba pindah haluan topik."Apa sih, Yah?" tanyaku pura-pura tidak tahu."Ayah tadi lihat, lengkap bener koleksi mie instanmu. Koleksi itu perhiasan kek, ini koleksi kok mie instan," ejeknya sambil terkekeh."Susah dibilangi anakmu ini kok." Ibu turut memojokanku. Aku sendiri cuek bebek, lah gi
Baca selengkapnya
Bab 7-Beby Siter Dadakan
I luv u ols😍😍😍 Selamat membaca yaaaa...semoga kelen suka🥰🥰 ***** Akhir pekan tiba, tepat sesuai dugaanku, aku tidak jadi pergi mengunjungi Ayah dan Ibu di Jakarta. Kebiasaan mudik ke Kudus di akhir pekan pun kali ini tidak kulakukan. Mau mudik juga nggak ada ibu, pikirku. Akhirnya ku habiskan akhir pekanku di kos saja, beberes dan membaca novel.    Menjelang sore, Mba Mira menghubungiku, dia mengajakku untuk menemaninya pergi ke suatu acara pada Minggu pagi, besok. Aku sudah mencium aroma-aroma tidak enak, palingan diajak juga untuk membantunya menjaga si kembar, anak mereka yang memang super aktif, intinya aku jadi babysister. Tapi dari pada bosen di kost sendirian, aku pun menerima ajakan Mbak Mira. Tidak masalah menjaga duo krucil gemoy. Toh mereka berdua selalu bisa jadi sekutuku.   Keesokan harinya sekitar pukul sembilan, Mba Mira dan Mas Radit datang menjemputku. Aku yang telah siap bergegas keluar saa
Baca selengkapnya
Bab 8 - Dia Yangti
Hai Bestie, up lagi yaa, semoga kalian suka🥰🥰*****Setelah melayangkan banyak protes pada pasutri resek, yang masih saja cengangas-cengenges menanggapi kekesalanku, aku memutuskan langsung pulang ke kosan. Kekesalanku sedikit berkurang karena Mas Radit berbaik hati mengantarku dulu ke kost sebelum mereka pulang ke rumah."Ate Ui pulang dulu ya, Bos," pamitku pada Zaiden sebelum turun. "Ate besok main lagi ya!" pinta si Bos kecil. "Siap Bos," kataku sambil hormat. "Tuan Putri nanti video call Ate Ui ya! Nanti ate kasih tau make up apa saja yang dibutuhkan seorang putri." Genderang perang siap ditabuh, Syanum kujadikan media untuk membalas keisengan pasutri kurang gawean yang sedang duduk di kursi depan. "Wid awas ya, jangan coba-coba merusak kepolosan anakku, dengan hobi nggak jelasmu!" Tak perlu waktu lama Mba Mira langsung bereaksi. "Wanita itu harus memiliki wawasan lua
Baca selengkapnya
Bab 9-Menginap
Yuuhuuu guys jangan lupa follow dan komentnya yaa, biar tambah semangat akunya😘😘😘****Tiga hari sudah tidak ada lagi kiriman sarapan untukku. Mas Dika benar-benar menepati janjinya untuk berhenti memperjuangkan cintanya. Selama tiga hari ini Mas Dika juga seperti menghindariku, tak sekalipun kami bertemu lagi setelah obrolan empat mata kami.Ada sedikit rasa kehilangan, ketika ada rutinitas yang tiba-tiba berhenti. Biasanya setiap pagi Mas Dika akan menyempatkan mampir ke ruanganku, selain memberikan sarapan pagi, juga untuk melayangkan gombalan-gombalan garingnya padaku.Yang kuinginkan bukanlah seperti ini. Aku ingin tetap menjalin perteman dengan Mas Dika. Mengesampingkan kisah yang memang sebenarnya belum dimulai, namun tapaknya Mas Dika tidak sependapat denganku. Karena jelas sekali dia benar-benar menghindariku."Melamun aja kamu, Wid." Mba Mira tiba-tiba d
Baca selengkapnya
Bab 10-Sendok dan Garpu
Hai Bestie bab 10 up yaa. Semoga kaian suka deh, pokoknya masih ada si bucin Satria sama si eneng cantik Widuri.***** Ketika waktu maghrib tiba, sudah menjadi kebiasaan di keluarga Mba Mira, untuk laki-laki biasanya salat di masjid, sementara yang perempuan akan salat berjamaah di musala rumah. Hari ini Mas Radit ke masjid bersama bos dan temannya yang baru kutahu bernama Bayu. Sementara kaum hawa yang telah selesai berjamaah, mulai berkutat dengan persiapan makan malam."Sambelnya mana, Lik Sur?" tanya Mba Rima setelah tak melihat sambel ikut tersaji di meja makan. "Tadi kan Mba Widuri yang ngulek to, Mba. Di taruh mana aku kok nggak lihat, yo?" tanya Lik Sur padaku.Aku langsung teringat sambal yang tadi kutaruh di dekat rice cooker. "Owalah iya, tadi tak taruh di dekat rice cooker, malah lupa, tak ambil dulu ya." Aku segera melesat kembali ke dapur mengambil sambel.Saat kembali ke ruang makan, para pria telah duduk m
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status