Wanita Penjual ASI

Wanita Penjual ASI

By:  Risma Dewi  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
13 ratings
84Chapters
19.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dia Malilah, Wanita malang yang dipaksa oleh suaminya, Dimas (lelaki yang gila harta/uang) untuk menjual ASI pada anak dari Hanan (lelaki yang tak berperasaan dan sedikit gila hormat) dengan bayaran fantastis. Malilah kerap dibuat pusing oleh tingkah laku mereka berdua. Bagaimana Malilah menghadapi kedua lelaki yang sama-sama egois tersebut?

View More
Wanita Penjual ASI Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Dheena Wiwid
Cerita yang sangat bagus .........
2023-10-31 15:10:56
0
default avatar
Katie Tia
.........
2023-09-25 14:22:11
0
user avatar
galih pramudya
kenapa g ada ya dicari lewat akun lsin
2022-10-16 22:28:50
0
user avatar
Nona Zi
Bintang 5 semua untuk ceritamu thor. Suka semua alur dan karakter tokohnya.........
2022-08-09 23:47:51
0
user avatar
Rusli Cancer
Ceritanya beda, alurnya jelas. lucu juga...
2022-05-10 21:37:47
0
user avatar
Syarlina
mantap thor, aku suka(❁´◡`❁)
2022-04-15 03:14:33
0
user avatar
Sekar Mayanggani
tata bahasanya juga bagus
2022-04-09 11:26:14
0
user avatar
Sekar Mayanggani
cerita nya lucu.. bagus-bagus
2022-04-09 11:25:38
0
user avatar
Andre Nur
ditunggu updatenya
2022-04-02 19:26:14
0
user avatar
Andre Umar
good story penulisannya rapi dan bahasanya bagus
2022-04-02 01:15:44
0
user avatar
Syarlina
ceritanya seru~^
2022-03-17 15:43:45
0
user avatar
Putri Panjapu
Go Malilah. Lope You Full
2022-03-17 15:12:29
0
user avatar
Risma Dewi
Gimana sih rasanya dipaksa suami menjual ASI pada anak orang lain di saat baru saja kehilangan buah hati? Baca yuk, jawabannya ada di buku ini.
2022-03-13 19:43:23
0
84 Chapters
Tawar Menawar
 DICARI!Wanita menyusui yang bersedia memberikan ASI eksklusif untuk putri saya, Arumi Nasha. Syarat utama adalah wanita yang benar-benar sehat jiwa raga, dan memang dalam masa menyusui dari seorang anak PEREMPUAN.Bagi yang berminat serius, bisa hubungi ke nomor  0852xx185291. Untuk bayaran bisa dibicarakan nanti.***Sebuah pengumuman dari akun seseorang yang bernama Hanan Prasetya tiba-tiba lewat di beranda facebook Dimas sore ini. Dalam sekejap pengumuman tersebut langsung mendapat react love, jempol, dan ngakak. Berbagai komentar pun bermunculan. Dimas mulai tertarik untuk membuka kolom komentar.[Situ sehat?][Perlu surat ijin suaminya, enggak? Mau daftar nih] Komen seseakun dengan emotion ngakak.[Modus][Nyus*in anaknya, apa bapaknya?] Komen seseakun lagi dengan emotion tertawa lebar dan langsung mendapat beberapa like dari para netizen lainnya. [Aku mau daftar, tapi masih dalam masa p
Read more
Ada Apa Antara Mereka?
"Mas? Kamu menjualku atau ASIku?" ulang Malilah Malilah sekali lagi membuat Hanan langsung menatapnya dengan tatapan aneh."Kamu! Kamu sudah enggak waras ya! Atau jangan-jangan kamu memang sengaja berniat membeliku?" Malilah menunjuk wajah Hanan. Seketika ia lupa cara menghormati tamu."Aku? Membelimu? Untuk apa? Dipakai enggak bisa, dijual enggak bisa?" Hanan mengernyitkan dahi heran. Bukankah tadi Malilah sendiri yang mengiyakan? Kenapa jadi menuduh yang bukan-bukan."Kalian sudah sekongkol makanya dengan mudah dia mengeluarkan uangnya? Lima belas juta, setuju?" Tuding Malilah masih tak terima merasa diperjual belikan oleh dua manusia yang sama-sama egois di depannya. Ia menunjuk wajah Dimas lalu berpaling menatap Hanan masih dengan sorot curiga."Sekongkol bagaimana? Jelas-jelas tadi yang bicara sama dia kamu sendiri!" jawab Dimas santai."Licik kamu, Mas!" Dada M
Read more
Pulang
"Mama! Ma!" Hanan begitu panik, menyadari Bu Ratih pingsan karena ulahnya."Malilah! Bantu angkat ke kamar! Kamu di kakinya!" perintah Hanan."Ta-pi. Pak Bos. Saya kan baru habis lahiran. Enggak boleh angkat yang berat-berat.""Ya ampun. Ya udah! Minggir. Aku angkat sendiri! Kamu ambilin air, sana!""Dimana ambilnya?""Astaga! Ya di dapur masa di WC!" Ucap Hanan langsung membopong tubuh ibunya ke kamar."Oh, air minum," gumam Malilah sambil berbalik menuju dapur. Ia heran. Kenapa rumah sebesar itu tidak ada pembantu satu pun. Cukup lama ia tengak-tengok mencari tempat gelas."Malilaaaah! Cepat airnya!" Terdengar teriakan Hanan."I-iya!"Oweeek! Oweeek! Oweek!Mendengar suara Hanan yang berada di sebelah kamar, Arumi rupanya terbangun.Malilah buru-buru
Read more
Kembali Lagi
 Hanan yang semula hanya mengamati dari dalam mobil langsung turun dan mendekat pada Malilah."Kenapa? Ada apa?" tanyanya sambil mengamati Malilah yang menarik rambutnya seperti orang depresi berat. "Hey, kamu siapa? Kenapa kamu bisa sama Malilah? Kamu temannya Dimas ya? Dimasnya mana?" Bu Ana langsung memberondong Hanan dengan pertanyaan yang membingungkan baginya. "Loh? Dimasnya enggak ada di sini?" "Ditanya malah balik nanya. Gimana sih? Kamu temannya Dimas?" ulang Bu Ana."Saya Bosnya Lila!" Hanan memperkenalkan diri dengan nada yang agak sombong."Bos? Kamu kerja Malilah? Wah, Baguslah! Berarti dugaanku benar. Kamu datang untuk mengantar uang yang kuminta, kan?" Wajah Bu Ana langsung ceria. "Bu! Bukannya Mas Dimas sudah membayar semuanya? Tadi dia ada kesini kan, Bu?" tanya Malilah dengan wajah kusut."Bayar apa? Enggak ada! Aku malah telpon-telpon dari tadi enggak ny
Read more
Ternyata Hanan Menyebalkan
"Kenapa kamu ikut kembali? Aku sudah bilang, kembalikan saja uang anakku!" Ucap Bu Ratih dingin. "Maaf Bu ... ta-pi ... uangnya, sayaa .... kami belum bertemu suami saya. Saya ... tidak tau dimana dia sekarang," sahut Malilah sambil tertunduk. "Lalu, untuk apa kamu ikut Hanan kembali ke sini? Jangan bilang kamu mau meneruskan bekerja di sini?" Tebak Bu Ratih langsung. Malilah terdiam, mempertimbangkan saran Hanan sebelumnya. "Tolong Ibu ... ijinkan saya untuk tetap bekerja di sini! Saya butuh pekerjaan ini!" Tanpa sadar Malilah mengucapkan kalimat tersebut sudah berbarengan dengan isak tangisnya,  sembari menjatuhkan diri di hadapan Bu Ratih. Padahal Hanan tidak menyuruh Malilah untuk melakukan ketiga sarannya secara bersamaan. Tapi Malilah memilih langsung memohon. Lama Malilah terisak, tak ada jawaban. Bu Ratih tak berucap sepatah kata pun. Malilah sendiri bertekad tidak akan berdiri dan menganggkat
Read more
Kepo
Setelah menyelesaikan makan, Malilah bergegas mencuci piring, sebelum Arumi terbangun. Sekilas ia melirik Hanan yang menggantikan posisinya duduk di meja makan. Hanan pun memperhatikan Malilah dengan seksama, sampai Malilah selesai mencuci piring. "Kenapa?" Malilah merasa risih, saat menyadari mata Hanan masih mengawasi dirinya."Enggak apa-apa. Sebenarnya, pekerjaan dapur tidak termasuk dalam tugasmu, kamu fokus ngurus anakku saja," jawab Hanan datar."Aku sudah biasa melakukannya, ini hanya mencuci bekasku sendiri! Lagi pula Arumi masih tidur." "Oh, ya Malilah. Nanti kalau Arumi sudah bangun, sebelum mandi kamu bawa dia berjemur sebentar. Tapi .... bajumu itu loh!"Hanan menopang wajahnya dengan tangan yang ditumpukan ke meja makan. "Kenapa dengan bajuku, Pak Bos? Apa ada yang robek?" Malilah berputar di depan Hanan, menoleh ke kanan dan ke kiri, meneliti setiap bagian dasternya.
Read more
Pekerjaan yang Mencurigakan
"Sudah jalan-jalannya? Banyak tetangga yang liatin kamu, Gak?" Hanan menyambut Malilah masih dengan wajah masam. "Ya banyak to, Pak Bos, masa enggak. Namanya juga aku orang baru di sini," jawab Malilah polos. Ckk!Hanan berdecak sebal. "Udaaah? Anak cantiknya Papa udah jalan-jalan? Udah bejemur?" Hanan membungkuk sambil tersenyum berbicara pada Arumi. Arumi seperti mengerti ucapan Hanan. Bayi mungil itu menatap Papanya cukup lama."Ya udah, kamu mandiin sana!" Perintahnya masih dengan nada kesal sambil menghempas tubuhnya di kursi. Arumi mulai gelisah dan menangis kecil."Sepertinya dia haus. Kan habis jalan-jalan. Di sus*in aja dulu  ya, Pak Bos?" Ucap Malilah langsung mengangkat Arumi dan membawanya duduk di kursi ruang tamu juga."E ... e ... eh! No! Mandi dulu Malilah, habis dari jalanan banyak debu."Malilah menggeleng. "Dia haus Pak Bos, kasian. Kalau nunggu mandi dulu kelama
Read more
Perkelahian
Hari Posyandu.Malilah bingung karena tak ada baju bagus.  Pasti Hanan akan protes lagi dengan penampilannya. Lama Malilah mematut diri di depan cermin, menatap wajahnya dan berbicara sendiri,"Siapkan hatimu Malilah, Hanan pasti menghinamu lagi. Sabar ... sabar ... sabar ...."Malilah membalik badan menghampiri Arumi. Ia tersenyum menatap Arumi yang sudah siap dari tadi. Malilah bersyukur karena bayi mungil itu sangat pintar. Dia rewel hanya saat mengantuk dan lapar. "Anak cantik, ayo kita timbang dulu," ucap Malilah sambil mengangkat tubuhnya."Bismillah!"Malilah menarik napas panjang sambil melangkahkan kaki keluar kamar. Ragu-ragu ia menghampiri Hanan yang sejak tadi menunggu mereka di ruang tamu."Kami sudah siap, Pak Bos," ucap Malilah menyiapkan telinga. Pasti Hanan menghina bajunya lagi kalau sudah menoleh. "Ya sudah. Ayo!" "Lah, kok tumben dia anteng?" Pikir Malilah heran. Tak menoleh pun.
Read more
Hilal Mulai Tampak
 Selama perjalanan pulang Hanan dan Malilah sama-sama diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Malilah terlihat murung. Bohong kalau ia mengatakan bahwa perasaannya baik-baik saja. Sakit hati, kesal dan marah bercampur aduk dalam hatinya. Dimas benar-benar keterlaluan.Sedangkan Hanan yang juga masih terbawa emosi, sibuk memikirkan waktunya yang tepat, tanpa Malilah dan ibunya tahu bahwa ia mencari tahu tentang Dimas. Tak sabar ia ingin berjumpa dengan orang yang berani mencari masalah dengannya di depan umum tadi.Berkali-kali ia melirik Malilah yang jadi banyak melamun. Sedikit rasa iba di hatinya muncul, melihat wanita yang begitu tulus menyayangi buah hatinya tersebut harus menjalani hidup yang sangat rumit."Sudah sampai!" ucap Hanan beberapa sesaat setelah memarkirkan mobilnya. Malilah tak menyadari mereka telah tiba di rumah, karena pikirannya masih sibuk. Hanan kembali membantu Malilah turun dan membawa dua paper bag tadi.
Read more
Mencari cara
"Mbak, maaf! Pernah liat orang ini enggak, disini?" tanya Hanan pada seorang wanita yang sedang menyapu halaman rumahnya. Wanita tersebut mengamati sejenak foto yang ditunjukkan Hanan, kemudian menggeleng.  "Coba Mas tanya sama Bapak-Bapak yang di sana. Siapa tau teman ngumpulnya," tunjuk Wanita tersebut pada seorang lelaki yang sedang bercengkrama dengan burung peliharaanya. Setelah mengucapkan terima kasih, Hanan beralih menghampiri Bapak tersebut.  "Pak, Maaf. Pernah liat orang ini enggak di sekitar sini?" Bapak tersebut mengamati foto dengan seksama, kemudian menatap Hanan lekat-lekat.  "Ada perlu apa?" tanyanya menyelidik.  "Oh, itu. Sudah hampir sebulan enggak pulang. Ibunya di rumah sendiri dan sedang sakit. Saya tetangganya," jawab Hanan berbohong dan memilih Bu Ana jadi objeknya. "Aku sih, sering liat. Kalau malam lewat ke arah sana. Entah kumpulan di pos atau ke komplek, aku enggak tahu," jawab Bap
Read more
DMCA.com Protection Status