Antara Suami dan Ipar

Antara Suami dan Ipar

Oleh:  Miss Kim  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bella sangat mencintai Raffi, tetapi sayangnya pria itu tidak memiliki rasa yang sama terhadap Bella. Dia selalu mengatakan kalau hanya menganggap gadis itu sebagai adik kandungnya. Merasa tidak memiliki harapan dengan Raffi, dia memutuskan untuk menerima perjodohan yang ditawarkan oleh Sindi, adik kandung Raffi. Siapa sangka, lelaki itu ternyata adik kembar Raffi, Raffa Dirgantara.

Lihat lebih banyak
Antara Suami dan Ipar Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
14 Bab
TAWARAN PERJODOHAN
Suasana kantin kampus yang ramai tidak mengganggu Bella dan Sindi yang sedang menikmati makanan mereka. Selama makan, mereka membahas banyak hal. Walau mereka selalu bertemu hampir setiap hari, tetapi obrolan mereka tidak pernah mati. “Bella, aku mau jodohin kamu sama seseorang. Aku rasa kamu bakalan cocok banget sama dia. Soal wajah dan kekayaan, tidak perlu diragukan lagi. Aku pastikan dia sempurna.” Sindi tiba-tiba berbicara dengan nada serius. Dua manik matanya yang hitam kecoklatan fokus menatap sahabatnya, Bella."Apa-apaan kamu, Sin! Main jodoh-jodohin aja! Memangnya aku segitu nggak lakunya, ya? Kamu tau, kan? Aku masih bucin akut sama kak Raffi."Bella mengatakan itu dengan nada lumayan tinggi dan sedikit ketus. Dia mencoba mengklarifikasi pernyataan Sindi sahabatnya tentang rencana perjodohan antara dengan teman kakak sahabatnya tersebut. "Sssst! Kurangi volume bicaramu, Bell. Coba kamu perhatikan, semua mata yg ada di ka
Baca selengkapnya
SISI KEHIDUPAN BELLA
Perlahan matahari menuju ke arah barat untuk mengembara ke belahan dunia yang lain. Langit berwarna jingga  tua berpadu dengan kuning cerah terhampar luas. Bella memandang keindahan semesta itu lewat jendela kamarnya yang menghadap ke arah barat. Hanya sendiri. Sebuah kesunyian yang awalnya begitu menakutkan, kini sudah membuat Bella  terbiasa. Semenjak ayah dan ibunya meninggal yang disebabkan oleh kecelakaan tragis beberapa tahun lalu, kesepian itu terkadang membekukan hati gadis cantik itu. Terkadang Bella merasa iri pada Sindi sahabatnya. Dia masih memiliki orang tua yang lengkap ditambah lagi seorang kakak yang baik hati seperti Raffi. Biasanya, saat Bella merasa kesepian menerpa dengan begitu kejam, hanya mereka tempat dia berbagi. Dulu saat ayah dan ibu Bella masih ada, mereka selalu memanjakan gadis itu. Bella masih belum lupa, setiap pagi ibunya selalu memasak nasi goreng untuk mereka sarapan. Ayahnya
Baca selengkapnya
LAMARAN
Floresta Cafe. pukul delapan malam kurang lima belas menit Bella sampai di lokasi. Dia melihat hampir seluruh tamu yang hadir menatap ke arahnya dengan tatapan penuh makna. Bella sedikit canggung. Saat pertama gadis itu memakai gaun merah dengan taburan gliter itu, Sindi bilang dia terlihat sangat cantik. Benar saja. Saat Bella melihat ke cermin, dia seperti bukan melihat dirinya. Wajar jika penampilannya mampu membius mereka yang hadir di kafe itu. Bella berusaha tenang. Jalan lurus ke arah meja nomor delapan. Dari kejauhan dia melihat seorang pria duduk sambil menatap layar ponsel. Rambut lelaki itu sedikit panjang seperti tokoh anime favorit Bella, dia  juga memakai kacamata yang memberikan kesan dewasa. Bella pun gugup. "Kamu sudah datang, silakan duduk," ujar lelaki itu  lembut sambil berinisiatif menyiapkan kursi untuk Bella duduk. Bella tersanjung. Meskipun baru bertemu dia merasa diperlakukan dengan bai
Baca selengkapnya
SEMINGGU LAGI
Nyanyian burung menandakan hari akan segera dimulai. Bella menggeliat, meregangkan otot tubuhnya yang sedikit kaku. Kenangan semalam masih teringat jelas di dalam ingatannya. Dia mengecek jari manisnya, takut semua itu hanya mimpi. Bella tersenyum saat mendapati cincin berlian itu masih melingkar di jari manisnya. Semuanya terlalu manis untuk Bella lupakan. Sekarang Bella sudah didera rasa rindu pada Raffa. Bella baru sadar, semalam dia tidak meminta kontak lelaki itu. Bodoh! umpatnya dalam hati. Dia kemudian memutuskan untuk menelepon Sindi. Gadis itu harus menjelaskan semuanya pada Bella. "Ada apa, Bell? Tumben pagi-pagi telpon aku."Suara Sindi sedikit serak di ujung sana. Sepertinya dia baru saja bangun tidur. "Hari ini ke rumah aku dong, mau curhat nih. Jelasin ke aku, siapa Raffa sebenarnya," ucap Bella tanpa basa-basi. "Oke, siap. Aku mandi dulu ya." Sindi langsung menutup telpon dari B
Baca selengkapnya
PERGI KE SALON
Hari ini Sindi mengajak Bella untuk pergi  ke salon. Dia akan melakukan perawatan diri sebelum menjadi pengantin. Sengaja mereka berangkat pagi hari karena cuaca saat ini sedang tidak bersahabat. Musim kemarau menyebabkan suhu udara menjadi sangat panas di siang hari dan hujan di sore hari.  Bella sebenarnya tidak terlalu hobi melakukan perawatan salon. Selain pemborosan, Bella lebih suka perawatan sendiri di rumah. Tapi untuk hari ini dia menurut saja. Kata Sindi, ini keinginan Raffi.  Sambil menunggu Sindi datang, Bella memandangi foto Raffa yang sekarang Bella jadikan wallpaper. Beberapa hari lalu Sindi mengirimkan padanya via e-mail. Itupun Bella harus merengek untuk mendapatkan foto itu. Sayangnya Raffa tidak mengizinkan Sindi memberikan kontaknya pada Bella.  Rasanya Bella sudah sangat rindu pada Raffa. Dia  Sangat ingin berjumpa dengan lelaki itu.  Meskipun hanya satu menit saja tidak
Baca selengkapnya
HARI BAHAGIA
Bella sekarang ada di depan cermin. Beberapa perias pengantin pilihan keluarga Dirgantara merias wajah gadis itu. Akhirnya hari yang Bella tunggu datang juga. Hari ini ijab qabul antara dia dan Raffa Dirgantara dilangsungkan. Momen yang mungkin tidak akan dia lupakan seumur hidup.  Sindi mendampingi Bella sejak lepas subuh tadi. Katanya saat ini Raffa sedang melaksanakan peresmian ikatan sakral mereka di sebuah masjid yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka.Setelah ijab qabul dilaksanakan, Raffa akan menjemput Bella untuk pelaksanaan resepsi. "Saya terima nikah dan kawinnya, Bella Ananda dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai," Sindi memutar pesan suara kiriman Raffi.  Artinya sekarang Bella sudah sah menjadi istri Raffa. Tiba-tiba jantung gadis itu berdegup lebih kencang. Bisa jadi, wajahnya akan pucat pasi jikatidak ditutupi make-up. Sejak semalam dia sudah tidak bisa tidur
Baca selengkapnya
ROMANSA PENGANTIN BARU
Raffa menggandeng Bella kembali ke kamar. Badan wanita itu terasa sakit semua. Resepsi adalah momen yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Meskipun hanya duduk sambil berpose layaknya model, namun rasa lelah akan langsung mendera setelah acara berakhir. "Biar aku gendong. Kamu pasti capek, kan?"kata Raffa sambil menutup pintu kamar sekaligus menguncinya. Tanpa menunggu jawaban Bella, Raffa mengangkat tubuh ramping wanita itu dan menurunkannya pelan di ranjang mereka. Bella bersyukur, dia bisa kembali  merasakan nikmatnya merebahkan diri ke atas kasur.  Hampir seluruh otot di tubuh Bella melemas, tidak kaku seperti tadi saat mereka berada di atas pelaminan.  "Aku mau mandi dulu sebentar, kamu ganti baju, gih.  Sindu sudah membelikanmu banyak baju tidur. Ambil saja di situ." Raffa menunjuk sebuah lemari baju yang terletak di pojok kamar. Setelah itu dia berjalan ke arah kamar mandi. Sesaat kemu
Baca selengkapnya
SEBUAH FAKTA BARU
Bella terbangun saat cahaya matahari mulai menyelinap masuk menembus hordeng jendela kamarnya. Disebelah wanita itu ada Raffa sudah tidak ada. Tubuhnya masih polos tanpa sehelai benang tertutup selimut putih nan tebal. Segera dia  menyingkap selimut itu dan menuju ke kamar mandi untuk mengecek apakah Raffa berada di sana atau tidak. Ternyata lelaki itu tidak ada di dalam ruangan sempit itu. Bella kemudian memutuskan untuk mandi, membersihkan dirinya dari sisa semalam. Setelah berganti pakaian dan sedikit merias wajah, dia segera turun ke lantai dasar. Suasana sepi. Tidak ada seorangpun di sana.  Keluarga Dirgantara seakan tak tersisa. Di meja makan telah tersedia menu sarapan, tetapi itu tidak mampu menarik perhatian Bella.  "Selamat pagi, Non. Tuan berpesan, setelah Nona bangun harus segera sarapan," kata seorang asisten rumah tangga begitu ramah pada Bella. Ya, tentu saja Bella mengenal pekerja wanita itu. Dia sudah  se
Baca selengkapnya
SANGAT KECEWA
Bella menarik tangan Sindi menuju taman rumah sakit. Dia sengaja memilih sebuah bangku yang terletak di ujung taman. Ada pohon rindang di atasnya. Angin bertiup sepoi-sepoi, membawa terbang sedikit rasa sakit yang masih ada di hati wanita itu. "Sin, ada yang ingin aku tanyakan padamu, ini tentang kak Raffi. Tapi kamu harus janji, katakan semuanya dengan jujur," ucapnya mantap pada Sindi. Dia merasa pantas untuk mengetahui semuanya, tentang apa yang terjadi pada Raffi.  "Jadi, apa yang ingin kamu tanyakan, Bell? Aku siap menjawabnya." Sindi sudah menduga hal ini akan terjadi. Cepat atau lambat, kebenaran tentang apa yang terjadi pada Raffi pasti akan terbongkar.  "Sebenarnya, apa sakit kak Raffi semakin parah karena aku?" tanya Bella kemudian. Biarlah dia dibilang terlalu percaya diri, tetapi dia yakin kalimat yang baru saja dia ucapkan itu merupakan sebuah kebenaran. "M
Baca selengkapnya
BERI AKU KESEMPATAN
Bella benar-benar kembali ke rumahnya. Masih sulit baginya untuk menerima kenyataan yang baru saja dia ketahui. Bella menyesal telah melewati malam pengantin bersama orang yang ternyata tidak pernah mencintainya. Setidaknya itu yang ada di pikiran Bella saat ini. Dia membenci pernikahan settingan itu.    Apapun keadaan Raffi, Bella bisa menerima. Mengapa Raffi malah memberikan dia begitu saja pada kembarannya dengan alasan konyol. Bella tidak masalah meskipun Raffi penyakitan. Gadis itu memiliki perasaan yabg tulus. Lebih baik pernah memiliki, daripada harus berada dalam situasi aneh ini.   Bella ingin merawat Raffi sebagai seorang kekasih. Rasa yang ada untuk Raffa telah lenyap begitu saja. Menguap seiring terbukanya rahasia besar yang ditutupi oleh seluruh keluarga Dirgantara. Bella masih tidak percaya, bagaimana bisa Raffa menidurinya, padahal dia mungkin tidak memiliki perasaan apapun, walau secara hukum Raffi memang suami Bella.&nb
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status