GAIRAH ISTRI LIAR

GAIRAH ISTRI LIAR

Oleh:  Manda Azzahra  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
31 Peringkat
88Bab
275.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Key begitu benci dengan dengan ayahnya. Juga keluarga barunya. Merasa muak karena harus setiap hari bertemu dengan Erik, mantan kekasih yang kini berstatus sebagai kakak tirinya. Merasa tidak sanggup lagi tinggal di sana, Key meminta sahabatnya Kahfi untuk menikahi dan membawanya pergi dari rumah itu. Pernikahan dadakan mereka tentu saja diwarnai dengan berbagai intrik dan juga polemik. Banyak adegan romantis dan juga lucu yang mereka lalui setelah menikah. Bagaimana nasib keduanya? Akankah mereka saling jatuh cinta, ataukah berakhir dengan perpisahan dan kembali menjadi sahabat? WARNING! Awas jatuh cinta dengan Kahfi. Karena saat menulis kisah mereka, aku juga menggilai sosok sahabat yang satu ini. Jika membacanya, maka kau akan menghayal dan berharap menjadi Key.

Lihat lebih banyak
GAIRAH ISTRI LIAR Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Iyan Ji
cerita yg bagus dan sangat menarik sahabat to nikah... "apakah ada sahabat sprt itu yg tulus mencintai... sampai menikah di dunia nyata ini"
2024-03-07 16:30:58
0
user avatar
Feby Mojo
bagus ceritanya.. sahabat tapi nikah itu amazing loh
2024-02-29 01:57:52
0
user avatar
Dian Nurlaela
cerita nya bagus ga ngebosenin.. keren eeuuyy.. semangat selalu author..
2023-12-21 22:26:29
0
user avatar
Alvin Subeki
Baguuus ceritanya ...️
2023-06-07 22:32:37
0
user avatar
Mia Nurul Muttaqin
mulai baca marathon..
2022-12-19 04:50:04
1
user avatar
Arewal Nakal
not bad,i like ladies naughty but still care n safe.use her love n body for guys she's love n care not too all boys or men,that's type of ladies is rare n limited,the type crazy or naughty but still protect n cover her body for sex,juz for the one n only boy her love n care about.nice story.good job
2022-10-19 21:00:08
1
user avatar
Manda Azzahra
Terima kasih ya buat yang udah mau baca kisah Key dan Kahfi. Jangan lupa mampir keceritaku yang baru ya. Gak kalah bikin baper dan senyum2 sendiri. JERAT CINTA SANG RENTENIR dan JODOH HASIL RAMPASAN. Selamat membaca dan jatuh cinta ......
2022-07-20 16:10:21
6
user avatar
Namira Cello
Kak Manda up Ren dan Maya dong. udah baca ampe bab 10 di kbm.lanjut disini yah. suka banget sama kisah mereka ......
2022-07-05 13:51:16
1
user avatar
Namira Cello
Kak Manda up semua cerita kbm di sini dong
2022-07-05 13:49:19
1
user avatar
Dilla Doni
suka bgt sama ceritanya..diawal konfliknya masih ringan yah...masih okelah...dari part awal senyumw sndri akunya.. kelakuan si key dan si Kahfi... dan yah aku tertarik dg Kahfi Thor ........ haduh ..Kahfi ..Kahfi...semoga org seperti mu ada ya didunia nyata
2022-07-05 01:40:44
1
user avatar
Nanoy
msh awal, tp suka ^^ beneran sdh end ini novelnya atau malah ngantung?
2022-07-04 18:15:00
1
user avatar
Oscar
suka sama cerita ini
2022-07-04 13:27:45
1
user avatar
yani yani
lumayan bagus. suka
2022-07-03 17:36:14
1
user avatar
Juniarth
authonya udah nggak pernah update
2022-07-02 16:33:09
1
user avatar
Upen Supenti
Novel ini benar-benar unik...ceritanya berbeda dan tak bisa ditebak...seruuuu....
2022-07-02 13:00:20
1
  • 1
  • 2
  • 3
88 Bab
Part 1
Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi glowingku. Membuat rambut lurus berwarnaku sedikit tersibak. Aku tersenyum sinis, melihat laki-laki paruh baya bergaya necis yang kini berada di depanku, dengan wajah merah menahan amarah. Mataku berkeliling mengitari mereka yang berlagak baik dan ingin membelaku, namun tak mampu. Mata mereka berkaca-kaca, mencoba memberikan isyarat bahwa aku harus meminta maaf dan segera memperbaiki kesalahanku. Munafik betul makhluk-makhluk itu. Aku terus menantang, meski diam. Masih bergeming dengan sorot mata tajam, tanpa air mata. Aku lelah menangis sejak tujuh tahun yang lalu, di hadapan...nya."Bikin malu! Tidak punya harga diri. Kau senang ditonton semua orang? Kau sengaja mempermalukan Papa, ha? Dasar gadis liar. Bereskan masalahmu, atau angkat kaki dari rumah ini!"Oh, good. Kenapa tak dari dulu kulakukan hal itu. Dengan begitu, aku punya alasan untuk pergi dari neraka ini. Aku be
Baca selengkapnya
Part 2
Ayo, minum!" Aku kembali meminta, setelah pasiennya pergi. Dia kini mengambil tempat di sebelahku, juga menyulut rokok."Pipimu bengkak. Kau dipukul?""Ya.""Kenapa kau lakukan itu?""Apa? Memajang foto polosku?" Aku tergelak. "Kau melihatnya? Aku seksi, kan?""Gila!" Dia berdecih. "Yes, Fi. I am crazy. Aku benar-benar sudah gila tinggal di rumah itu.""Kenapa? Kulihat mereka memperlakukanmu dengan baik.""Oh, shit, Kahfi." Aku mendorong bahunya. "Kau juga tertipu rupanya."Dia menggelengkan kepala, sembari membuang asap rokoknya."Apa lagi yang kau tunggu. Tutup kedaimu.""Kau gila. Ini masih pagi. Kau mau minum apa? Jamu?""Oh, ya ampun, Fi. Ini sudah hampir jam dua belas. Kalau tak mau minum, kau bisa temani aku makan.""Kau saja, makan siangku sudah datang." Dia bangkit penuh senyuman, menyusul seorang gadis berseragam SMA yang berjalan menuju ke arah kami. Sepertinya ga
Baca selengkapnya
Part 3
Dia sedikit terdiam, kemudian mendorong bahuku agar terlepas dari bibir seksinya. Uh, manis sekali. "Apa yang kau lakukan?" ucapnya, setengah membentak. "Menciummu. Kau tak sadar?" Aku tertawa geli. Lalu terdengar suara batu berbenturan, bekas langkah gadis yang tadi menyaksikan aksi kami. Kahfi langsung menoleh ke belakang. Raut wajahnya kembali gusar, melihat kekasihnya setengah berlari sambil mengusap air mata. Dasar cengeng!Pria berpostur tinggi tegap itu langsung mengambil langkah untuk menyusulnya. Meninggalkanku begitu saja tanpa bilang permisi. Dimana sopan santunnya. Tapi kurasa dia terlambat, pintu rumahnya sudah tertutup dari dalam. Ouh, kasihannya temanku itu. Pasti gadis itu sedang berdiri bersandar di balik pintu, menutup mulut agar suara tangisnya tak terdengar dari luar. Tempat si bodoh itu berdiri dan mengetuk dengan pelan. Klise, aku sudah sering melihat adegan seperti itu di drama-drama menyedihkan. 
Baca selengkapnya
Part 4
Jadi kau benar-benar iri padanya? Setelah sekian lama? Ke mana saja kau selama ini saat aku tengah bersamanya?""Tapi baru malam itu aku melihatmu menciumnya. Apa kau menikmatinya? Atau hanya mengerjainya?""Oh, shit. Brengsek kau, Erik. Kau memata-mataiku?" Aku memukul dadanya secara brutal. Dia tak melawan. Hanya terkadang sedikit mendongak, agar aku bisa lebih leluasa memukulinya. "Tak perlu menunggu kau mabuk jika ingin mendapatkanmu. Kalau aku mau, saat ini pun aku bisa memaksamu melakukannya," geramnya, sambil menangkis dan mendapatkan kedua tanganku di genggamannya. Lalu mendorong tubuhku ke atas ranjang hingga terduduk, hampir terlentang. Dia terus menatapku dengan tajam, tentu saja aku semakin menantang. Pantang bagiku terlihat lemah dan takut di hadapan mereka. Lalu ia pun bergegas keluar dan membanting pintu. Fiuhh... aku selamat. *Aku kembali mengunjungi kios Kahfi usai melakukan pemot
Baca selengkapnya
Part 5
Kau sudah tidak waras, Key. Tanggung jawab seperti apa itu?" Dia menekan ujung rokoknya di atas kursi hingga padam. "Kau seharusnya senang, Fi. Kau sangat beruntung bisa mendapatkan aku," sahutku penuh percaya diri. Dia terkekeh mendengarnya. "Kenapa kau tertawa? Kau pikir aku bercanda? Ayo temui Ibumu. Aku akan bicara padanya."Dia semakin tergelak sampai menggelengkan kepalanya. Dasar sialan. "Mabukmu belum juga hilang rupanya. Biar kubuat kau agar sadar." Dia bangkit, sambil mengambil semprotan air yang biasa ia gunakan untuk membasahi rambut atau membersihkan wajah pelanggannya. "Hentikan itu, Fi. Aku tidak mabuk. Kau membuatku basah. Dasar sialan!" umpatku, sambil merebut benda yang digunakannya itu. "Oh, begitu. Baiklah. Jadi kau sudah sadar? Kurasa kau ingin sekali menikah denganku, ya? Kau iri karena aku punya pacar?""Kalian baru putus. Kau yang sudah tidak tahan ingin menikah. Jadi aku berbaik h
Baca selengkapnya
Part 6
Kau tidak serius soal menikahi Kahfi, kan?" cecarnya tanpa basa-basi lagi. "Bukan urusanmu. Kau sudah melihat kami berciuman. Masih bilang aku bercanda?""Kau hanya bermain-main, Key. Kau hanya ingin membuat Papamu marah. Kau sudah gagal. Jadi, cepat batalkan niatmu itu.""Memangnya kau siapa, berani mengatur hidupku?""Aku mengenal semua teman kencanmu, Key. Kahfi bukan termasuk kriteria seperti mereka.""Sudah kubilang jangan menilai Kahfi di depanku. Tentu saja dia berbeda dari para bedebah itu. Mereka tak sama, dan aku tidak ingin kehilangan laki-laki seperti dia.""Pikirkan lagi, Key," ucapannya sedikit melunak. "Jangan anggap pernikahan seperti mainan yang biasa kau mainkan. Kau bisa menyakiti perasaannya.""Oh, my brother. Mulia sekali hatimu," sindirku dengan nada mendayu. "Kau sedang memikirkan perasaannya, atau perasaanmu?" Telunjukku kini telah menempel di dagunya. Aku mendekatkan wajah, merasakan h
Baca selengkapnya
Part 7
Aku menoleh ke belakang, dan kulihat laki-laki berambut lurus lagi lebat itu, tengah berdiri menatapku."Kak Key serius?" tanya Sifa tiba-tiba. "Hush. Jangan sembarangan!" bantah Ibunya. Aku hanya bolak balik memandang mereka secara bergantian, lalu mengangkat bahu. Kuserahkan padamu, Fi. .Kahfi mengantarku keluar hingga menuju ke mobil. Meminta aku menunggu, karena dia akan berbicara pada Ibunya. Padahal apa susahnya tadi, ia hanya tinggal menyambung saja ucapanku. Atau ada ritual khusus, yang aku tidak boleh tahu? Oh, ya ampun. Dia membuatku menjadi pusing saja. Kupikir membicarakan sesuatu itu adalah hal yang sangat mudah. Hanya mengatakan kami akan menikah, sudah. Dasar lamban. Aku terpaksa pulang, setelah dia menjanjikan pasti datang malam ini. Yeah, ternyata dia masih takut dengan ancamanku. Tentu saja dia akan kehilangan muka di depan Papa, jika aku sampai benar-benar mengatakan bahwa aku sedang h
Baca selengkapnya
Part 8
"Aku tak tahu lagi harus bicara apa, Key. Aku cemburu. Benar-benar cemburu melihat kau bersamanya," ucapnya dengan napas yang naik turun. "Lepaskan aku, bodoh!" makiku, menggerakkan kedua tanganku yang kini terkunci di tembok. Tangannya terus menekan hingga aku tak bisa melepaskan diri."Kumohon. Belum terlambat untuk kita, Key. Aku tak mau lagi menjadi kakak tiri bagimu. Kau tahu sendiri bagaimana perasaanku.""Sialan kau bajingan. Beraninya bicara seperti itu setelah kau dan keluargamu menghancurkan keluargaku. Menghancurkan seluruh hidupku. Kau brengsek Erik. Kalian semua bajingan!" Aku berteriak histeris. Tanpa sadar aku mulai menangis. Mengeluarkan air mata, yang selama ini kutahan agar tak terlihat di hadapan mereka. "Maafkan aku, Key. Bukan hanya kau saja. Aku dan Elena juga sama hancurnya seperti perasaanmu saat ini. Kita semua korban, Key."Kulihat matanya memerah, ada yang ikut menggenang di pelupuk matanya. Menat
Baca selengkapnya
Part 9
Aku dan Kahfi baru saja turun dari taksi online. Dia langsung membawaku ke rumah yang selama ini dia tempati bersama Ibu dan adiknya. Aku menyukai rumah ini, juga para penghuninya. "Tidak ke rumah mertuamu dulu, Fi?" Ibu mertua menyambut kedatangan kami. "Key ingin langsung pulang ke sini," sahut suamiku. Aku memasang senyum termanis di depan Ibu dan juga adik iparku. "Kamarnya belum dibereskan. Kami pikir masih akan lama di sana.""Kamar yang mana? Nanti aku rapikan.""Pakai kamar Ibu saja. Tempat tidurnya lebih besar.""Tidak mau!" sanggahku segera. "Aku mau tinggal di kamar Kahfi." Aku kembali melebarkan senyumku. .Untuk sekian lama, aku tak pernah lagi memasuki ruangan ini. Tak banyak berubah. Warna cat dan juga perlengkapannya masih sama sejak terakhir aku memasukinya. Kahfi selalu mengunci pintu dan melarangku untuk masuk sejak dia masuk SMP. Saat itu aku masih kelas lima SD. Sama sek
Baca selengkapnya
Part 10
Aku memperhatikan dia yang sedang memasang karpet berwarna coklat muda. Bulunya terlihat begitu tebal, dan sepertinya sangat halus. Disusunnya dua buah bantal, kemudian duduk bersantai di atasnya. "Ke sini!" Dia menepuk sisi di sebelah kanannya. Aku membuang pandangan, masih tak terima dengan sikapnya tadi. "Kau marah?""Menurutmu?""Berhenti merokok. Tak baik untuk kesehatanmu.""Are you crazy? Kenapa baru sekarang? Sudah bertahun-tahun kau membagi rokokmu padaku.""Sekarang berbeda. Aku melarangmu.""No, Kahfi. Aku tidak mau. Aku akan membelinya sendiri, dan aku tidak akan membaginya denganmu." Aku memutar bola mata, malas. "Coba saja lakukan itu. Akan kupatahkan rahangmu itu.""What? Kau sedang mengancamku?" Aku langsung bangkit dan mendatanginya."Kau bicara apa tadi?" "Kau sudah dengar dengan jelas. Aku tak mau mengulanginya." Dia menjatuhkan kepalanya ke bantal super besar itu.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status