Mengejar Cinta Ustaz Tampan

Mengejar Cinta Ustaz Tampan

Oleh:  LeeNaGie  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 Peringkat
43Bab
14.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

“Kalau mau cari cowok baik-baik, cari di masjid subuh-subuh.” Bagaimana jadinya jika seorang perempuan berpenampilan tomboi, gemar mengoleksi film dewasa dan ketika berbicara tidak pakai filter, tiba-tiba menjadi rajin beribadah di masjid hanya untuk mencari jodoh? Dian merasa frustasi, karena tidak kunjung mendapatkan jodoh di usia pertengahan tiga puluh. Ditambah lagi teror dari sang Ibu. Gadis itu mengikuti saran dari kakak sahabatnya untuk mencari pria baik-baik di masjid pada waktu Subuh. Tak disangka ia melihat seorang ustaz muda berparas tampan, bernama Fajar Faizan. Usut punya usut, pria itu berprofesi sebagai seorang dosen di salah satu Universitas Islam. Dian jatuh cinta pada pandangan kedua dan berniat untuk mendapatkan perhatian Fajar. Dia sampai mengubah penampilan demi pujaan hati. Apakah perubahan yang bertujuan mendapatkan perhatian hamba-Nya ini bisa berhasil? Cover designed by Chay Graphic and owned by Leenagie

Lihat lebih banyak
Mengejar Cinta Ustaz Tampan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Mrs RaraShanum
sangat menarik dan lucu juga ceratanya..semangat thor..
2022-06-01 19:52:06
1
user avatar
Yuda Yuda
seru dan lucu ceritanya..lanjutkan thor..
2022-06-01 17:28:34
1
user avatar
chade
cuba baca dulu
2022-05-27 15:18:23
1
user avatar
Zubaidah Mahrup
kayanya seru ni.. semangat thooorrr..
2022-05-17 21:29:27
1
43 Bab
BAB 1: Teror Paling Mengerikan Bagi Wanita Lajang
“Pokoknya elu kagak boleh nikah sebelum Mpok lu nikah!” Terdengar suara wanita sedikit serak begitu lantang dari ruang tamu.“Ya gak bisa gitu dong, Nyak. Aye udah kepengin nikah nih! Udah ade jodohnye. Masa iye harus nunggu Mpok nikah dulu? Emangnye Mpok udah ada jodohnye? Beluman pan.” Kali ini suara lainnya mendebat.Desahan pelan meluncur dari bibir seorang gadis yang sedang berdiri di depan cermin berukuran besar. Bola mata bulatnya berputar malas ketika mendengar perdebatan dengan topik yang sama selama satu minggu belakangan. Apalagi seputar permasalahan adiknya yang ingin menikah, tapi terhalang restu orang tua.Lebih tepatnya sang Adik belum diperbolehkan menikah, jika dirinya masih melajang. Artinya, setelah ini, ia akan dicecar lagi dengan teror yang sangat menakutkan bagi wanita lajang berusia kepala tiga. Apalagi jika bukan masalah jodoh.Gadis itu memastikan lagi rambut model bob yang menjadi ciri khasnya sejak dulu,
Baca selengkapnya
BAB 2: Saran yang Diabaikan
Dian keluar dari gedung nusantara dengan wajah semringah. Wawancara dengan narasumber selesai dilakukan, setelah menunggu hampir dua jam. Memang tidak mudah mewawancarai anggota DPR, apalagi jika yang bersangkutan tidak berada di kantor. Harus menunggu terlebih dahulu hingga datang.“Pantesan aja artis banyak yang minat jadi anggota DPR. Duitnya gila!” gumam Dian bermonolog dengan kaki melangkah menuju area parkiran.“Kerja bisa nyantai, duit masuk ratusan juta. Beda sama gue yang harus pontang-panting kerja demi sedikit cuan,” racaunya lagi setengah berbisik.Ponsel bergetar di dalam saku ketika ia membuka pintu mobil. Dian mengetuk sekali earphone bluetooth yang terpasang di telinga kiri. Dalam hitungan detik terdengar suara pria di seberang sana.“Gimana, Di? Sukses?” tanya suara bas.Dian memutar bola mata seraya meletakkan tas ransel di kursi penumpang kiri mobil. “Sukses dong, Pak. Dian gitu loh!&rdqu
Baca selengkapnya
BAB 3: Kegalauan Dian
“Dian, besok kamu datang ke Kementerian Sosial. Coba cek kegiatan menteri sekarang apa saja? Berita tentang beliau tidak segencar awal menjabat belakangan ini,” titah Gatot, redaktur keceh Yohwa.com and Magazine.“Untuk berita media cetak kamu bisa cari topik apa saja yang kontroversi. Kamu udah pintarlah cari hot topic tanpa perlu disuruh lagi,” tambah pria itu menepuk bahu Dian sebelum meninggalkan ruang rapat.Gadis itu hanya bisa pasrah seraya membuang napas lesu. Pikirannya sekarang bercabang. Tidak hanya masalah pekerjaan, tapi juga teror jodoh yang dilayangkan oleh sang Ibu. Kasihan juga jika Citra tidak jadi menikah karena dirinya.“Nggak pulang, Kak?” tanya wartawan satu bidang dengannya saat melihat Dian masih bergeming di tempat duduk.Kepala Dian bergerak lesu ke kiri dan kanan. Dia mengambil laptop dan buku catatan sebelum berdiri.“Lagi nggak mood pulang gue, Cong,” jawabnya den
Baca selengkapnya
BAB 4: Si Ustaz Tampan
Dian tersenyum sendiri ketika ingat dengan bacaan ayat al-qur’an yang dilantunkan oleh ustaz tampan ketika salat subuh tadi. Suaranya begitu merdu, iramanya juga indah. Terdengar seperti bacaan imam salat Ied di televisi.“Nak Fajar itu lulusan S1 Universitas di Madinah. Makanya bacaan suratnya bagus dan jelas,” kata wanita paruh baya bernama Jamilah, yang tadi duduk di sebelah Dian. Dialog itu tercipta ketika ia memuji kefasihan ustaz tampan bernama Fajar dalam membacakan ayat demi ayat al-qur’an.Gadis itu langsung menelan ludah ketika ingat dengan nama Fajar. Seperti baru saja didengar dua hari terakhir, tapi di mana ya?“Astaga!” serunya menepuk kening sendiri saat berdiri di depan cermin kamar.“Namanya sama dengan cowok yang kemarin bikin dinding mobil kantor lecet. Mana gue lupa lagi telepon gara-gara kebanyakan pikiran,” sambung Dian segera mengambil ponsel dari atas nakas.“Kartu nama!&
Baca selengkapnya
BAB 5: Pertemuan Kedua atau Ketiga?
Seperti pagi sebelumnya, Dian kembali melakukan salat Subuh ke masjid. Tentu saja berharap bisa berjumpa lagi dengan ustaz tampan bernama Fajar yang telah mencuri perhatiannya. Ah, hatinya juga.Jangan pernah berpikir gadis itu telah menunaikan salat lima waktu, seperti yang diwajibkan kepada seluruh umat Islam. Tidak! Dian hanya menunaikan salat Subuh saja, itupun dengan niat yang salah. Apalagi jika bukan mencari jodoh dan pagi tadi untuk bertemu dengan Fajar.Namun harapan tak sesuai dengan kenyataan. Pria yang diidamkan ternyata tidak menunjukkan batang hidung di masjid tersebut. Dian kecewa luar biasa sampai berkali-kali ingin bertanya kepada ibu kemarin. Untuk menjaga wibawa, akhirnya ia menelan mentah-mentah pertanyaan tersebut.“Cari ape sih, Mpok?” tanya Citra ketika melihat Dian krasak-krusuk mencari sesuatu di lemarinya.Dian menoleh malas sebentar ke sela pintu, kemudian fokus lagi mengacak bagian dalam lemari.“Ditany
Baca selengkapnya
BAB 6: Pertemuan Mendebarkan
“Bapak lagi nggak bercanda, ‘kan?” Dian masih belum percaya kalau Fajar yang ditaksirnya adalah Fajar yang menyerempet mobil kantor dua hari yang lalu.Bibir berisi pria itu tertarik ke samping, sehingga gigi berukuran besar tampak jelas. Tunggu, sepertinya ada gingsul di sebelah kiri. Sudah jelas menambah keelokan paras Fajar.Bagaimana dengan ekspresi Dian ketika melihat makhluk ciptaan Allah yang nyaris sempurna di matanya? Melongo pemirsa. Tampak binar cinta di matanya seiring dengan dada yang bergemuruh.Sadar, Di. Jaga image. Apa-apaan sih lo? Cowok kayak gini belum tentu masih single, kali aja udah punya bini, batinnya menyadarkan diri.Ah, kalau modelannya begini, gue rela jadi yang kedua kok, bisik hati satu lagi.“Mbak mungkin lupa karena saya waktu itu pakai helm, tapi saya masih ingat dengan wajah Mbak.” Perkataan Fajar mampu menyeret Dian ke alam nyata.Dia ingat wajah gue? Jan
Baca selengkapnya
BAB 7: Langkah Pertama
Dian benar-benar dibuat terkesima oleh penjelasan Fajar mengenai politik dan Islam. Juga sejauh mana peran ulama dalam menyikapi isu politik yang sedang memanas. Menurutnya ulama berperan penting dalam mengawasi alur politik Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga tidak seharusnya dibatasi. Tentunya sejauh tidak memprovokasi umat.“Bayangkan jika ulama didiskriminasi dan dibatasi suaranya dalam berpolitik, kita tidak akan mengenal Buya Hamka, Muhammad Natsir, H. Agus Salim, Sutan Sjahrir dan Muhammad Hatta. Beliau semua adalah tokoh Islam dan da’i.” Fajar menarik napas terlebih dahulu sebelum melanjutkan perkataannya. “Hal ini berbeda makna dengan para politisi yang membawa-bawa agama dalam mendapatkan suara dan simpati dari rakyat. Sangat disayangkan jika ada yang seperti itu,” papar Fajar menjelang wawancara berakhir.Dian manggut-manggut paham dengan apa yang disampaikan oleh Fajar. Gadis itu sangat setuju dengan pemaparan yang dis
Baca selengkapnya
BAB 8: Weekend Bersama Rempongers
Beragam warna mata kini menatap Dian bingung. Mereka butuh penjelasan maksud perkataan gadis itu barusan. Mengubah penampilan seperti apa yang ingin dilakukan?“Jelaskan, Di. Tak paham aku maksud perkataan kau itu. Ubah penampilan macam mana?” Gita dengan rasa kepo tingkat tinggi, disambung dengan anggukan kepala oleh sahabatnya yang lain.“Sebentar!” sela Raline seraya meletakkan kedua tangan di atas meja. Mata cokelat lebarnya menatap Dian serius. “Jangan bilang sumpah gue jadi kenyataan.”Bibir tipis Dian mengerucut sebelum kepala bergerak ke atas dan bawah. Gadis itu ingat dengan apa yang pernah dikatakan oleh Raline beberapa tahun lalu.“Awas lo ya, Di. Beneran gue sumpahin nikah sama ustaz lo nanti.” Begitulah yang dikatakan oleh Raline pada waktu itu.“Mana ada ustadz yang mau nikah sama cewek kayak gue, Cong? Yang bener aja lo,” timpal Dian terdengar konyol. Sekarang malah dirinya
Baca selengkapnya
BAB 9: Mencari Tahu Tentang Fajar
Menjelang subuh, Dian sudah duduk termenung di pinggir tempat tidur. Mata hitam bulatnya mengecil ketika memikirkan bagaimana cara mencari informasi lebih banyak lagi tentang Fajar. Tangannya langsung bergerak meraih ponsel dari atas nakas, kemudian mencari sosial media pria itu.Kepala terkulai lesu ketika tidak menemukan satupun sosial media atas nama Fajar Faizan yang berprofesi sebagai dosen di salah satu Universitas Islam. Foto profil yang mengacu kepada pria itu juga tidak ada.“Masa iya tanya ke Bu Jamilah?” Kepalanya menggeleng cepat. “Gengsi ah. Apalagi kalau dese tahu gue suka sama Fajar.”Dian menggigit bawah saat masih berpikir keras. Embusan napas lesu meluncur dari sela bibir tipisnya saat belum menemukan solusi. Pandangan netra bulat itu beranjak ke arah dinding, masih ada waktu dua puluh menit menjelang subuh. Alhasil gadis itu segera melangkah ke kamar mandi.Genap hari keempat melakukan rutinitas baru salat Subuh
Baca selengkapnya
BAB 10: Belajar Menjadi Muslimah
Dian mengedarkan pandangan ke arah pintu masuk depan Thamrin City, pusat perbelanjaan yang sebenarnya berdekatan dengan Tanah Abang. Gadis itu malas berbelanja ke Tanah Abang, karena sudah pasti dibuat bingung dengan beragam pilihan yang terlalu banyak. Menurutnya berbelanja di Thamrin City jauh lebih mudah, karena modelnya sudah pilihan terbaik.Senyum mengembang di paras ketika melihat seorang perempuan berkerudung yang sangat dikenal. Siapa lagi jika bukan teman satu kantor bernama Syukria. Hanya wanita itu yang bisa memberi saran model pakaian yang akan dikenakan nanti.“Duh gue nggak enak sama laki lo deh, Syuk,” ucap Dian dengan wajah bersalah setelah mereka berdekatan.Wajah Syukria mengernyit sedikit saat kepala bergerak ke kiri dan kanan. “Santai aja, Kak. Aku udah jalan-jalan kok sama Abang kemarin.”Dian tersenyum manis sebelum merangkul lengan Syukria. “Baik banget sih. Makasih ya.”“Sama-sama,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status