Janda Kembang

Janda Kembang

Oleh:  Swasti Awahita  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
7 Peringkat
52Bab
4.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Bila aku bisa terbang, aku pasti akan terbang jauh meninggalkan tempat ini, tapi aku tak kuasa meninggalkan adik-adikku, mereka butuh aku. Apa salahnya bila aku janda dari orang yang jahat? Yang jahat dia bukan aku, lalu kenapa kamu membenciku?" Semenjak ibunya meninggal, Saras hidup dalam kesedihan, demi membayar hutang bapaknya yang suka berjudi dan mabuk-mabukkan, Saras harus menikah dengan juragan Broto yang tampangnya sangat menjijikkan. Setelah menjadi janda, banyak pria tergoda ingin memiliki dirinya, tapi Saras tak tertarik dengan mereka, tapi saat Reyhan datang ke desanya, Saras jatuh cinta padanya, tapi karena dia janda, Reyhan menjauh. Bagi Reyhan, Saras bukan siapa-siapa terlebih drinya sudah punya pacar yang bernama Bella, namun seiring waktu Reyhan semakin kagum dengan kegigihan Saras dalam bekerja dan mengasuh adik-adiknya, rasa kagum itu menjadi cinta. Namun saat cinta bersemi, rintangan datang dari Bu Ratna ibunya Reyhan yang tidak setuju dengan hubungan mereka, namun Reyhan rela berkorban demi cintanya pada Saras dan memilih untuk menikah dengan Saras, tetapi Bella terus merintangi jalan cinta mereka berdua. Apakah Saras akan mendapat cinta Reyhan sekaligus restu dari ibunya? Antara Saras dan Bella siapa yang akan memiliki Reyhan?

Lihat lebih banyak
Janda Kembang Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Mahreen Mayra
Lanjut thor ...️...️...️
2022-08-03 09:48:19
2
user avatar
Swasti Awahita
Terima kasih yang sudah mampir baca ......
2022-04-25 04:39:39
2
user avatar
Menik Menur
Saras Semangat, hidup pasti ada rintangan, jangan menyerah ...
2022-04-19 12:31:21
3
user avatar
Amih Lilis
Ceritanya keren. wajib baca pokoknya!
2022-04-04 18:01:06
3
user avatar
Puji170
ceritanya bagus
2022-03-30 21:46:00
3
user avatar
Swasti Awahita
Semangat Thor ...
2022-03-30 21:27:03
3
user avatar
Menik
Lanjut dong ...
2022-03-19 10:27:59
4
52 Bab
Wong Setengah Liter
"Dasar wong setengah liter!" gerutu Saras melihat wajah pria yang tubuhnya gemuk dan aroma tubuhnya penuh dengan bau asap rokok kretek yang menyesak nafas Saras yang memang tidak suka asap rokok. Suatu hari ada seorang laki-laki yang datang membawa sebuah lamaran pada Saras, ia datang bersama para pengawalnya ke rumah Saras, laki-laki itu bernama Broto. Dia laki-laki yang sangat berpengaruh di desa itu. Dia sudah mempunyai istri, tapi ingin menambah istri lagi. Saras melihatnya aja sudah muak. "Aku rasanya pingin muntah lihat dia," gumamnya sambil menoleh ke samping. Broto berumur kira-kira sekitar 50 tahun, usianya sama dengan usia bapaknya Saras. Wajah Broto brewokan dan juga bermata keranjang, sedangkan Saraswati gadis cantik kembang desa. Orang-orang memanggil dia Saras. Bapaknya suka mabuk-mabukan dan main perempuan dan membuat Saras takut membuka hati untuk laki-laki. Walau banyak yang jatuh hati dan mencoba mendekatinya, tapi Saras menolak mereka semua. “Di mana semua orang
Baca selengkapnya
Dasar Koplak
Broto berhenti tertawa dan berkata, "Dengan apa kamu membayar hutang bapakmu, hah?" Mendapat pertanyaan seperti itu, Saras menjadi bingung, ia membenarkan ucapan juragan Broto yang setelah liter itu. 'Betul juga ucapan Broto, aku bayar pakai apa? Buat makan saja kami sudah,' batin Saras. Melihat Saras yang terdiam seribu bahasa, Broto lalu bicara lagi, "Baiklah, aku akan berbaik hati padamu, aku kasih waktu satu bulan untuk berpikir, dan dalam satu bulan itu, kalau kamu bisa bayar hutang bapakmu? Aku akan lepaskan kamu. Tapi, kalau kamu tidak bisa bayar, maka kamu harus jadi istriku! Mengerti wong ayu?" Saras memandang ke arah Broto tajam, tatapan matanya seakan ingin menghujam jantung pria yang menjijikkan itu. "Aku tidak mau menikah denganmu!" seru Saras dengan suara sengit. "Walah, lek marah kamu itu tambah cantik, lo! Hehehe!" Broto mencoba menggoda Saras. Saras tidak merespon ucapan Broto, ia memalingkan mukanya ke arah lain, tapi melihat perlakuan Saras yang seperti itu,
Baca selengkapnya
Sahabat Rasa Saudara
"Emak pasti capek, setiap hari kerja jualan di pasar sampai siang, dan setelah itu mencari dagangan sayur ke sawah atau kebun, kasian Emak, ia pasti lelah seharian bekerja," batin Saras.  Langkah kaki Saras bergerak cepat menuju ke rumah Munifah teman masa kecilnya. Munifah teman Saras yang sudah sukses, dia punya rumah megah dan punya banyak sawah. Munifah juga punya mobil mewah hasil kerjanya menjadi TKW di Singapura selama 4 tahun. Rumahnya yang jaraknya kira-kira 500 meter dari rumah Saras, jadi dia tidak perlu berjalan jauh menuju rumah Munifah teman masa kecilnya itu. Sejak lulus SMA dia sudah menjadi TKW ke Singapura.  "Andai dulu aku ikut dia ke Singapura, pasti aku juga saat ini sudah makmur hidupku, tapi saat itu Bapak melarang aku pergi jauh karena Bapak ingin aku menikah saja dengan orang kaya agar dia bisa dapat uang mahar dari menantunya yang kaya, heh! Dasar Bapak ini serakah!" 
Baca selengkapnya
Duka yang Terdalam
"Apa yang terjadi? Emakku di mana?" tanya Saras. "Saras, ini Emakmu!" jawab Bulek Nuning, sambil memandang ke arah Saras dengan derai air mata. "Di mana Emak Bulek?" "Yang terbaring di tengah ruangan itu adalah Emak kamu." Mendengar ucapan Bulek Nuning, Saras memandang ke tengah ruangan yang terbujur kaku seseorang yang di turupi oleh kain jarik. "Bulek, bagaimana mungkin? Bulek pasti salah! Aku barusan saja keluar dari rumah, aku tidak percaya!" "Saras, kamu sabar ya!" Bulek Nuning menggenggam tangan Saras. "Tidak mungkin itu Emak! Barusan saja, Mak bicara denganku, bagaimana mungkin, itu Emak? Tidak mungkin, Bulek!" Saras menyangkal semua ucapan Bulek Nuning. "Saras, tenangkan hatimu, coba tenangkan hatimu dulu." Bulek Nuning mencoba menenangkan hati Saras. "Tidak, mungkin. Itu tidak mungkin!" g
Baca selengkapnya
Aku harus Tabah untuk Adikku
Melihat Bayu yang terguncang hatinya, Bude Sumiati mendekati Bayu, lalu memegang pundaknya. "Jangan kamu yang pergi, biar orang lain yang menjemput bapakmu," kata Bude Sumiati.  "Aku tahu tempat judi juragan Broto, aku yang jemput Bapak, ya!" sahut Permadi.  Tanpa mereka duga, Adik kecil Saras yang berumur 8 tahun itu bersuara lantang. Permadi memang tahu betul tempat bapaknya berjudi, karena Permadi yang sering di suruh ibunya untuk menyusul bapaknya bila tidak pulang ke rumah. Permadi itu anak yang pemberani. Walau masih kecil. "Biar aku yang susul, Mbak!" sahutnya lagi,  "Jangan. Kita tidak pergi ke mana-mana, kita di sini jaga Ibu untuk yang terakhir kalinya." tegas Saras. Bayu berdiri dari duduknya, Saras memperhatikan adiknya yang berdiri, Saras lalu bertanya, "Kamu mau ke mana?" "Aku akan membuat perhitungan dengan B
Baca selengkapnya
Kepergianmu Menyisakan Duka
Saras meraih tangan mungil adiknya. "Sundari, Bayu, Permadi, jangan bersedih, jangan menangis, masih ada Mbak Saras di sini. Kita harus relakan Emak untuk istirahat dengan tenang," ucap Saras sembari memeluk adik-adiknya dengan kasih sayang.  Neneknya cuman bisa menatap cucu-cucunya dengan hati yang hancur, tidak pernah terbayang dalam pikiran akan terjadi musibah seperti ini.   "Oalah Menik, bagaimana nasib anak-anak kamu sekarang? Apa lagi bapaknya pergi tanpa kabar entah ke mana," ucapnya lirih sambil mengusap derai air matanya dengan sudut jarik yang ia pakai. Dalam kesedihan yang amat dalam, Saras berusaha tabah. Matanya menangis, tapi tubuh dan hatinya, ia kuat-kuatkan untuk tetap tegar di hadapan adik-adiknya.  'Aku harus kuat, adik-adik butuh aku. Kuat, aku harus kuat!' kata-kata itu yang terus ia lantunkan dalam hatinya. Hati Saras semakin hancur tatk
Baca selengkapnya
Keputusan yang Sulit
"Mbak Saras jangan khawatir, aku akan bekerja agar dapat uang untuk membantu Mbak Saras membayar hutang bapak," sahut Bayu sembari memegang tangan kakak perempuannya itu. "Tidak, Bayu! Kamu harus tetap sekolah, bagaimanapun caranya, kamu harus tetap sekolah dan menjadi orang sukses. Tolong bantu Mbak mewujudkan cita-cita Mbak." "Tapi Mbak! Bagaimana cara Mbak Saras membayar hutang Bapak?" tanya Bayu. "Kita pikirkan nanti saja." "Bagaimana kalau Broto ke sini dan nagih utang?" "Bayu, biarkan Mbak istirahat sejenak, pikirannya Mbak masih kacau." "Mbak, biarkan aku bekerja saja." Saras memandang ke arah adiknya dengan tatapan tajam, ia terlihat kesal tapi juga sedih. Saras lalu menyandarkan kepalanya di dinding rumahnya yang terbuat dari bambu. "Bayu, Mbak ingin kalian semua, adik-adikku yang Mbak sayangi menjadi orang h
Baca selengkapnya
Rasanya Aku ingin Mati
"Ya Allah, belum juga 40 hari almarhumah ibuku, namun Broto gemblung itu minta aku menikah dengan dia. Dasar manusia tak ada udelnya, harusnya nunggu sampai 40 harinya ibuku." "Tapi kalau aku tak menikah dengannya, para pengawalnya pasti akan menyakiti keluargaku." "Ya Allah, andai saja aku bisa mati, matikan saja aku saat ini, aku takut membayangkan nasibku." "Tapi kalau aku mati, bagaimana dengan adik-adikku? Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku menikah dengannya?" Malam itu Saras tak bisa tidur, pikirannya kalut memikirkan nasibnya yang malang. Air matanya mengalir membasahi pipinya, bahkan kain selendang yang tersampir di pundaknya sudah basah oleh air mata. Saras merebahkan tubuhnya di atas tikar pandan yang ada di ruang tengah itu, ia bersama ketiga adiknya memang tidur di ruangan tengah, sedangkan neneknya tidur di dipan di sebelah ruang tamu. 
Baca selengkapnya
Menjadi Janda
Setelah beberapa saat, ia di kamar mandi, lalu masuklah seorang wanita paruh baya yang terlihat baik hati, ia menolong Saras mandi dan menuntun Saras ke tempat tidur. "Ibu siapa?" tanya Saras lirih. "Saya pengurus rumah ini, Non." "Nama Ibu siapa?" "Non, jangan panggil aku Ibu, tapi panggil saja Mbok Tarni." "Mbok Tarni terima kasih ya!" "Iya sama-sama, ini sudah tugas saya Non." "Sepreinya sudah Mbok ganti." "Iya Non, saat Non di kamar mandi, Mbok ganti sprei yang kotor dengan yang baru." "Mbok, badanku sakit semua dan bisakah Mbok bantu aku?" "Bantu apa Non?" Saras melihat sekali lagi ke mata Mbok Tarni yang terlihat baik hati, Saras ingin minta tolong belikan pil KB agar dirinya tidak hamil dengan Broto. "Mbok, belikan aku obat agar
Baca selengkapnya
Kejutan yang tak Terduga
Satu minggu kemudian... Daminah istri pertama almarhum Juragan Broto datang ke rumah Saras, dia di dampingi oleh pengawalnya yang bernama Jatmiko. Mereka datang berdua dengan wajah yang sinis, Saras yang sedang menerima mereka di ruang tamu rumahnya yang sederhana hanya tersenyum tipis. 'Dua manusia tak tahu diri ini kenapa datang ke rumahku? Bikin pandangan mataku ternoda oleh penampilan Daminah yang menor, menyebalkan!' batin Saras. Daminah adalah wanita yang sombong dan suka pamer, penampilannya menor dan juga banyak perhiasan emas yang dia pakai. Daminah dijuluki toko emas berjalan. "Hei, Saras! Kamu harus dengarkan aku baik-baik, ya!" Daminah membuka suara. "Iya Bu." "Aku bukan ibumu, jangan panggil aku Bu!" "Maaf," jawab Saras sambil menunduk, tapi dalam hati dia menahan tawa. "Ada apa? Kenapa kamu senyum?"
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status