Tambah Istri Gara-gara Kambing

Tambah Istri Gara-gara Kambing

Oleh:  Nur hikmah  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
28Bab
621Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Apa yang akan kamu lakukan kalau kamu dimadukan seseorang karena ulah seekor ... kambing?! Apakah akan menjadi sebuah drama? Percintaan? Atau sebuah komedi? Ikuti ceritanya di sini, yuk!

Lihat lebih banyak
Tambah Istri Gara-gara Kambing Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
28 Bab
Bab 1 : Awal petaka
Pagi itu di kota S, Salman sedang meninjau proyek pembangunan resort yang ia bangun di kota ini bersama asistennya Rama. Salman dan Rama baru saja pulang dari tempat pembangunan resort, mereka pulang melewati perkampungan yang lumayan ramai di sebut sebuah kampung. Namun, baru beberapa menit melewati perkampungan tersebut, mobil yang mereka kendarai mengalami bocor ban dan mereka terpaksa berhenti. "Ya ampun! Pakai pecah ban segala lagi, mana sudah mau maghrib, jarak ke kota besar masih satu jam, " ucap Salman dengan gusar. "Maaf Pak! Padahal sebelum berangkat tadi saya sudah mengecek kesiapan mobil dan saya tidak menyangka kalau ban yang bocor bukan cuma satu. " ucap Rama dengan menyesal karena perjalanan mereka terhenti. "Sudah, ga usah gak enakan begitu? Lagian kan bukan salah kamu kalau ban yang bocor ada dua. Ayo kita ganti ban yang satunya dengan ban serap. " jawab Salman dengan tenang. Salman pun mengganti ban yang bocor
Baca selengkapnya
Bab 2 : Tradisi aneh yang tidak masuk akal
Salman yang sedang merapikan kotak mini p3k nya mengeryitkan keningnya melihat pemilik penginapan dan istrinya menatapnya dengan tatapan yang aneh. "Kenapa Pak? Saya dengar tadi ada bunyi orang teriak-teriak! " ucap Rama mendekati Salman sambil mengelap jigongnya siapa tau masih ada, kan malu di lihat banyak orang kalau ia baru bangun tidur. "Entahlah, saya juga tidak mengerti! Mereka sangat heboh ketika saya bilang kalau saya menyelamatkan anak kambing yang luka kakinya terperosok di dalam selokan sana. " jawab Salman dengan wajah bingung. Salman melihat jika Ibu-ibu yang menanyainya tadi di dekati pasutri pemilik penginapan dan mereka berbicara dengan serius. Entah apa yang mereka bicarakan sehingga salah satu Ibu-ibu yang berteriak tadi pergi dengan tergesa-gesa. Pemilik penginapan dan Ibu-ibu itu mendekati nya, dan Salman tiba-tiba merasa tidak nyaman dengan tatapan mata mereka padanya. "Maaf Mas, apa benar Mas yang menemukan dan
Baca selengkapnya
Bab 3 : Benar-benar gila
"Sudah beres semuanya Ram? " tanya Salman sebelum keluar kamar. "Sudah Pak, semua barang-barang saya sudah siap! " jawab Rama dengan mantap. "Ayo kita tunggu di depan, sambil berjalan kaki ke tempat mobil kita kemarin. " ajak Salman dengan santai menggendong tas ranselnya. Salman dan Rama berjalan ke luar penginapan dengan wajah datar. "Permisi Pak, ini kunci kamar yang kami sewa semalam. " ucap Rama dengan sopan kepada Bapak pemilik penginapan sambil menyerahkan sebuah kunci ke tangannya. Mereka yang berbicara serius itu terkejut melihat Salman dan Rama sudah rapi lengkap dengan tas di punggungnya. "Hei Mas, sampean mau pergi kemana? Sampean harus tanggung jawab menikahi Hanum? " ucap pria dengan blankon sedikit keras. "Apa saya tidak salah dengar? Kenapa saya yang harus menikahinya? Emangnya dia hamil sampai saya harus tanggungjawab? Saya tidak mau ikut campur, urus saja urusan kalian, saya juga tidak menge
Baca selengkapnya
Bab 4 : Menyelamatkan wanita yang di Dzolimi
"Nak... Nak... Berhenti nak! " Panggil seseorang dari jauh di atas sepeda motor. Salman yang hendak masuk mobil menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Ia melihat seorang wanita paruh baya bergegas turun dari sepeda motor berlari menemuinya. "Loh, Ibu kan yang tadi pagi itu? " ucap Salman ketika Ibu itu sudah keliatan wajahnya. "Hu... Hu.. Hu... Tolong putri saya Nak, Selamatkan harkat dan martabat nya sebagai seorang perempuan muslimah. Hu... Hu.. Hu... Tolong nikahi putri saya Nak, Selamat kan lah putri ku dari kejahatan ini? Selamatkan harga dirinya Nak? Jangan biarkan semua orang melihat aurat yang selama ini ia jaga. Hu... Hu... Hu... Tolong nikahi anak saya? Setelah itu silahkan engkau menceraikan anakku, karena lebih baik ia menjadi janda dari pada harkat dan martabat nya di rendahkan dengan cara seperti ini. " ucap Umi Sarah yang langsung bersimpuh di hadapan Salman dengan bercucuran air mata. "Astaghfirullah hal adzim Bu? Ayo berdiri! Hanya
Baca selengkapnya
Bab 5 : Cerita masa lalu
Sebelum maghrib, Rama dan Satrio sudah kembali ke kampung ini dengan membawa penghulu yang akan menikahkan Salman dan Hanum. Salman menghubungi istrinya Yasmine dan memohon maaf, yang mana membuat Yasmine menjadi bingung dengan permintaan maaf yang tiba-tiba dilakukan Salman. Yasmine bahkan mengira jika suaminya itu sedang ngelantur karena kecapean dan ia menanggapi permohonan maaf Salman dengan tertawa. "Bisa kita bicara sebentar? " tanya Hanum tiba-tiba kepada Salman yang sedang mengobrol dengan Rama. Salman mengangguk dan Hanum berjalan ke dekat jendela dengan Salman mengikutinya. "Maaf, jika membuat Anda ikut terlibat dalam masalah ini. Saya hanya ingin mengatakan, bisakah setelah kita menikah nanti saya dan ibu tinggal di kota M? Saya tidak mau mengikuti dimana tempat Anda tinggal! Saya hanya ingin hidup tenang berdua bersama ibu saya. " ucap Hanum panjang lebar dengan kepala menunduk. "Tolong jangan terlalu formal bicaranya! Aku mer
Baca selengkapnya
6. Ijab qabul
"Lalu apa yang terjadi kemudian Mbak? " tanya Rama dengan sangat penasaran. "Para tetua kampung dan laki-laki itu marah. Mereka menyalahkan kami semua terutama Abah yang sedari awal tidak ingin menikah kan Kak Haura dengan keponakannya itu. Mereka bahkan meminta Umi untuk mengambil alih keputusan Abah dengan mengganti Saya yang menikahi laki-laki itu. Umi dengan tegas menolak, dan untung juga laki-laki itu juga menolak karena bagi dirinya anak ingusan seperti saya tidak pantas menjadi istrinya karena katanya saya jelek dan kusam. Tidak seperti Kak Haura yang sangat cantik, putih dan sangat manis saat tersenyum! " jawab Hanum lagi. "Ya elah, katarak nampaknya mata tuh cowok! Masa cantik, manis begini di katakan jelek! Memang sih kulitnya gak putih, tapikan gak itam kayak orang negro. Kulit nya kuning langsat khas orang Indonesia pada umumnya, senyumnya manis dan tatapan mata nya teduh! Astaghfirullah hal adzim... Sadar Salman, sadar! Sejak kapan kamu memuji perempuan lain selain Yasm
Baca selengkapnya
7. Di dalam kamar
Begitu para tamu yang datang pulang, Salman memasuki kamar yang di tempati asistennya Rama dan Satrio. Ia tampak duduk termenung memikirkan sesuatu yang membuat hatinya gundah gulana. Ia merogoh kantong celana nya dan mengambil ponsel. Ia mengusap sebuah foto yang menjadi wallpaper pada layar ponselnya dengan mata berembun. "Yasmine sayang..! Maafkan Mas yang sudah menikah lagi secara diam-diam! Sedikit pun tidak ada niat di dalam hati Mas untuk menduakan dirimu sayang! Jangan kan untuk mempunyai niat, berpikir kearah sana Mas tidak pernah! Mas terpaksa melakukan nya sayang demi harkat dan martabat seorang wanita yang di perlakukan tidak adil di desa ini! Maafkan suamimu ini sayang...! Maafkan...! " ucap Salman dengan lirih sembari mengusap foto tersebut dengan perasaan bersalah. Salman menutup matanya sejenak untuk menenangkan hatinya yang gelisah. Ia membuka mata nya setelah memikirkan semua nya. "Yah, walau bagaimana pun aku sekarang sudah menjadi suami Hanum! Meskipun aku tida
Baca selengkapnya
8. Pergi ke kota
Malam itu sepasang pengantin baru menghabiskan malam pertama dengan di awasi orang-orang tetua desa yang berjaga di luar rumah. Hanum menggeliat dalam pelukan hangat sang suami saat menyadari mereka masih polos dalam satu selimut. Wajahnya memerah karena malu teringat tentang apa yang mereka lakukan semalam. Suaminya yang begitu kuat dan gagah membuatnya terbang melayang dengan perlakuan lembutnya karena walau bagaimana pun ini yang pertama ia lakukan. Hanum berusaha menyingkirkan tangan Salman yang membelit perut ramping nya karena ia kebelet ingin buang air kecil. Setelah pelukan Salman terlepas, Hanum mencoba duduk. Namun gesekan kedua pahanya membuat ia meringis kesakitan karena bagian intinya terasa perih dan terasa menjanggal. Susah payah Hanum menggerakkan tubuhnya, akhirnya ia bisa duduk di pinggir tempat tidur. Ia mencoba berdiri, namun rasa nyeri dan perih kembali datang dengan hebatnya hingga Hanum jatuh terduduk di lantai. "Awwww... Sakit...! " pekik Hanum sedikit ke
Baca selengkapnya
9. Berpisah
Selama perjalanan ke kota S, Hanum selalu menemani Salman ngobrol karena ia tidak ingin suami nya jenuh tanpa ada teman bicara. Sementara Umi Sarah sudah tertidur kembali di bangku belakang karena hari masih agak gelap. Perjalanan yang di tempuh selama hampir dua jam sudah selesai karena saat ini mereka ada di sebuah hotel di kota S. "Sayang..! Apa kamu yakin gak ikut Mas ke Jakarta? Mas gak tega ninggalin kamu di sini meskipun sama Umi...! " ucap Salman saat mereka sudah ada di dalam kamar hotel. Salman memutuskan untuk mengajak istri nya istirahat di hotel sambil menunggu Rama dan Umi Sarah mencarikan rumah yang layak untuk Hanum dan Umi Sarah tempati selama di kota S. "Mas...! Hanum akan ikut Mas jika Mbak Yasmine mengizinkan dan meridhoi pernikahan kita! Karena Hanum merasa sudah menyakiti hati Mbak Yasmine dengan menjadi istri Mas! " jawab Hanum keukeh dengan keinginannya. "Tapi sayang, pernikahan ini sudah menjadi takdir kita! Walau bagaimana pun tidak ada yang salah dengan
Baca selengkapnya
10. Kembali ke rutinitas awal
Salman menahan sesak di dadanya saat melepaskan ciuman di dahi Hanum. Entah kenapa kakinya terasa berat melangkah menuju mobil yang akan mengantar nya ke Bandara. Sedangkan Hanum langsung berbalik dengan linangan air mata yang entah sejak kapan sudah terjun bebas di pipinya. Ia memegang dadanya yang sesak sambil menggigit bibirnya agar tidak menimbulkan suara. Umi Sarah menatap sendu putrinya yang mulai detik ini juga kembali hidup sendiri seperti sebelum menikah. Rama membunyikan klakson mobil sebagai tanda jika mereka pamit pulang ke Jakarta. Begitu suara mobil sudah menghilangkan, Hanum langsung lemas hingga terduduk di lantai depan pintu rumah sambil menangis memeluk dirinya. "Hu.. Hu.. Hu...! Kenapa rasa nya sesakit ini Ya Allah? Hatiku rasanya tidak rela di tinggal seperti ini! Sakit sekali Ya Allah..! " isak Hanum dengan bahu naik turun. "Nak, ayo kita masuk dulu! Tidak enak menangis di luar dan di lihat orang-orang! " tegur Umi Sarah dengan merengkuh bahu putrinya. Hanu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status