Running Time

Running Time

By:  Mega Kembar  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
5Chapters
720views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dunia semakin tua, gelombang wabah Zombie siap menyerang. Sang Narapidana, Cakra Axellen yang dijatuhi hukuman mati mendapatkan kesempatan bebas dengan cara mengikuti permainan bertahan hidup di distrik terisolasi. Bersama keenam temannya, Cakra berusaha menaklukan segala rintangan. Mulai dari Labirin Of The Death di pos pertama sampai The Last Laboratory di pos kelima. Akan tetapi, yang menunggu mereka hanyalah detik-detik kematian. Akankah ada yang selamat? Atau tersisa nama saja?

View More
Running Time Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Email GinzTyler
MANTAAAAPPPPP
2022-04-26 04:07:56
0
5 Chapters
Labirin Of The Death
Indonesia, Januari 2032Tik! Tik! Tik!Denting jarum jam berdetak menandakan waktu terus berlalu. Dua orang pria mengendap-endap mencari jalan keluar. Berpindah tempat dari satu ruangan ke ruangan lainnya."Oh, Tuhan ... ini Apartement apa Labirin?!" rengek Shuura pada mantan teman satu sel tahanannya, Cakra Axellen."Berisik, Shui! Menggerutu tidak akan menyelesaikan apa pun."Cakra menegur dengan tatapan mata terpokus menjelajahi sekitar. Hanya ada ruang kosong dan perabotan seadanya. Bahkan sendari awal berkeliling, tidak ada satu pun kaca jendela."Dimengerti! Tapi kita sudah berada di sini lebih dari satu jam. Apa menurutmu mereka mempermainkan kita?" tanya Shuura mengeluh. Tidak heran ketika bangun dari tidur, ia ditempatkan di ruangan asing."Entah, aku tidak tahu," jawab Cakra. "Tapi isi perjanjiannya jelas bukan seperti itu."Pria berparas tampan tersebut membuka pintu berwarna hitam, berharap tidak lagi berakhir di ru
Read more
Killer Of The Puzzle
"Aku tanya sekali lagi! Siapa kalian?!"Pria berambut merah membentak kasar. Posisi tubuhnya siaga dengan menodongkan moncong revolver ke arah Fattah dan Amru yang mengangkat kedua tangan ke atas, isyarat tanda menyerah.Di belakang si pemilik senjata api, pria lain bertubuh gemuk memperhatikan seragam sel tahanan yang dikenakan kelompok Cakra. Mirip seperti pakaian yang mereka kenakan, bedanya terletak pada warna kain. Milik Cakra dan Shuura berwarna merah, milik kelompok Fattah berwarna hitam dan miliknya berwarna biru tua. Lantas, ia menyadari sesuatu."Tahan dulu, Varen. Sepertinya mereka sekutu kita," ujar Hanxel Diandro menghalangi niatan temannya untuk menembak musuh."Huh? Benarkah?" tanya Varen sangsi."Iya, keliatannya mereka Narapidana dari kantor lain."Jawaban itu cukup untuk membuat Varen Xaperius tenang. Ia menurunkan senjata apinya, membuat Fattah dan Amru mengembuskan napas lega. Di sisi lain, Cakra dan Shuura saling bertuka
Read more
The Door Death Messenger
"Oh, Tuhan ... Hanxel!" Amru bergegas menuju ke arah Hanxel, meletakan kepala pria botak itu di pangkuannya. Jeritan tadi cukup untuk membuat kelima pria lain tersadar dari trans. Dengan kecepatan kilat, Rayyan dan Fattah berjongkok memeriksa kondisi teman baru mereka. Di sisi lain, Varen mematung di tempat, menatap ngeri bekas luka tembakan di pelipis Hanxel. Reaksi sama sama terjadi pada Shuura yang bergetar hebat, tubuhnya menggigil dan berkeringat dingin. Pandangan mata tampak terpokus menatap darah segar yang mengotori seragam tahanan Amru. Menyadari kegelisahan si pirang, Cakra menggenggam tangan kanan Shuura yang terkepal kuat. "Tenanglah ... Aku berjanji semua akan baik-baik saja." Shuura tersentak, menoleh ke arah sahabatnya. "Tapi itu ____" "Tidak masalah. Aku menjagamu," sela Cakra. Keduanya saling bertukar pandangan selama beberapa detik. Sebelum akhirnya Shuura mengangguk pelan yang dibalas senyum tipis oleh Cakra. Pria be
Read more
Warning The Are Zombies
"Apa maksudmu, Bajingan?!" Shuura mencengkram kerah seragam tahanan si pria berambut merah. "Kamu berniat mengorbankan temanku?"Varen sendiri tidak takut akan kemarahan Shuura. Dengan tenang menepis tangan si pirang pendek dan membalas. "Kenapa tidak?! Dia juga menumbalkan temanku.""Tapi Hanxel mati karena keegoisannya sendiri," bela Shuura menolak pendapat Varen."Aku tahu. Tapi temanmu merasa diuntungkan.""Bukan hanya Cakra, tapi kita semua!"Shuura berteriak. Sangat geram akan sikap sinis Varen. Ia pun mengambil ancang-ancang untuk menyerang, tetapi langsung diblokir oleh kuncian tangan Rayyan yang menahannya, sedangkan Varen ditenangkan oleh Amru."Sudah cukup!' bentak Fattah murka. "Kita cari solusi ini sama-sama.""Tidak!" bantah Varen menunjuk pria di samping Shuura. "Ini adalah satu-satunya jalan keluar. Cakra harus mau membuka pintu.""Tidak. Aku tidak setuju," raung Shuura memberontak dari cengkeraman Rayyan. "Kena
Read more
Welcome The Game
"Aku tidak bercanda!" Shuura memasang mimik wajah serius. "Jika kalian tidak percaya lihat sendiri!""Bagaimana kami bisa ke sana? Masalah di sini saja belum selesai."Keluhan datang dari Rayyan yang masih sibuk menyerang para Zombie bersama Fattah. Keduanya berusaha mendorong sekumpulan mayat hidup itu agar menjauh dari ambang pintu supaya bisa ditutup. Namun, sepertinya mustahil ketika para titan itu terus bertambah banyak.Di sisi lain, Amru dan Cakra menahan sisi pintu dari benturan. Kekuatan yang tiada batas membuat mereka kewalahan. Sibuk dengan perlawanan mereka tak menyadari jika Varen masih menganggur. Pria berambut merah itu malah asyik menonton teman-temannya yang berjuang sampai titik darah penghabisan."Oi, Varen! Dari pada kamu diam saja di sana, mending bantu Shuura memilih pintu yang benar," perintah Fattah memberi saran."Jangan! Nanti mereka bertengkar lagi," cegah Amru menolak keras usulan itu. Lirikan matanya lantas tertuju pada
Read more
DMCA.com Protection Status