[ Mature Romance 21+ ] Lula tidak peduli lagi dengan prinsipnya. Apabila dia dapat menghancurkan kebahagiaan keluarga baru ayahnya dengan menjadi WANITA KEDUA dari tunangan “putri kesayangan” ayahnya itu, dia rela melakukannya. Tubuhnya berhasil menjerat si tunangan tampan. Pria itu bahkan sulit melupakan dirinya. Namun, apakah rencana balas dendam pada ayahnya akan berhasil? Bagaimana jika hatinya juga terjerat oleh pria itu?
View MoreGladys terbangun dengan kepala yang berat. Dia mengerutkan kening sambil memijat kepalanya. Tubuhnya hangat. Kulit telanjangnya tertutup oleh selimut tebal dan kukungan tangan kekar yang masih melingkar pada pinggangnya. Wanita itu membuka mata. Tepat di hadapannya ada wajah Rey yang terlelap. Gladys menghela napas, apakah dia melakukan hal yang tepat?Wanita itu memutuskan bangkit. Dia mencoba untuk menyingkirkan lengan Rey dari tubuhnya, namun, lengan itu seolah menahannya. Mata Rey yang tertutup kini terbuka. Manik miliknya menatap Gladys dengan bibir tertarik membentuk senyuman. “Morning,” ujar Rey dengan parau. “Aku harus pergi, singkirkan tanganmu,” ujarnya.Gladys mencoba menyingkirkan tangan Rey namun pria itu menahannya. Kening wanita itu mengerut heran. “Rey!” kesalnya. “Kenapa harus terburu - buru? Ini masih pagi, Dis.”“Kau gila?! Bagaimana jika Eve datang tiba - tiba!”“Kita berada di hotel. Apa kamu lupa?”Gladys mengeraskan rahangnya, “Dan apa kamu juga lupa? Bahwa
“Halo Jack?”“Hai, apa kabar?”Gladys, dia memejamkan matanya. Deguban jantungnya membuat wanita itu sedikit takut, jika Jack merasa curiga. “Dis, kamu baik - baik saja?”“Ah, ya, tentu. Aku baik - baik saja Jack. Ada apa menelpon? Apa ada masalah di sana?”Terdengar helaaan napasnya, “Tidak. Aku hanya merindukan kamu, Dis.”“Aku juga sangat merindukan kamu. Setelah semuanya beres, mari bertemu dan melepas rindu.”“Ya, tentu saja. Mari kita bertemu.”“Um, Jack, sepertinya aku harus menutup telponnya. Aku akan menghubungi kamu nanti.”“Baiklah. Aku mencintai kamu, Dis.”“Aku lebih mencintai kamu.”Beep!Gladys menggenggam telponnya dan meremasnya dengan gugup. Dia tak tau, apa yang sudah dia lakukan. Dia, mengkhianati Jack.Grap!Tubuhnya di rengkuh dari belakang. Matanya melebar sempurna, dan memutar tubuh dengan cepat. Tangannya menahan dada bidang itu untuk mendekat. “Rey?!”Rey masih dengan jarak namun menatap lekat Gladys, dengan tangan yang melingkar di pinggangnya. “Aku menci
Penerbangan yang panjang yang memuakan ini selesai. Lula bergegas turun mengikuti badan jakung yang ada di depannya yang mendahului pergi. Honolulu. Siapa yang tak tau kota seindah ini? Semua orang pasti memimpikan untuk pergi kesini. Ibarat kata, seperti Balinya negara Hawai. Sesampainya kami turun, pria itu berhenti, dan membuat Lula ikut terhenti."Selamat pagi Pak Jack." Seorang pria menghadang jalan mereka, seolah menyambut kedatangan. Manik mata Lula menelisik sebuah name-tag, bertuliskan Billi. "Selamat pagi Billi. Apa hotel sudah siap?" "Tentu Pak. Semua yang Bapak perintahkan sudah siap. Saya datang untuk menjemput dan mengantar ke hotel.”Pria bernama Billi itu mengambil alih koper yang di bawa oleh Jack sebelumnya. Sementara pria itu memutar kepalanya sedikit menoleh ke arah wanita itu, "Bawa kopernya sekalian." Lalu setelah mengatakannya, Jack, pria itu berjalan begitu saja. Billi, tersenyum, "Boleh saya yang membawanya Nona?" "Ah, tidak perlu. Saya bisa membawanya
Garis senyum tergambar di wajahnya. Entah kenapa, kejadian semalam membuat wanita itu jadi berdebar. Tak biasanya rasa ini yang di rasakan oleh Lula. Dia merasa bahagia? Kebahagiaan apa yang sedang dia rasakan? Entah, rasa itu semu … dan tak bisa di gambarkan olehnya. Emil, yang baru saja datang, mengerutkan alisnya. Terheran - heran melihat Lula yang bengong, “La! Ngapain senyum - senyum engga jelas?”Merasa di panggil, wanita itu memutar bola mata ke atas, tepat Emil berdiri di dekatnya. “Engga apa - apa Mil,” kata Lula sambil melirik Emil.“Ha? Ih, aneh!”Emil mengambil posisi duduk di samping Lula. Dia menekuk tangan kanannya, menjadikan tumpuan kepalanya sambil menatap Lula. “Rasanya mau ambil cuti.”“Cuti? Ngapain, Mil?”“Mau nikah gue.”“Ha?! Sama siapa? Emang punya pacar Mil?”“Ya engga!” ujarnya sambil mendengus. “Terus?”“Ga tau. Pokoknya gue pengen nikah Lula …”Lula memutar bola matanya, “Yang aneh sebenernya bukan aku, Mil, tapi kamu.”“Yaa abis gimana ya, La. Habis
Manik matanya menelusuri apartemen yang dia singgahi. Dia sejenak terkesima, dengan sekitar. Jack ialah Jack, pria dengan serba perfeksionis, dengan rapi. Tak heran, saat dia menjajaki kakinya di apartemen pria itu, semua terasa begitu sempurna. “Pria itu sangat cool,” kata Lula, sambil melihat foto yang tergantung di depannya. Dimana foto tersebut, menampilkan dirinya bersama dengan mungkin keluarganya. Ya, ada Eve dan juga Tante Camila disana. Lula sedikit mengenal keluarga Jack, karena pertemuan yang tak sengaja sebelumnya. “Apa ponsel ini?” Jack tiba - tiba datang dengan napas yang terengah. Memperlihatkan ponsel yang ada di tangannya. Wanita itu mengangguk, karena memang yang di genggam oleh Jack ialah ponselnya yang tertinggal. “Benar Pak. Itu ponsel milik saya.”Jack masuk, dan memberikan ponselnya kepada Lula. “Ambil lah.”Lula meraih ponselnya, dan tersenyum, “Terima kasih. Maaf merepotkan Bapak malam - malam. Sepertinya Bapak kedatangan tamu, malam - malam.”Jack mengeru
Langkah lebar Jack membawa dia menemui wanita yang terlihat di ujung tengah memeluk lengannya. Dia segera mendekati, dan memastikan bahwa wanita itu baik – baik saja. “Dis.”Jack melangkah mendekati wanitanya. Mata Gladys terbuka, mendongak melihat Jack yang sudah berada di atasnya. Dia langsung merubah posisi menjadi bangkit, dan memeluk Jack. “Jack,” lirihnya. Jack yang tiba – tiba di peluk merasa khawatir. Ada apa dengan tunangannya itu? Bukannya Gladys baik – baik saja ketika dia pergi meninggalkannya untuk ke bandara? Tapi, kenapa dia malah menangis dalam pelukannya. “Dis, kamu kenapa sayang?” Gladys, memejamkan mata sambil memeluk Jack. Dia menghirup arom Jack dengan sangat dalam. Dia belum membuka suara, memberikan tahu Jack, apa yang terjadi kepadanya. Jack semakin terheran, dengan sikap Gladys yang aneh. Pria itu mencoba menarik diri, dan berusaha memaksa Gladys untuk menatapnya. “Dis, katakan. Kamu kenapa? Apa ada sesuatu yang salah?” Gladys menggelengkan kepala, “Ak
Hampir bercumbu. Hal gila yang sudah wanita itu lakukan di kantor. Hasratnya mendorong terus meledak, saat bersama dengan Jack. Dia bisa gila lama - lama. Niat menjebak pria itu, nanti malah dia yang terjebak. Lula membasuh wajahnya dengan air. Dia menatap wajahnya di cermin. Air yang dia gunakan jatuh merintik di bawah dagunya. Tangannya bertumpu pada wastafel kantor, sambil menatap dirinya di cermin. Ingatan tentang perkataan kasar Edhi kepadanya, tak bisa dia lupakan seumur hidup. Dia akan terus mengingat, dan memastikan pria itu mendapat bayaran setimpal, atas apa yang dia lakukan. Buku jarinya mengepal kuat. Dia langsung saja pergi dari sana, untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Emil, yang baru saja lewat, tak sengaja melihat Lula. Dia memanggil wanita itu, “La!”Lula sontak terhenti. Memutar badan, menoleh ke sumber suara, “Mil? Ada jadwal ngantor? Aku kira kamu ambil libur.”“Sialan bener Bos baru. Tau ga sih? Pagi - pagi, berendem di bath up, sambil ngirup aroma terapi
Dengan mata yang membesar, Lula pun berdiri di ujung ruangan sambil menatap Jack yang duduk di kursi kebesarannya. Dia, menelisik pria itu dari ujung hingga ujung, memastikannya. Sementara Jack yang di lihat, hanya santai menanggapinya."Untuk apa kamu terus memandangi saya? Apa terlihat seperti bukan manusia?"Lula sadar, dan berdehem menetralisir rasa canggungnya. Dia mendekati Jack, dan menatapnya. "Bagaimana kamu bisa menggantikan Bos di tempatku bekerja? Apa kamu menguntitku Jack?"Jack di tuduh olehnya hanya tertawa, "Menguntit? Apa tidak ada kata yang lebih lucu lagi?""Aku serius. Bagaimana bisa kamu tiba - tiba datang, untuk menggantikan Pak Rey? Oh my God! Aku sangat bingung."Jack bergerak condong di atas meja, dan merapatkan kedua tangannya. Dia menaikan alisnya sebelah, "Apa kamu yakin bahwa saya seorang penguntit?""Jack ..." rengek Lula. Dia menghela napas, dan menatap kesal pria itu, dia sedang membicarakan hal yang serius, tapi pria itu malah menanggapinya dengan nad
“Jack, kamu sudah pulang?” tanya Eve. Eve berjalan turun dari tangga, melihat Jack yang sudah datang dengan santai masuk ke dalam mansion. “Ya, ada apa?” tanya Jack. “Terima kasih, sudah mengantar Lula pulang. Ah, dan aku punya pesan yang harus di sampaikan untuk kamu. Gladys mengatakan dia harus segera berangkat ke LA.”Kening Jack mengerut, “LA? Kenapa dia tak mengabariku? Untuk apa dia pergi ke sana?”Tak ada pembicaraan langsung melalui telpon atau pesan singkat yang Gladys tinggalkan untuk pria itu. Tapi kenapa malah Galdys mengabarinya melalui Kakaknya? “Maybe karena aku tidak sengaja bertemu di air port, saat mengantar kekasihku. Aku sungguh tak sengaja bertemu, dan ternyata Gladys dengan beberapa orang sudah akan naik pesawat karena jadwal penerbangan sama.”Jack terdiam. Dia merasa tak suka, kalau Gladys pergi tanpa pamit. Dia tunangannya, tapi malah dia serasa bukan tunangan untuk wanita itu. Eve yang melihat Jack terbengong, menepuk pundak Jack. “Sudah lah, santai. Le
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.