Keturunan 100 kg

Keturunan 100 kg

By:  Budi Mae  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
1 rating
39Chapters
3.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Lahir di tengah-tengah keluarga sederhana, dengan sepuluh bersaudara sungguh sangat memprihatinkan. Terlebih, aku adalah wanita sendiri yang merupakan anak sulung Bunda. Ngenesnya, berat badan yang tidak normal membuat aku dijuluki keluarga yang masuk jajaran keturunan seratus kilogram

View More
Keturunan 100 kg Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Maey Angel
...selamat membaca ya....
2022-06-17 13:09:36
0
39 Chapters
Aku, Mantra
"Tra, badan nggak berat lu makan terus gitu?" tanya Tania padaku."Enggak, biasa aja. Gue nggak makan aja gemuk, apalagi makan." Aku memang gemuk, sangat gemuk malah. Tapi tidak segemuk Oma dan Bunda. Timbangan mereka hampir satu kwintal, kalau aku baru mendekati angka sembilanpuluh. Ya, kami keturunan badan bongsor dan subur. Catet! Bongsor dan subur ya gaeess, bukan obesitas apalagi overweight. Kami hanya keturunan ginuk-ginuk yang layak mendapatkan apresiasi pemerintah sebagai keluarga sejahtera. Bagaimana tidak, kami ini tak pernah mengeluh saat bansos pemerintah turun dan kami hanya gigit jari melihatnya. Kami bukan orang kaya, tapi bukan juga miskin. Kami cukup sederhana dengan makan dan minum seadanya. Kami semua sepuluh bersaudara. Aku adalah anak pertama yang tadinya mengharap jadi anak satu-satunya ternyata Bunda hamidun dan lahirlah sembilan adiku yang jaraknya berdekatan, mereka sungguh sangat  comel. Mereka  bernama Oji, Radit
Read more
celah
Aku membereskan semua barang yang hendak dibawa ke Bali besok pagi. Malam ini tidak boleh aku terlupa satu barang pun agar aku tidak kena marah si Bos menyebalkan yang satu itu. Aku harus membereskan malam ini karena besok harus pergi pagi dan tidak boleh terlambat."Mbak lagi ngapain sih, berisik banget jam segini belum tidur?" protes Desi, teman satu kosku."Mbak lagi beresin perlengkapan buat pergi ke Bali besok. Lu baik-baik, jagain kontrakan ini jangan sampai lu bawa cowok kedalam. Awas aja  ya lengang dari pengawasan, Mbak nggak ada bukan berarti lu bebas ngapain aja," ujarku."Sendiko dawuh, Ibu Ratu," kelakarnya.Desi adalah anak tetangga di desa tempat Bunda tinggal. Kebetulan orang tuanya menitipkan dia untuk aku awasi saat bekerja. Dia karyawan di salah satu mall terbesar di kota ini."Bakal berapa hari di Bali, Mbak?""Enggak tahu pasti. Bos kadang suka memperpanjang waktu atau memperpend
Read more
agni
Aku merasa lega karena bisa duduk dengan tenang tanpa terganggu perilaku tidak mengenakan lelaki tadi. Aku melirik sekilas pada Bos Zidan yang tampak tenang seperti tidak habis terjadi sesuatu.Aku menggeserkan badan ke kanan dan ke kiri karena tempat ini terlalu sempit."Kamu bisa tenang apa tidak?""Hehehe iya, Pak, maaf." Aku kembali diam agar tidak mengganggu bos yang sudah mengeluarkan tanduknya. Namun, sepertinya kali ini aku akan sedikit merepotka. Mendadak kepalaku pusing dan perutku serasa di aduk-aduk. Sial! Aku mabuk pesawat ternyata. "Kenapa?" tanyanya yang melihatku memegangi perut dan menekuknya."Sa-ya pusing, pe-rut saya nggak enak," rintihku menahan mual dan sakit perut.Dia berdiri dan mengulurkan tangannya."Ayo!""Ke-mana, Pak?" tanyaku sambil memegangi perutku."Kita ke belakang, kamu mau sembuh atau hanya duduk di sana dengan menangis dan merepotkan saya?" ucapnya lirih sambil menatapku tajam. Aku manut dan mengikutinya ke belakang. Aku memuntahkan isi perutk
Read more
Rangga
"Kita nggak jadi satu minggu di Bali, Pak?" tanyaku saat baru sampai di bandara.Wajahnya mendekat dan menatapku tajam."Bukankah ini doa yang kamu sematkan kepada Tuhan agar kita kembali ke Jakarta lebih awal?""A-pa yang Bapak katakan?" kataku gugup. Bagaimana tidak gugup, nafasnya sampai terasa berhembus di pipi gembul ku ini."Saya rasa Dewi Fortuna sedang berpihak kepadamu, maka bersyukurlah. Ingat! Rahasiakan perihal ini dari siapapun, dan kamu akan bertanggung jawab penuh atas hal ini.""Loh, kok saya?" tanyaku kaget dengan tuduhan si Bos."Kamu ikut saya," titahnya.Hendak membantah namun pasti akan Percuma saja. Toh, dia atasan yang jarang mendengarkan alasan bawahannya.Aku kira kita akan pulang ke Jakarta. Namun ternyata si bos hanya akan menjemput seseorang.Tampak wajahnya tidak seperti tadi baru melihat Agni. Bahkan ia sangat ramah dan tersenyum hangat ketika memeluk lelaki yang aku taksir umurnya lebih muda daripada si Bos."Siapa, Kak?" lelaki tadi menunjuk ke arahku,
Read more
ketinggalan
"Nggak ada yang berharga, Pak. Hati saya juga sering tertinggal di seseorang, tapi saya santai," celetukku sambil menerima ponsel dari Zidan. Mungkin ada yang salah dengan ucapanku barusan karena ia lalu menutup pintu keras dan aku sampai kaget dibuatnya.Aku langsung membalikkan badan dan mencoba acuh dengan sikapnya. Salah sendiri jatuh cinta, ya harus siap patah hati lah. Aku aja patah hati biasa aja, paling dua hari sembuh apalagi kalau diajak makan-makan gratis. Bisa langsung lupa seketika.Aku membolak balikan ponsel milik Zidan. Parahnya, aku tak tahu sandi untuk membuka ponselnya. Tiba-tiba panggilan masuk dari nomor bertuliskan Rangga dan aku segera mengangkatnya."Tra, nggak bisa pakai ponselnya ya?" Terdengar jelas dari seberang bahwa dia sedang terkikik menertawakanku. Syalan."Iya, berapa Mas Rangga?" tanyaku yang mulai memanggilnya Mas agar dia tak marah lagi aku panggil Pak."Sandinya tanggal lahir si kampret, 120788.""Oke, makasih." "Tra, kalau kamu tak keberatan nan
Read more
Pertemuan dengan Agni
Kuketuk kembali kamar Zidan, sekarang yang membukanya adalah Rangga."Mas, ini sarapan paginya. Apa ada yang harus saya kerjakan lagi?" tanyaku."Wah, baunya enak sekali. Masuk aja yuk! Kita makan di kamar bareng-bareng, kamu belum sarapan 'kan?" "Sudah. Mas dan Pak Zidan saja silahkan sarapan. Jika sudah tak ada yang dibutuhkan, saya kembali dahulu ke kamar," pamitku. Aku sengaja berbohong agar tak diajak makan bertiga di kamar. Mau ditaruh dimana muka ini kalau makan bareng sama mereka dan ketahuan makan versi aku adalah super jumbo dengan dua porsi aku habiskan sendiri."Oh, baiklah. Sepertinya belum ada pekerjaan, Kak Zie lagi bersiap mandi mau pergi kayaknya. Makasih ya sarapannya," ucap Rangga dibalas senyuman manisku.Dengan memakai baju sedikit formal, aku menggunakan pakaian kerjaku. Aku lirik agenda hari ini yang sempat bos Zidan perintahkan untukku mengikutinya.Benar-benar padat. Bertemu produser, melihat proses pembuatan film, habis itu mencatat semua hasil pertemuan dan
Read more
baver
"Tra, kamu jujur sama aku. Kamu tahu yang terjadi sama Kakakku 'kan? Jadi, katakan sebenarnya ada apa antara Kakak sama Mbak Agni?" tanya Rangga penuh selidik. Aku yang sudah diminta agar tidak memberitahu siapapun tak bisa mengatakan pada Rangga apa yang sudah terjadi."Kok ta-nya Mantra? Ya mana tahu," jawabku sambil terbata. Jujur, aku nervous ditanyai hal semacam ini. Merahasiakan hal besar dan harus berbohong untuk menutupinya."Sayangnya aku tak percaya. Apa kamu diminta kakak untuk merahasiakannya?" Dia kini menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan menatap ke depan serius."Ya, me-mang saya tak tahu. Mo gimana lagi, jangan paksa untuk mengaku kalau nyatanya tak tahu apa-apa," dustaku."Tak tahu apa-apa atau tahu tapi menganggap ini bukan apa-apa? Tra, Mbak Agni pernah dibawa ke depan keluargaku. Dia sudah diminta secara khusus untuk menjadi istri Kakak setelah melihat betapa mencintainya Kak Zidan pada Agni. Melihat tadi, aku yakin telah terjadi hal besar. Kakak itu orang
Read more
Sakit Hati
*Happy Reading*Banyak pasang mata yang melihatku iri. Bagaimana tidak, aku dan rangga ibarat langit dan bumi. Mana dia selalu menggandeng tanganku, dih murahan sekali. Tapi, sesekali tak apa lah. Kapan lagi bisa jalan sama cowok tajir plus ganteng kayak Rangga."Kamu mau nonton apa?" tanya Rangga saat hendak membeli tiket."Apa aja."Aku selama ini jarang nonton bioskop. Bukan jarang sih, tapi kayaknya nggak pernah. Bukan karena tak mau, tapi karena tak ada yang mengajak dan tak ada yang mau kuajak. Aku kadang lebih suka melihat di rumah atau nggak di ponsel. Terdengar aneh, tapi ini kenyataan. Di kampung ada punya banyak teman tapi nggak ada bioskop, di Jakarta ada bioskop tapi yang diajak tak ada. Ngenes gaes …Aku kaget saat Rangga ternyata mengajakku nonton horor. Ya ampun ni laki, mana aku orangnya penakut lagi."Mas, ini nggak salah?" tanyaku saat film sudah mulai ditayangkan."Nggak, kamu coba lihat aja. Ini film terbaru, kamu takut ya?" tanyanya terlihat khawatir."Eh, enggak
Read more
tak selera
Terdengar pintu terbuka dan kembali tertutup. Rangga ternyata masuk sendiri ke restoran dan keluar dengan membawa kotak makanan."Nih! Nanti kita makan bersama dengan Kakak di villa. Dia pasti lapar juga karena nungguin kita," ucapnya.Aku masih tak menjawab. Hanya menerima bungkusan berisi makanan yang dibelikan Rangga tadi. Sepuluh menit kemudian, mobil sampai di depan villa. Aku langsung turun dan rasanya ingin bergegas menuju ke kamar. Bos Zidan tampak sedang menunggu di gazebo depan villa sambil memainkan ponselnya."Sudah kencannya? Lama bener," ucapnya dengan wajah sedikit tertekuk."Nih, Pak. Mas Rangga yang belikan ini buat Bapak, saya mau ke kamar dulu. Capek!" Aku meletakkan semua makanan itu di depan Zidan dan langsung pergi.Sampai kamar, aku merebahkan badan di kasur. Mengenang hari indah yang sangat berkesan dengan Rangga, adik bos yang super handsome itu. Seharusnya aku sadar dari awal, ini semua hanya formalitas saja. Bukan hanya dengan Rangga, dengan lelaki lainnya
Read more
Tamparan
"Apaan?""Bantu aku buat balikan sama Mas Zidan.""Bukannya kalian sudah balikan?""Belum. Justru dia hendak melamar gadis pilihan orang tuanya saja daripada denganku. Kamu tahu 'kan kalau aku cinta banget sama Mas Zidan?" Salah sendiri bikin ulah. Ibarat belum nikah, sah sah saja cari pengganti yang lebih baik. Lagianz wanita di luar sana banyak kok yang baik meski tak cantik, alu contohnya. Kikiki"Maaf, untuk yang satu itu aku nggak bisa bantu. Hati urusannya, berat.""Please, bantu aku. Kemarin dia mau pergi denganku karena dia memintaku untuk melupakannya. Aku nggak bisa, aku sangat mencintainya.""Coba saja sekarang, Pak Zidan lagi di kamarnya. Besok kami akan pulang ke Jakarta," ucapku. Daripada aku repot-repot melakukan permintaan Agni lebih baik dia ngomong sendiri saja."Antar aku ke kamarnya ya? Please," rengeknya. Aku dasar orangnya nggak tegaan akhirnya memilih untuk menurut saja. Lagian hanya mengantar, bukan sebagai juru bicara Agni.Aku melangkah keluar kamar, mengetu
Read more
DMCA.com Protection Status