Go Away, Boss!

Go Away, Boss!

By:  HyoriChan  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
40Chapters
4.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Bos galak itu tiba-tiba mendekatiku. Dan dengan tidak tahu malunya melamarku di depan banyak karyawan lainnya dan yang lebih parahnya, calon tunanganku juga menyaksikan adegan lamaran itu. “Bos, saya tahu saya bersalah karena sudah menampar Anda. Tolong pecat saya saja dan jangan membalas dendam dengan cara seperti ini!” Bukannya memecat Hanum, Bosnya malah semakin mendekatinya. Berbagai cara Abian lakukan untuk bisa dekat denga Hanum. Tapi penolakan adalah hasil yang selalu dia dapat. Hingga Hanum merasa lelah dengan kelakuan Abian. “Menyingkirlah, Bos!" BOOK COVER by @my_dalart (saya sendiri)

View More
Go Away, Boss! Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
HyoriChan
good novel
2023-01-08 00:40:32
1
40 Chapters
BAB 1
Plakk!Tidak pernah terlintas di pikiran Hanum bahwa dirinya akan menampar seorang pria asing yang baru ia temui di dalam lift. Tadi, dia bisa merasakan dengan jelas hembusan napas hangat seseorang yang berdiri di belakangnya. Dia juga bisa merasakan gesekan kulit lehernya dengan sesuatu dari pria itu yang tidak Hanum ketahui. Mungkin ujung hidungnya yang menempel pada kulit tengkuk Hanum. Entah, Hanum tidak bisa mendeskripsikan situasi yang sebenarnya.Ini berawal dari Hanum yang terburu-buru memasuki lift rumah sakit dan tetap mendesak masuk meski tempat sudah penuh sesak dengan alasan dia takut datang terlambat ke kantor. Wanita itu bahkan di sepanjang lift turun, dia masih mencoba membenahi dirinya serapih mungkin. “Permisi, Maaf!” Hanum yang tadinya berdiri di depan kini harus berada di belakang karena terdorong orang-orang yang juga baru masuk-keluar lift. Dan posisinya berubah menjadi tepat di depan
Read more
BAB 2
“Apa yang tadi coba kamu lakukan? Mengendus-endus seseorang seperti pria mesum. Haha … itu bukan karaktermu sekali, Abian!” “Berhenti tertawa atau aku beli rumah sakit ini,” ketus Abian. Suasana hatinya sedang tidak enak. Memang siapa yang mau dituduh seperti orang mesum, tapi sialnya, tingkah dirinya tadi memang mirip orang mesum. Jadi, siapa yang harus disalahkan? Tolong salahkan saja penyakit yang diderita Abian. “Tadi aku perhatikan kamu menguap?” tanya Daniel masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Bukan perkara Abian yang ditampar orang, melainkan seorang Abian Lion Damanta yang menguap? Siapa yang tidak senang? Sebagai seorang dokter spesialis, ketika ada kemungkinan pasiennya sembuh, itu adalah sebuah kebahagiaan dan berkah tentu saja. Abian Lion Damanta. Pria yang baru menginjak umur 29 tahun ini, seperti namanya yang masih ada kaitanya dengan Singa, Si Raja Hutan
Read more
BAB 3
“ID nya hilang apa ketinggalan?” tanya Riyan. “Sssttt! Jangan keras-keras, nanti kalo kedengaran senior terus aku dimarahin gimana?” bisik Hanum sambil mencondongkan kepalanya ke arah Riyan. Meja mereka kebetulan bersebelahan, jadi mudah bagi Hanum untuk melancarkan aksinya. “Jadi, hilang apa ketinggalan?” bisik Riyan mengikuti perintah Hanum. “Tidak tahu!” jawab Hanum masih dengan nada rendahnya. Ekspresi kebingungan jelas tercetak di wajahnya. “Kok bisa tidak tahu?” cecar Riyan. “Kalian berdua sedang mendiskusikan apa?” tanya Azila, staff senior dari tim 3. Meskipun mereka berbisik, namun kenyataanya percakapan mereka masih bisa di dengar oleh seluruh orang yang ada di ruangan ini. Ruangan ini awalnya hening, sehening ibarat saat jarum jatuh pun bisa terdengar, apalagi suara bisik-bisik
Read more
BAB 4
Pipi Hanum masih bersemu merah saat dia keluar dari lift dan berjalan menuju bagian oprasional. Dia masuk dan menuturkan apa yang sudah diperintahkan sebelumnya. “Permisi, saya Hanum dari tim 3 marketing. Saya ingin melaporkan bahwa salah satu komputer rusak dan butuh untuk diganti secepatnya.” “Atas nama siapa komputernya?” tanya wanita berkacamata dengan tampang angkuh dan diperkirakan umurnya sekitar pertengahan tiga puluhan. “Atas nama Titan.” “Oke, nanti akan diantar oleh staff. Ada lagi?” tanya wanita itu tak sabar. “Saya mau meminta kartu identitas sementara.” Wanita itu menurunkan setengah kaca matanya, lalu mendongak dan menatap Hanum seolah Hanum ini adalah benalu yang harus segera disingkirkan detik itu juga. Sorot matanya juga seolah mengatakan bahwa dia membenci manusia-manusia ceroboh s
Read more
BAB 5
“Kamu!” Hanum terkejut saat melihat laki-laki yang ia tampar di lift rumah sakit tiba-tiba bisa ada di depannya dengan tampilan yang berubah seperti ini. Sosok tinggi yang dibalut dengan pakaian resmi. Memakai jas hitam yang terlihat sangat cocok dengan temperamennya yang terlihat dingin. Rambutnya pun tersisir rapih ke belakang, jelas sangat kontras dengan laki-laki yang menggunakan jaket kulit dan celana ketat hitam terlihat bad boy yang Hanum temui pagi ini. “Direktur, maafkan kam-“ Titan menggantung ucapannya saat melihat Hanum dan bosnya berdiri berhadapan di ambang pintu. Niatnya ingin meminta maaf karena sudah membuat orang dengan posisi tertinggi dalam perusahaan malah menunggu para karyawannya, tapi dia urungkan saat melihat Hanum. Dia menghela napas lega. Akhirnya salah satu anggotanya terlihat, tidak terlalu memalukan bagi tim 3 marketing dan imej mereka mungkin akan sedikit lebih unggul daripada t
Read more
BAB 6
Saat mendengar perintah Abian, Hanum seperti mendengar petir di siang bolong. Kepala Hanum terasa dingin. Di otaknya sudah terpikirkan bahwa dirinya pasti akan dipecat. Berbeda dengan Hanum yang membeku di tempat, semua orang yang mendengar perintah Abian menatap Hanum penasaran. Ada hubungan apa bos mereka dan karyawan baru ini. Sepertinya mereka sudah saling kenal. Bahkan mereka dengan berani dan secara terang-terangan berbisik-bisik membicarakan topik ini sambil melirik Hanum penuh berbagai macam arti. Ada yang penasaran, ada yang langsung mengaktifkan mode waspada terhadap saingan cinta mereka. Bahkan ada yang mengira kalau Hanum adalah salah satu keluarga Damanta Grup yang bekerja dan menyamar di perusahaan ini seperti cerita klise anak orang kaya kebanyakan yang digambarkan dalam novel. “Kamu kenal sama pak bos?” tanya Stefani. “Wih, Hanum! Ternyata Hanum kita kenal sama Si Pak B
Read more
BAB 7
Mulut Hanum ternganga lebar dan matanya membulat sempurna. Dia tidak salah dengar, kan? Menampar bosnya lagi? Ayolah, hanum tidak segila itu untuk menampar atasannya lagi. “Jika kamu menamparku lagi, aku akan meminta maaf padamu,” kata Abian. Kini dia bangkit dan perlahan berjalan menuju Hanum. Sedangkan Hanum yang melihat Abian berjalan mendekatinya, dia mulai berjalan mundur. “Oke! Kamu bisa berhenti berjalan mundur,” kata Abian sambil menghentikan jalannya dan memilih untuk duduk di ujung mejanya. Menyedekapkan kedua tangannya dan menatap mata Hanum meminta kepastian. Dia ingin ditampar lagi untuk membuktikan tebakannya. Tadi pun saat dia mendekat, saat hidungnya mampu menghirup aroma Hanum meski jaraknya tidak dekat, matanya sudah mulai terasa berat. Hanum menatap Abian ngeri. Permintaan yang sangat aneh dan dia tidak tahu harus menerima atau menolaknya. Hanum kembali terdiam. Dan mereka berdu
Read more
BAB 8
Hanum menghela napas lega saat dia keluar dari ruangan Abian. Sebuah ruangan yang sangat mencekik baginya. Dia kini berjalan dengan riang seolah tanpa beban. Saat bertemu dengan Fitra pun dia malah menyunggingkan senyuman yang sangat manis dan terlihat Bahagia. Hal itu membuat Fitra dan sekretaris lain yang kebetulan sedang bertugas menatap Hanum dengan tatapan penuh tanda tanya. “Apa sudah selesai?” tanya Fitra penasaran. “Sudah! Terima kasih, Kak! Hehe.” Hanum terkekeh seperti orang bodoh. “Eum … apa kamu tidak apa-apa?” “Saya?!” “Iya. Kamu.” “Memangnya saya kenapa?” Hanum balas bertanya yang membuat Fitra malah menatapnya bingung. Bukannya Hanum melakukan sesuatu yang fatal sampai membuat dirinya dipanggil ke ruangan direktur. Ah! Fitra baru tersadar, kenapa
Read more
BAB 9
“Hei, bohong!” sangkal Devi tidak percaya. “Masa hanya itu saja. Tidak mungkin lah seorang direktur memanggilmu hanya karena mengembalikan kartu identitas.” “Benar! Yang mengembalikan bukan Pak Abian, tapi sekretarisnya,” bohong Hanum. “Oh, kalau itu sih baru mungkin.” Devi kembali menatap layar komputernya. Hanum yang tadi berdiri di depan pintu persis saat ditanyai, dia langsung berlari kecil menuju mejanya. Namun saat dia duduk, sepertinya ada yang janggal. Ya, itu adalah Azila. Tingkah ramah Azila tidak Hanum dapatkan. Biasanya, Azila ini adalah orang yang paling ramah. Namun sekarang dia malah diabaikan oleh Azila. Hanum tidak tahu mengapa Azila bersikap seperti ini. “Kak Azila, Riyan ke mana?” tanya Hanum mencoba mencairkan suasana. Azila yang duduk di sebelah kanan Hanum tiba-tiba menggeser kursinya menjauhi Hanum
Read more
BAB 10
“Abian, dengar ibu bicara tidak? Pokoknya nanti kamu harus mengajak Ariana makan malam.” Abian berjalan dengan lunglai menuju kamar tidurnya yang berada di dalam kantor. Hari masih siang dan dia merasakan lelah yang teramat. Berkat tamparan dari Hanum, dia merasa mengantuk dan dia harus segera memanfaatkan momen ini untuk segera tidur. Matanya terasa pegal dan kepalanya semakin pusing saat mendengar perintah ibunya dari balik telepon. Kencan dan kencan adalah topik yang selalu dia bahas saat ibunya menghubunginya. Tidak pernah ada sapaan lain atau sekedar basa-basi menanyakan apa anaknya sudah makan atau belum. Tidak! Seorang Jeina-ibu Abian-tidak akan pernah menanyakan hal itu. “Bu-“ “Pokoknya sudah ibu pesankan di hotel kita. Jam tujuh. Jangan lupa pakai baju yang menarik.” Jeina tidak akan memberikan kesempatan anaknya untuk menolak. Omongannya berarti titah yan
Read more
DMCA.com Protection Status