Obat Yang Diberikan Ibu Tiriku

Obat Yang Diberikan Ibu Tiriku

Oleh:  Nurja  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
7 Peringkat
29Bab
14.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Pernikahan bukanlah aib yang harus selalu disembunyikan. Tetapi, nyatanya itu kesepakatan kami. Dengan uang aku bisa kau bungkam, seolah kita tak pernah menyapa di luaran sana. Kita teman sekamar katamu, pertemanan yang pada akhirnya menimbulkan benih pada hati yang telah mati. Mati karena ego terus membentengi akibat dendam di masalalu. Akankah hati ini luluh karena kebersamaan kita. Ataukah rahasia ini tetap terpendam selamanya ketika pelan-pelan mengakhiri rasa di persimpangan dilema?

Lihat lebih banyak
Obat Yang Diberikan Ibu Tiriku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Laely Mafruha II
ceritanya sangat menarik dari eps 1 - tamat suka senyum" sendiri ...
2024-01-30 21:47:40
0
user avatar
Bias
Bagus cerita nya update lagi dong thor
2022-06-17 01:09:57
0
user avatar
Bryan parengkuan
update barunya belum ada lagi
2022-06-13 10:21:40
0
user avatar
Mia Zahrifa
bagus tpi gag seruh Kana pake koin...
2022-05-05 13:03:23
2
user avatar
Asyfa
Cerita nya buat senyum senyum sendiri seru
2022-04-30 12:58:28
2
user avatar
Isma Miftah
ceritanya bikin gemess ......
2022-04-26 12:55:53
1
user avatar
Nur Azizah
sangat menarik
2023-09-02 13:59:08
0
29 Bab
Tanpa Cinta
Bab 1 "Tiara, nanti kalau dia meminta haknya, langsung kasih. Jangan kecewakan! Jangan lupa dipakai ya, baju yang udah Ibu siapin di tas kamu."  Aku menelan ludah susah payah, mendengar apa yang Ibu bisikan di telingaku. Dengan berat aku menerima perjodohan ini. Atas semua kemauan Ibu dan Bapak.  Sebelumnya aku juga tak pernah kenal dengan suamiku. Kami hanya bertemu beberapa kali saja. Saat lamaran dan kini menikah.  Suamiku memang tampan. Namun, gurat wajahnya terlihat dingin dan angkuh. Bertanya saja aku tidak berani, apalagi sampai ke hal yang lebih intim.  "Ibu sama Bapak nggak nginep sini?" timpalku.  Kedua mata belo Ibu mendelik. "nggak. Ibu, Bapak sama adikmu pulang aja. Ingat kata-kata Ibu tadi ya? Apalagi kalau nanti kamu cepat hamil, pasti keluarga Keynan akan semakin membuat ATM kita gendut," tambahnya, bagai cambuk yang m
Baca selengkapnya
Bab 2 Pedih
Pedih Yang Merajai Bab 2 Pedih … sepatah kata yang mewakili rasa. Menorehkan kenangan tak terlupa. Melukiskan sejarah disentuh tanpa cinta. Aku … kehilangan mahkota yang kujaga dua puluh tahun lamanya. Bukan kemauanku seperti itu, namun keadaan yang memaksa membiarkan semua terjadi begitu saja. Sembabnya mata, membuat kantuk menyerang dibersamai lelah yang mendera. Tubuhku lemas seolah tak bertenaga. Untuk mengambil atasan piama yang terlempar ke lantai pun rasanya berat sekali. Pria di sampingku terlelap lebih dulu. Dengan posisi tengkurap di bawah selimut tebal yang membungkus tubuh bulatnya tanpa sehelai benang. Mata ini memejam dengan sendirinya, menyelam ke alam mimpi. Berharap esok pagi sakit ini segera sirna setelah membuka mata. *Kurasakan ada yang bergerak di atas dada.  Mata yang masih berat terpaksa terbuka. Sebingkai waj
Baca selengkapnya
Bab 3 Hamil
Bab 3 "Tolong ambilkan handukku dong," pintanya berteriak dari dalam. "Iya, di mana handuknya?"  "Di samping lemari." Gegas kuambil handuk tebal berwarna putih tersebut. Aku kembali. Hendak memberikan handuk ini pada Keynan. Sebenarnya ingin mengerjai dia, tapi takut nanti Keynan enggak jadi memberiku uang. "Mana? Lama amat!" pekiknya.  Tangan Keynan menjulur ke luar lewat celah pintu yang ia buka sedikit. "Nih!" Kugantungkan handuk tersebut di tangannya. Keynan tak berucap apa pun. Sekadar berterimakasih pun tidak. Astaga! Aku baru ingat sesuatu. Kenapa aku tidak minum pil KB. Haduh … gimana ini? Meski peluang hamil sangat kecil karena baru sekali melakukannya. Tetap saja aku takut kalau sampai benar-benar hamil. Padahal, pil itu kubeli diam-diam. Untuk berja
Baca selengkapnya
Bab 4
Bab 4 Pintu ruangan terbuka, saat itu juga muncul sesosok pria berjas hitam yang tergopoh mendekatiku dan Mama mertua. Keynan, baru saja dia ada dipikiranku. Malah sekarang pria es kutub ini sudah ada di hadapan. Sumpah, pusing banget aku. Gimana caranya ngejelasin semua ini sama dia kalau aku hamil.  Lagian, bisa-bisanya aku hamil secepat itu. Kayak mustahil, tapi kok ya nyata adanya. Argh! Semoga Keynan nggak terlalu marah. "Akhirnya kamu datang, Nak," ucap Mama antusias. Senyum wanita paruh baya itu terus saja merekah seperti bunga jam sembilan. Itu karena memang jam dinding di sana menunjukkan pukul tepat sembilan pagi. Aku berpikir, kalau Mama yang kasih tahu Keynan kalau aku di bawa ke rumah sakit. "Tiara sakit apa Ma? Kamu nggak pa-pa 'kan" tanya Keynan padaku juga Mama. Aku hanya menatapnya kaku sambil menggelengkan kepala.
Baca selengkapnya
Bab 5 Janin Kecil
Bab 5 Jatuh ke … anak inilah pasti nanti. Karena Keynan 'kan anak tunggal.  "Dia udah bisa gerak-gerak 'kan Ra?" tanya Keynan lagi. Tangan lelaki ini sudah terulur hampir menyentuh perutku di bagian bawah. "Eh, belum!" Cepat kutepis tangan Keynan hingga menjauh. Bakalan geli aku kalau dielus sama dia. Ngebayangin aja udah bikin geleng-geleng kepala. Apalagi ngerasainnya. "Besok kita USG di rumah sakit yang peralatan lebih canggih. Nggak hitam semua begini hasilnya," rutuk Keynan. Ia masih meracau soal kertas USG itu.  "Key, kamu nggak marah aku hamil?" Aku menatap pria yang masih mengenakan baju kantor tersebut dalam-dalam. "Ya mau marah gimana, Ra? Semua udah terjadi 'kan? Aku tahu, sebenarnya aku memang ingin banget punya anak, tapi hanya saja …." Helaan napas membuat kalimat Keynan menggantung. 
Baca selengkapnya
Bab 6 Flashdisk
OBAT PER4NGS4NG YANG DIBERIKAN IBU TIRIKU Bab 6 Ingin sekali kudaratkan ciuman brutal ke wajahnya. Sabar, Tiara. Aku kembali fokus pada ponsel yang tengah menempel di daun telinga ini.  "Tiara! Kamu dengerin Ibu ngomong nggak sih?!" Sentak Ibu karena aku belum menanggapi ucapannya sepatah kata pun. "Iya, Bu. Besok jam berapa? Ulang tahun kayak biasanya aja 'kan?" tanyaku.  "Ya enggaklah, besok Ibu mau sewa hotel buat acara ulang tahunnya si Mayang. Jangan lupa suruh Keynan transfer uang ke Ibu ya, juga katanya adek kamu Mayang minta kado tas branded merk Hermes dan model terbaru," cerocos Ibu tanpa jeda.  Aku agak kaget mendengarnya. Ya kali si Mayang minta kado, tapi kadonya mahal dan dia milih sendiri. Enak aja. Emangnya aku ini ATM mereka apa. Sedangkan nasibku di rumah ini saja tergantung sama Keynan. 
Baca selengkapnya
Bab 7 Gila
OBAT PER4NGS4NG YANG DIBERIKAN IBU TIRIKU Bab 7 "Itu flashdisk apa, Key?" tanyaku penasaran. "Ada deh. Buruan sekarang kamu kasih tahu tuh Ibu tiri kamu, mumpung dia belum tidur. Ya kalaupun udah tidur pasti bakalan girang deh karena dapat transferan," kata Keynan.  Aku segera menyalakan ponsel dan menekan aplikasi chat berwarna hijau.  [Bu, Keynan sudah transfer uangnya. Besok acara ulang tahunnya Mayang di hotel mana?] Kirim. Tak berapa lama pesan itu langsung centang dua biru. Artinya Ibu sedang membacanya. Hem, kalau masalah uang dia selalu gerak cepat sekali.  [Sebentar Ibu cek dulu.] Ibu yang tadi online langsung ngacir dari aplikasi. Aku menghela napas. Menunggu balasan lagi dari nenek lampir ini. [Udah masuk Ra uangnya. Oya, besok ulang tahunnya Mayang mau Ibu adain di hotel
Baca selengkapnya
Bab 8 Geli
OBAT PER4NGS4NG YANG DIBERIKAN IBU TIRIKU Bab 8 Aku menggila Key! Batinku meronta. Keynan yang melihatku menghambur ke arahnya langsung melotot syok. Akhirnya, tubuh Keynan berhasil kudapatkan. Jangan harap dia bisa kabur dariku. Aroma entah sabun entah shampoo yang dipakai Keynan sungguh menghanyutkan. Tak hentinya aku menarik napas banyak-banyak saat di dekat lipatan ketiak Keynan. "Tiara! Lepas! Kamu kenapa lagi? Hih! Geli aku!" Keynan meronta. Melepaskan tanganku yang tetap merekat dan tak mau menjauh. "Diam sebentar Key, aku lagi menghirup aroma yang merilekskan." Aku nyeletuk sambil memejamkan mata.  "Lepas Ra!" Kali ini tenaga Keynan berhasil menyingkirkan tangan juga tubuhku jauh-jauh darinya.  "Key!" Pekikku, saat aku mundur. Reflek langsung kututupi wajahku dengan kedua tangan karena handuk Keynan
Baca selengkapnya
Bab 9 Meledak
 Bab 9 Perlahan, Keynan mulai mengurai pelukannya. Padahal aku masih ingin sekali pelukan ini lebih lama lagi. Tapi apa daya, Keynan membalasnya saja aku sudah bahagia. Diam menjeda, hanya suara deru mesin mobil yang mulai merangkak kembali menyusuri jalan beraspal. "Key, setelah ini kau akan membawaku ke mana?" tanyaku saat merasa diam di antara kami lumayan cukup lama. "Beli mobil Ra, sesuai yang kamu mau semalam," jawabnya tanpa menoleh ke arahku. Tiba-tiba aku langsung teringat. Jika aku berpikir lebih dalam lagi, untuk apa aku minta mobil sama Keynan. Benda itu tidak akan berguna untukku karena aku nggak bisa nyetir sendiri.  "Nggak usahlah Key, aku semalam hanya bercanda," tukasku dengan helaan napas.  "Nggak usah gimana? Aku nggak mau anak aku ileran Ra! Kalau kamu nggak bisa nyetir mobil, biar nanti aku cari
Baca selengkapnya
Bab 10 Kejutan
Bab 10 Sebuah kalung berkilau Keynan pakaikan di leherku.  Aku terus tertunduk, menatap benda indah itu dengan perasaan senang.  Senyum Keynan juga menyambut saat aku mensejajarkan pandangan.  "Kalung itu sangat cocok buat kamu, Ra," ucapnya lembut. Senyum tipis itu lagi dan lagi mampu membuat dadaku berdebar kencang. "Makasih banyak Key," balasku lantas memegang kalung pemberian Keynan tepat di atas dada. "Sama-sama. Kamu tunggu di mobil ya, biar aku bayar dulu sama tuh ben-cong." "Dia nggak ben-cong Key, dia cuma ngondek aja," timpalku. Keynan lagi membahas soal Mami Beti, yang tadi merias wajahku. "Halah sama aja, Ra. Udah kamu sana, nanti aku susul. Ini kunci mobilnya." Keynan berlalu, sebelumnya ia telah memberikan kontak mobil itu padaku.  Aku pun segera ke luar untuk men
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status