Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan

Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan

Oleh:  Ria Abdullah  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
2 Peringkat
74Bab
21.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bagaimana seorang wanita yang baru melahirkan mencukupi kebutuhan bersih bersih jika hanya dijatah seember air sehari. Bukan itu saja, mertuanya yang jahat menekannya dalam segala hal, termasuk uang belanja dan beras, bisakah dia bertahan? Jangan Lupa tinggalkan like dan komentar serta vote ya ❤️

Lihat lebih banyak
Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Chocomellow
Judulnya aja udah antimainstream
2022-07-24 16:53:29
0
user avatar
Zhi Zha Jela
suka banget dengan cerita ini, berbeda dr kebanyakan cerita yg rata2patah hati sama pasangannya... klu g gitu cerita mertua yg kejamlah...
2022-07-02 22:20:32
3
74 Bab
dijatah
Apa yang cukup dengan air yang hanya satu ember, di saat kau harus memasak, mencuci, punya bayi dan ingin mandi.*Mungkin impian untuk menikah dan membangun keluarga bahagia jauh dari harapan bak jauhnya gunung Tambora dan pulau Moyo. Aku yang tadinya datang ke dalam keluarga ini dengan penuh asa serta sukacita sebagai menantu baru yang akan dibahagiakan dan coba berbakti pada semua orang, harus pupus harapan. Tadinya mereka baik, tapi setelah beberapa purnama bergulir, sifat asli mereka terlihat sempurna. Bagaimana tidak, aku diboyong tinggal ke sebuah lingkungan yang terdiri dari beberapa rumah, di mana rumah orang tua dikelilingi oleh rumah anak anak mereka. Semua anak mantu berada dalam pantauan orang tua Kak Aidil suamiku. Semua kegiatan, pekerjaan kebun, tugas kebersihan rumah, pembagian hasil, terlebih jumlah uang ditentukan oleh mertua, ibu mertua.Tadinya aku ikut ikut saja, seperti menantu lain yang hanya manut diatur sedemikian rupa. Tapi setelah lama kelamaan, ha
Baca selengkapnya
karena
Karena tidak punya pilihan lain, ditambah baju bayi yang terbatas, aku terpaksa kembali ke rumah. Kuperiksa bayi Rima yang masih tertidur di buaian, lalu dengan cepat, setengah terseok, aku menuju sumur yang ada di tengah-tengah pekarangan rumah. Sumur itu adalah satu satunya sumber air keluarga, karena kampung ini termasuk daerah kering, jadi di musim kemarau airnya terbatas. Meski begitu, tandon dan kebutuhan lima rumah tetap terpenuhi.Ibu mertua beruntung bisa memiliki rumah sekaligus sumur Karena untuk menemukan sumber air itu susah sekali. Keadaan di tempat ini sangat nyaman Kalau kau punya sumber air sendiri tapi kalau tidak punya, maka akan susah sekali. Warga kampung yang tidak memiliki sumur biasanya mengantri air di bak ledeng yang dibuat pemerintah tapi airnya jarang terisi oleh kendala mesin dan malasnya petugas pengurus, jika sudah begitu maka tidak ada pilihan lain selain pergi pergi mengangkat air dari sumber air dekat bukit, jaraknya cukup jauh, sekitar 500 meter.
Baca selengkapnya
betapa
Betapa teganya ibu mertua tidak mengangkat cucianku, sementara dia sendiri tahu bahwa bagiku hanya memiliki sedikit pakaian, dia sendiri juga melarang diri ini untuk memakaikan bayi Rima pospak dengan alasan pemborosan. Kulirik keranjang pakaian, yang tersisa hanya 3 popok kain, ada empat bedong, Aku tidak yakin pakai yang itu akan cukup sampai malam nanti bahkan esok pagi. Pergi kupandangi cucianku yang tengah melayang di tiup badai dan angin hujan deras dengan hati remuk redam. Mungkin karena aku berlatar belakang yatim piatu miskin sehinggaa ibu mertua sama sekali tidak menghargai keberadaanku. Mungkin aku tidak seperti menantu menantu nya yang lain yang berasal dari keluarga kaya dan kerabat dekatnya. Pernikahan kami nyaris tidak disetujui andai kak Aidil tidak nekat menyatakan keinginannya.Kabarnya suamiku yang anak bungsu hendak dijodohkan dengan seorang bidan, tapi karena kaidah lebih mencintai diri ini maka urung lah mertua bermenantukan seorang petugas kesehatan.Mungkin
Baca selengkapnya
hardikan
Suamiku kembali ke rumah degan wajah sedih dan kecewa, dari kejauhan dia terlihat gontai sementara ada rasa iba sekaligus sedih juga melihat dia terpaksa bertengkar dengan sang ibu karena aku. Kutunggu diambang pintu dan ketika netranya bersitatap denganku, dia tetap berpura-pura menyungginggakan senyum dan mengangguk, berusaha menenangkanku padahal aku sendiri tahu dia tengah berperang dengan batinnya sendiri.Ingin kucoba mengajaknya pindah dari lingkungan ini tapi aku sendiri paham bahwa kami tidak memiliki uang atau simpanan. Rasanya akan memberatkan sekali kalau dalam kondisi sakit begini harus pindah, bingung memikirkan biaya, belum kebutuhan makan dan biaya lainnya. Kepalaku pusing, terhimpit oleh beban yang rasanya tak bisa kutanggung. Belum lagi rasa iba dan bersalah pada suamiku, rasanya aku telah menjadi istri yang begitu menyusahkannya.Namun bukankah Tuhan tahu persis bahu mana yang harus Dia berikan beban, bukankah manusia diberi ujian sesuai kadar kemampuannya? Apakah
Baca selengkapnya
bayiku
"Bayimu popoknya basah, tolong diganti dek," ucap kak Tina memperlihatkan popok Rima."Oh iya baiklah," jawabku dengan suara parau karena habis menangis."Kamu kenapa, apa kamu habis menangis?""Tidak juga," jawabku pelan. Kakak ipar lalu bangun, memeriksa sudut rumah membuka kamar mandiku. Ingin sekali kucegah dia karena tidak ingin kakaknya Kak Aidil melihat pemandangan yang ada di sana. Ketika pintu kamar mandi berderit dan terbuka langsung saja terlihat pemandangan yang tidak mengenakkan mata tumpukan cucian yang penuh di dalam bak, lalu ada cucian piring di dalam bak lain, dan ember air yang kosong melompong.Sialnya dia melihat sarungku yang bekas darah, lalu kakak iparku nampak syok dan menggeleng pelan."Apa kamu tidak punya air di rumah?""Udah habis Kak Kakak tahulah kalau ibu nifas, kami membutuhkan banyak air bahkan untuk membersihkan diri sendiri pun membutuhkan air berkali-kali hingga bersih," jawabku menunduk."Rumahmu terlihat kotor dan berantakan, kamar mandimu juga
Baca selengkapnya
nyuci subuh
Keesokan harinya, Setelah azan berkumandang terdengar bunyi ketukan air yang jatuh di permukaan ember kosong, menyadari itu, aku dan suami langsung bangun. Bahu membahu kami mengisi air, dia mencuci bajuku dan anak, sementara aku mencuci piring. Dibantunya juga diri ini untuk mandi dengan puas lantas diisinya dua ember besar itu hingga penuh.Hari ini aku merasa sedikit segar, sedikit gembira dan lega, sakit punggung yang kemari nyaris membuatku tak bisa duduk kini terasa lebih lentur dan lega. Sebelum berangkat ke kebun dan Empang ayahnya, Kak Aidil menyiapkan sarapan seadanya, mie sakura dan telur yang terasa nikmat sekali karena disiapkan suami sendiri. Kami makan dari mangkuk yang sama sambil sesekali bercanda dan saling berebut telur."Hati hati di rumah ya, akan kusuruh bibi penjual ikan untuk mengantarkan cakalang asap, jadi kau tidak perlu repot-repot menyiangi ikan dan mengolahnya.""Harus juga kak, dibikin sambal, enak," jawabku."Baiklah, jangan lupa ajak Rina berjemur
Baca selengkapnya
ketahuan
Kreeek ....Derit engsel kamar mandi terbuka, mungkin seumur hidup, baru kali ini aku dalam hidup suara pintu terdengar seram sekali. Mungkin ketegangan diri ini yang membuatku gemetar dan tak tahu harus bagaimana.Ibu mertua terlihat memindai suasana kamar mandi dan terkejut melihat ada dua ember besar yang terisi penuh air di sana."Ember baru?""I-iya.""Sejak kapan?""Semalam.""Uang dari mana?""Dicicil, Bu, kata Kak Aidil, biarlah dia mencicil ember agar stok air di rumah tetap ada, jadi saya tidak perlu menimba dan pendarahan lagi."Sebenarnya, jika hanya perkara ember tidak harus jadi pencetus emosi ibu mertua sampai terlihat benci sekali terhadap menantunya, sekali lagi itu hanya ember. Perkara remeh remeh air dan ember."Lancang sekali berani berhutang tanpa bertanya dulu, apa kalian hendak mempermalukanku?!" Wanita itu langsung meradang, diseretnya lenganku ke teras lalu dengan emosi yang amat membuncah wanita itu mencecarku dengan segala makian dan hujatan."Tidak tahu
Baca selengkapnya
berani
"Berani sekali kau menghidupkan pompa dalam keadaan sulit air seperti ini, udara panas dan kering, hujan jarang turun dan kau malah menyia-nyiakan air!"teriak Ibu sambil pergi mendekati mesin dan berniat mematikannya."Ibu tidak bisa menyentuhnya, aku benar benar sudah sakit hati dengan ini! Kenapa perkara air saja ibu pelit sekali!" "Ada apa kamu, Aidil?" ujar Kak Yanto kakaknya yang tertua. Kak Yanto adalah kakak bertubuh tinggi dengan kulit gelap, perawakan serta roman mukanya tegas membuat orang takut dan segan ketika berjumpa dengannya."Aku hanya protes kenapa seseorang membatasi air bagi seorang ibu yang baru melahirkan dan membutuhkan lebih banyak untuk bersih bersih dan mencuci!""Apa salahnya berhemat, dari dulu desa kita memang kesulitan air bersih!" Ujar Kak Yanto mendekat."Matikan mesinnya.""Aku tak akan matikan sampai ibu mengizinkan istriku untuk menggunakan air lebih banyak.""Istriku juga pernah melahirkan dan mengalami masa nifas tapi aku tidak membuat kehebohan
Baca selengkapnya
dipermalukan
Dalam keadaan yang sudah rusuh seperti itu tiba-tiba kak Tina datang dari tempat dia bekerja sebagai guru. Wanita itu dengan segera menepikan motornya dan setengah berlari menghampiri kami."Abah, Ibu apa yang sedang terjadi di sini?!" Seakan punya firasat dia segera berlari dan menghampiriku."Kami sudah memberi pelajaran kepada wanita yang sedang tidak tahu diuntung ini!"ucap Ibu sambil berkacak pinggang dan menunjuk dengan jari telunjuknya.Kakak Tina yang seakan paham apa yang terjadi setelah melihat pekarangan becek dan mesin pompa segera menggendong anakku dan memintaku untuk bangkit."Ayo bangun masuklah ke dalam," suruhnya dengan suara lembut namun penuh penegasan. Kakaknya suamiku. yang nomor dua ini memang satu-satunya yang merupakan PNS dan bersekolah tinggi dalam keluarga mertuaku."Jangan coba untuk melindungi wanita ini! karena kami akan mengusirnya!""Abah, Ibu, tolong tenang ya, malu dilihat orang, dia ini adalah menantu kalian dan ia sedang sakit, saya mohon Abah ...
Baca selengkapnya
kain
Aku yang tak kuasa menahan tangisan dan gejolak kesedihan langsung bersimpuh di depan ibu mertua. Memohon di kakinya agar tidak diperlakukan serendah itu."Ibu tidak pantas ibu merendahkan saya seperti ini, saya adalah menantu Ibu," ucapku menangis."Hahah, apa kau merasa takut dan lemah hati?""Tolong maafkan saya," ucapku "Harusnya pikirkan dulu sikapmu sebelum bertindak, kau membuat keluargaku malu, kau menjadikan masyarakat punya topik pembicaraan atas kami semua. Aku ini orang terhormat, bukan rendahan sepertimu," ucapnya sambil mendorong kepalaku. Saking kerasnya dorongan tangan ibu menyodok kepala, gelungan rambut yang kuikat sampai terlepas dan membuat anak rambutku terurai menutupi wajah."Tolong jangan suruh saya buka baju ..." Sungguh miris hati ini sampai memohon seperti itu, aku seperti berada di jaman penjajahan, terhina dan tidak punya pilihan."Baik, kalo tidak mau buka baju," ujarnya sambil melirik suami, dan kedua putranya, berikut juga cucu cucunya yang terdiam.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status