PERCAKAPAN RAHASIA KELUARGA SUAMIKU || TAMAT

PERCAKAPAN RAHASIA KELUARGA SUAMIKU || TAMAT

에:  Ucu Nurhami Putri  완성
언어: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
2 평가
41챕터
23.2K조회수
읽기
서재에 추가

공유:  

보고서
개요
목록
앱에 리뷰를 남겨주세요.

"Bagaimana kabar Bella, Al?" Samar, Kaluna mendengar percakapan orang-orang yang ada di sekitarnya ketika sedang dirawat di rumah sakit. Dari sana, dia tahu bahwa suaminya punya wanita lain selama dirinya tidak sadarkan diri. "Rasa sakit harus dibalaskan karena aku tidak terima dikhianati seperti ini," tegasnya dalam hati yang penuh dengan luka. Apakah Kaluna akan mempertahankan pernikahannya? Apakah justru mengakhiri semuanya?

더 보기
PERCAKAPAN RAHASIA KELUARGA SUAMIKU || TAMAT 온라인 소설, 무료로 PDF 다운로드

최신 챕터

동시간 재미 밌는 책

독자들에게

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

댓글
user avatar
rabbit
sip saya share novel ini jg y arti sebuah perbedaan
2022-08-21 18:48:27
1
user avatar
Ucu Nurhami Putri
Selamat datang di ceritaku yang baru, jangan lupa share ke temannya kalau suka, ya. Kali ini aku usahakan update teratur, terima kasih. ...
2022-06-30 12:23:08
5
41 챕터
Bab 1
Bagaimana kabar Bella, Al?"Samar, aku mendengar percakapan orang-orang yang ada di sekitar. Saat ini aku sedang dirawat di ruang sakit setelah mobil yang aku bawa menabrak pembatas jalan.Bella, siapa itu?Kedua mataku yang awalnya terasa berat, kini lebih baik, dan aku mengurungkan untuk membukanya. Sebaiknya aku tetap seperti ini agar mereka tidak curiga dan tetap melanjutkan pembicaraannya. Aku juga sangat penasaran siapa Bella yang disebut tadi."Dia baik, Ma. Hanya saja dia memintaku untuk terus berada di sisinya."Aku tahu itu adalah suara Mas Alvaro. Apa tadi yang bertanya adalah mama mertua? Siapa Bella yang mereka maksud sebenarnya?"Turuti apapun keinginannya, Al. Saat ini dia memang sedang membutuhkan perhatianmu. Jangan sampai dia banyak pikiran dan beban yang bisa menyebabkan anak yang dikandungnya kenapa-kenapa," jelas mama mertua membuat dadaku terasa sesak.Anak yang dikandung wanita itu? Apa jangan-jangan itu adalah anak Mas Alvaro? Astagfirullah, berapa lama aku ter
더 보기
Bab 2
"Untuk apa kamu ke sini?"Dapat aku dengar Mas Alvaro bertanya dengan nada tinggi dan sepertinya dia sangat kesal, tapi aku tidak peduli.Aku baru bisa bernapas lega setelah melihat ponselku masih tersimpan rapi di dalam tas, segera aku mengambilnya, lalu mengirimkan pesan singkat memintanya untuk datang ke sini agar mereka tidak curiga kalau aku sudah sadar.Setelah pesan terkirim dan tanda biru sudah terlihat, kembali aku mengirimkan pesan kedua agar Mas Langit tidak mengatakan kepada siapapun kalau aku sudah sadar. Termasuk Mas Alvaro dan keluarganya yang sedang ada di luar.Dengan cepat aku menyimpan ponsel itu kembali ke tempatnya dan pura-pura tertidur sambil mendengarkan apa yang mereka katakan. Sekarang aku hanya tinggal menunggu Mas Langit datang, baru mulai membuat rencana.."Mas, beberapa waktu lagi aku akan melahirkan. Aku butuh kamu ada di sampingku, Mas. Aku tidak mau berjuang sendirian." Wanita itu mengadu dengan suara yang terdengar menangis.Cih, keluarga yang aku kir
더 보기
Bab 3
Mas LangitMas sudah sampai di depan rumah sakit. Cuman ada wanita yang teriak-teriak enggak jauh dari ruanganmu, Dek. Siapa dia?"Nanti aku jelaskan, Mas. Sekarang datang ke sini dulu saja. Ini juga yang mau aku bicarakan sama Mas," balasku cepat.Mas LangitOke. Tunggu bentar.Aku menunggu Mas Langit dengan perasaan yang tidak menentu. Anehnya, keluarga Mas Al masih setia menungguku di luar selama beberapa bulan aku tidak sadarkan diri. Padahal, mereka sendiri yang bilang kalau wanita itu lebih membutuhkan Mas Al daripada aku.Harusnya kalau memang mereka punya pemikiran begitu, bukankah lebih baik mereka juga berjaga di sana? Kenapa malah terus di depan ruanganku?Mas LangitBagaimana caranya Mas masuk kalau keluargamu ada di sana?Kembali dia mengirimkan aku pesan."Masuk saja, Mas. Paling nanti mereka bilang kalau aku masih tidak sadarkan diri," balasku cepat."Eh, Langit. Tumben datang ke sini? Ada apa?" Terdengar Mbak Nia langsung melayangkan pertanyaan kepada kakakku. Namun, y
더 보기
Bab 4
Aku mengerutkan kening dan menatapnya lekat untuk mendapatkan jawaban, tapi mama malah memberikan tanda agar Mbak Nia diam."Tidak apa-apa, Mbak. Katakan saja." Kembali, aku memancingnya, tapi Mbak Nia masih diam, dan mama menatapnya tajam."Eh, itu ponsel kamu?" tanya Mbak Nia heboh ketika melihat ponselku menyala. Segera aku mengambilnya dan menutupinya dengan tangan."Iya, Mbak. Aku mencoba mengeceknya, ternyata sudah mati," jawabku berbohong."Barusan nyala, kok," sahutnya sambil berusaha membuka tanganku yang menutupi ponsel."Nyala karena aku nyalakan. Nanti juga mati.". Aku berusaha meyakinkan. Namun, Mas Al yang berdiri di ambang pintu malah terlihat heran.Mas Al seperti tahu sesuatu tentang ponselku. Kalau tidak salah, waktu kecelakaan aku memang tidak membawa ponsel karena waktu itu aku menabrak pembatas jalan ketika hendak mengambil benda pipih ini."Kok, bisa?" Mbak Nia malah terlihat lebih Panin daripada aku."Tentu saja bisa!" teriakku geram di dalam hati.Aku memperhat
더 보기
Bab 5
"Pelengkap?" Aku tertawa kecil. "Anak adalah anugerah dari yang mahakuasa? Bukankah anugerah itu datang tanpa kita tahu?" tanyaku sambil melemparkan tatapan tidak suka."Tentu saja. Hanya saja anugerah itu hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu seperti aku," jawabnya tidak tahu diri.Aku tersenyum kecut, lalu menatap ke arah Mas Al yang terlihat gelagapan. Berhubung aku ingat kalau keluarga suamiku ini berniat menggunakan uangku untuk persalinannya, sepertinya akan ada hal baik kalau aku mengunakannya."Ya, kamu punya anugerah lewat anak sementara keluargaku lewat kekayaan. Apalagi segalanya membutuhkan uang, begitupun ketika kita melahirkan. Bukankah kamu juga sedang membutuhkan uang yang tidak sedikit?" tanyaku tepat sasaran.Kini bukan hanya wanita yang tengah hamil itu yang menatapku penuh kebencian, tapi juga Mbak Nia, dan Mama. Sementara Mas Al, dia menatapku terkejut, lalu memelukku."Apa yang kamu bicarakan, Sayang?" tanyanya lirih dan aku benci mendengarnya. Bukan karena n
더 보기
Bab 6
"Tidak, Mas Arsan sibuk. Jangan coba-coba membohongi Mbak, Kaluna," desisnya tidak terima. Aku tertawa kecil. Berbohong dia bilang? Kalau memang tidak ada apapun, seharusnya dia tidak perlu takut. Belum juga apa-apa, sudah salah tingkah begitu."Tidak ada yang berbohong di sini. Aku baru saja bangun, masa iya langsung berbuat begitu," lirihnya sambil menatapnya tidak percaya. "Kecuali kalau di mata Mbak aku memang orang yang begitu buruk.""Sudah, biarkan saja Arsan ke sini." Mama menengahi, tapi wajahnya menunjukkan kalau dirinya sendiri tidak mau menantunya itu datang ke sini.Mama menarik Mbak Nia keluar tanpa berkata apapun lagi padaku dan ini membuatku curiga. Setelah mereka keluar, aku berjalan pelan ke arah pintu. Alhamdulillah sekarang aku bisa berjalan meksipun perlahan."Jangan katakan apapun kepada Bella kalau Arsan mau ke sini. Kamu cukup jauhkan dia dari ruangan ini!" Mama memberi perintah kepada Mbak Nia."Tapi, Ma, Mas Arsan itu orangnya peka. Dia akan langsung tahu me
더 보기
Bab 7
Aku terdiam cukup lama dengan tangan yang memegang dada. Perasaan apa ini, kenapa rasanya lebih sakit dibanding mengetahui pengkhianatan Mas Al?"Tidak mungkin kalau kamu anggap aku bohong, bukan?" tanyanya meyakinkan.Aku menggeleng pelan.Saat ini bibirku terasa kelu dan kata-kata yang sudah aku siapkan dari tadi dalam hati, hilang begitu saja, dan berganti dengan rasa sesak. Siapa sangka pria yang aku kira sungguhan sayang, ternyata hanya bermain belaka.Kenapa dia masih berani mengatakan sayang dan cinta kalau pada akhirnya dia juga yang menenggelamkan?"Kamu harus percaya sama aku, Luna. Alvaro memang bukan pria yang baik. Dia tega meninggalkan kamu yang saat itu terkapar tidak berdaya hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri," jelasnya lagi tanpa aku minta.Aku hanya mengangguk menanggapi."Aku bahkan curiga dia punya wanita lain karena sejak kamu di sini, dia juga jarang ke rumah. Awalnya aku berpikir mungkin dia menemanimu di sini, tapi ketika aku ke sini, kamu hanya sendiri.
더 보기
Bab 8
Seusai perkataannya, hari ini aku memang sudah diperbolehkan untuk pulang karena tubuhku juga sudah lebih bertenaga. Namun, waktu pulang masih menunggu beberapa jam lagi karena sekarang jam baru menunjukkan pukul sembilan pagi. Katanya aku harus periksa lagi, tapi sekarang dokternya belum datang."Tolong selesaikan administrasinya lebih dulu," ucap seorang petugas.Aku juga mendengarnya dan aku yakin Mas Al, Mbak Nia, dan mama mertua juga mendengarnya. Jadi, aku berpura-pura tidak mendengar dan kembali sibuk dengan aktivitas sendiri, yaitu mengirimkan pesan singkat kepada Mas Langit mengajaknya bertemu sore ini.Anehnya, Mas Al ataupun keluarganya tidak menjawab pertanyaan itu sampai aku sendiri dibuat kesal. Masa, iya, di antara mereka tidak ada yang berniat untuk membayar biaya perawatanku selama di sini?"Mas, kamu selesaikan administrasinya," pintaku pada pria yang duduk di samping ranjang pasien."Kamu saja, Lun, nanti uangnya Mas ganti," jawabnya membuatku sungguh tidak percaya
더 보기
Bab 9
"Baik, Pa, terima kasih banyak. Cuman anehnya mereka hanya diam sama ketika pihak rumah sakit meminta agar kami segera melunasi tagihannya," ucapku dengan napas tidak teratur karena memindahkan ponsel ke sana ke mari, agar tidak berhasil direbut Mas Al."Apa lagi yang perlu kamu bicarakan, Mas? Semuanya sudah kelas." Aku berteriak kesal. Dia sudah keterlaluan.Aku diam bukan karena tidak berani bertindak atau berat oleh cinta, tapi karena tubuhku masih lemah. Fisik tubuhku sedari awal memang berbeda dari yang lain, ditambah sudah tidak sadarkan diri dalam jangka waktu yang cukup lama, hal ini membuat tubuhku semakin susah bergerak cepat."Aku tidak menerima uang yang Papa kamu ucapkan," ungkapnya tidak tahu diri, lalu keluar begitu saja tanpa memikirkan aku yang masih terbaring lemah."Apa maksud kamu, Kaluna?" Mbak Nia mengayunkan tangannya untuk memberikan aku tamparan, tapi tanganku lebih dulu menahannya, dan mendorongnya.Kalau berhadapan satu lawan satu, aku masih bisa memang, ta
더 보기
Bab 10
PoV Alvaro"Kaluna! Kamu di mana?"Aku berteriak sambil membuat satu persatu ruangan yang ada di depan mata, begitupun dengan mama dan Mbak Nia. Sungguh aku dibuat kewalahan dengan sikapnya yang aneh akhir-akhir ini.Ketika dia kecelakaan, aku dan keluarga besarku memang sedang berada di rumah Bella. Waktu itu dia sedang mengidam dan meminta kami semua untuk datang, bahkan menginap di rumahnya.Kata mama dan juga keluarganya, permintaan orang yang sedang ngidam harus dituruti. Jadi, dengan berat hati aku tidak pulang selama satu minggu. Hatiku juga ikut hancur ketika mendengar dia kecelakaan, tapi apa daya, tidak ada yang bisa kulakukan.Sejak menikah dengan Bella, pikiranku jadi bercabang. Tidak hanya memikirkan Kaluna, tapi juga Bella dan anaknya. Ditambah sekarang pekerjaanku juga sedang tidak stabil, ditambah tabungan yang ada sudah terpakai ketika menikahi Bella.Aku bahkan masih tidak tahu ke mana harus pergi agar mendapatkan uang untuk biaya persalinan Bella. Ditambah Kaluna ju
더 보기
DMCA.com Protection Status