Gairah Istri Kelima Juragan

Gairah Istri Kelima Juragan

By:  LastCurse  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 ratings
95Chapters
54.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

⛔CERITA DEWASA⛔ —Terinspirasi dari kisah nyata— Blurb: Malini memerlukan uang dalam jumlah yang banyak. Suami yang telah menikahinya selama dua belas tahun itu pergi tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya. Meninggalkan banyak hutang yang harus wanita itu lunasi dengan segera. Hanya juragan Chandrakanta, orang paling kaya di daerahnya yang bersedia membantu dengan sebuah persyaratan yang membuat Malini harus berpikir seribu kali. "Juragan cabul, gila kawin. Isterinya saja sudah empat! Sekarang masih mau nambah lagi," rutuk Malini geram. Awalnya Malini menolak, keberatan dan mencoba berusaha mencari uang dengan jalan lain. Menjadi buruh angkut di pasar, berjualan, dan menjadi pembantu rumah tangga. Namun, akhirnya ia menyerah dalam kungkungan ketampanan dan keliaran yang membuatnya bergairah. Juga sebuah mantra rahasia dari juragan Chandrakanta yang membuatnya bertekuk lutut dalam waktu semalam saja. Apakah Malini akan menjadi isteri kelima juragan? Apa yang membuat juragan Chandrakanta mengejar Malini sedemikian rupa?

View More
Gairah Istri Kelima Juragan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Raina Haryati
mana bab baru nya ? masa putus gt aja ?
2023-03-03 11:35:14
0
user avatar
Anizz Suranizz
Bagussssssss
2023-03-02 10:45:42
0
user avatar
Pakmin
bagus juga novelnya
2022-12-12 16:17:00
0
user avatar
Yuyun Yuningsih
sundul lagi donk bab teranyar nya thor.
2022-12-12 00:17:13
0
user avatar
imam soetopo
Mantap ceritanya, ditunggu lanjutannya
2022-11-22 17:48:48
0
user avatar
Nuri Ahmad
Walau ada noti yang mengingatkan ketika update, tapi tetap saja rajin bolak balik ngintil, berharap ada update lagi. Suka banget sama cerita ini
2022-09-08 11:12:50
1
user avatar
ridut sari
epert8nya bagus,lanjut baca dulu
2022-08-12 08:35:16
3
95 Chapters
Juragan Tampan dan Berkharisma
Di sebuah ruangan dengan kertas dinding motif dan warna keemasan, Malini menatap pria berusia lima puluh tahun di hadapannya. Pria tampan dengan rahang tegas dan sepasang mata mirip elang yang mampu menaklukkan lawan bicaranya dalam sekali kedipan.Pria yang kerap dipanggil orang-orang kampung dengan juragan itu tak nampak tua sedikitpun. Bahkan guratan dan keriput seolah enggan mampir ke wajahnya yang putih dan bersih.Ada perasaan tegang yang hinggap di hati Malini. Bagaimana tidak, ia hanya berdua saja berhadapan dengan juragan Chandrakanta. Entah ke mana keempat isteri pria yang katanya gila bercinta itu."Ehem ... Jadi apa tujuanmu datang kemari? Malini!" suara serak dan berat itu semakin membuat Malini salah tingkah."A-anu juragan ...." sahut Malini menggantung.Dadanya terlihat naik turun. Nampak terlihat jelas dari balik kebayanya yang sedikit menerawang. Membuat Chandrakanta menelan ludah. Lalu membuang muka ke arah yang lain."Katakan dengan cepat! Karena aku sedang banyak
Read more
Suami Pergi Meninggalkan Banyak Hutang
***Pintu digedor dengan amat keras. Malini yang tengah menidurkan Suma terkejut. Jantungnya berdebar sangat keras. Dengan gemetar ia keluar dari kamar biliknya dan berjalan dengan lutut yang gemetar."Malini!"Wanita berkulit kuning langsat dengan rambut ikal legam menelan ludah. Tangannya juga ikut gemetar ketika membuka kunci pintu."Mana suamimu?""A-anu Bang. I-itu ....""Mana dia?" hardik pria dengan tinggi dua kali lipat darinya."Be-belum pulang, Bang Jampang," jawab Malini takut."Arggh. Bohong! Sudah dua kali aku ke sini. Kau selalu mengatakan bahwa suamimu belum pulang.""Be-benar, Bang. Saya ndak bohong. Sungguh!""Apa kau tahu, jika dia kalah berjudi? Dan Berhutang puluhan juta. Bayar atau kalau tidak ...." sahut Jampang dengan tatapan mata yang seolah menelanjangi wanita bertubuh sintal itu."I-iya Bang. Pasti akan saya bayar. Tapi tolong beri waktu lagi. Saya sedang mengupayakan semuanya.Jampang duduk berjongkok. Mengikuti Malini yang tengah duduk bersimpuh. Pria besar
Read more
Pemabuk dan Suka Main Perempuan
***Pria tua itu terpaku menatap wajah seorang wanita mengenakan kerudung gelap dan penutup wajah. Hanya alis legam tebal dan bulu mata panjang lentiknya saja yang terlihat di keremangan malam.Di punggungnya tergantung keranjang anyam bambu besar berisi beraneka macam sayuran hijau yang segar yang sudah diikat sedemikian rupa. Begitu rapi dan tertata."Saya boleh jualan di sini, Pak?" tanyanya membesarkan suara. Agar tak kalah dengan para pedagang lain yang juga sedang menggelar dagangannya."Sebenarnya lapak ini ada pemiliknya. Cuma beberapa hari ini sedang sakit. Sementara kamu boleh pakai. Tapi kalau pemiliknya sudah kembali. Ya kamu harus pergi dan mencari lapak yang lain.""Inggih Pak. Saya paham ...." jawabnya senang. Mengucap hamdalah dalam hati lalu mulai meletakkan kain jarik sebagai alas jualannya.Baru beberapa detik berlalu. Pria lain dengan kulit yang agak gelap tengah berbisik kepada pria tua berpeci. Lalu pria tua itu menganggukkan kepalanya."Maaf. Maaf, Nak! Pemilik
Read more
Bagaimana Jika Aku Mati Saja ?
Dengan gerakan yang kasar, pria yang di panggil bapak oleh anak-anaknya itu mendorong tubuh puteri sulungnya hingga terjatuh. Mbok Giyem dan Yuvati tersentak kaget. Sementara Malini yang masih lemah berusaha untuk membela anaknya.Terhuyung-huyung ia menuju dapur, mengambil sapu dan memukuli Prabawa dengan membabi buta."Pergi! Pergi kamu, Mas! Jangan pernah pulang kembali! Anak-anak ndak butuh kamu!"Kanaya terisak, pun demikian dengan Suma. Walau rindu akan kehadiran bapaknya mereka tak ingin memelas minta dipeluk. Mungkin mereka paham dan sudah terlanjur benci, walau Malini tidak pernah mengajarkan untuk itu.Kanaya, Suma dan Malini berpelukan sementara Prabawa yang dipukuli tak tinggal diam. Ia masuk ke kamar. Membuka lemari dengan kasar dan mencoba mengobrak-abrik isi lemari. Mungkin mencari sesuatu yang masih berharga di dalam kamar dingin itu. Adegan tak menyenangkan itu bagai tontonan menyedihkan di maya Yuvati, Mbok Giyem dan Hartoyo. Namun, ketiganya tak bisa berbuat apa-ap
Read more
Istri Keempat Juragan Chandrakanta
***Yuvati turun dari mobil. Mbok Giyem mengiringi pelan dari belakang. Hartoyo membawa keranjang bambu anyam berisi sayuran hijau yang diikat. Sayuran hijau yang dibeli Yuvati dari Malini.Namun, ia sedikit terkejut ketika masuk ke dalam rumah, mendapati Soraya—isteri keempat Chandrakanta duduk malas di atas kursi kesayangannya."Tumben, Dik Soraya, main ke sini?" sapa Yuvati ramah."Mas Chandrakanta mana, Mbak?" "Belum pulang. Tadi malam pergi memeriksa pasar. Kenapa, Dik?""Mau minta uang!" jawab Soraya manja.Yuvati menghela nafas. Namun, tak ingin mengomentari banyak. Takutnya nanti salah bicara. Toh jika dipaksakan untuk berkomentar, nanti malahan hubungan keduanya menjadi renggang."Tunggu saja ya, Dik. Mbak mau ke kamar dulu! Kamu sudah makan apa belum?""Ga usah basa-basi deh, Mbak. Aku tahu, Mbak ga suka aku datang ke sini. Tapi ini rumah suamiku juga. Mbak tahu itu kan?" Soraya berkata dengan sangat pongahnya. Soraya berdiri. Memeriksa beberapa perabot mahal yang terbuat
Read more
Pria Lain di Kamar Pribadi Soraya
Bujukan Soraya berhasil membuat Chandrakanta untuk ikut ke kediamannya. Walaupun sebenarnya Chandrakanta lebih ingin pergi ke tambak untuk melihat beberapa nelayan yang akan panen ikan. Tapi sifat Soraya yang keras kepala, manja dan tak mau mendengarkan orang lain, membuat Chandrakanta mengalah."Iya ... Mas minta maaf karena semalam tidak pulang ke rumah. Jangan cemberut seperti itu ...." rayu Chandrakanta."Kamu tadi mau uang jajan?" tanya Chandrakanta mengalihkan ketidaknyamanan menjadi hal yang menarik untuk diperbincangkan."Huu-umph ...." angguk Soraya pelan."Mau belanja apa, sih? Mas rasa semua gaun, tas, sepatu kamu beli setiap bulan. Apa tidak bosan?"Soraya menggelengkan kepalanya. Rambut pirangnya terkibas pelan.Sopir melajukan mobil tak begitu kencang. Mungkin karena jalanan yang lengang mereka tiba di kediaman Soraya hanya dalam waktu dua puluh menit saja.Pagar besi tinggi berwarna putih dibuka seorang pria paruh baya berkulit legam, ketika sopir memberi tanda. Keduan
Read more
Benjamin
Chandrakanta rasanya ingin marah. Rasa panasnya terdesak hingga ke ubun-ubun. Rahangnya mengeras. Tangannya mengepal kencang. Namun, walau begitu tak bijak jika ia harus marah ke Beatrix. Gadis itu tak salah apa-apa pikirnya."Ehem ...." Chandrakanta bergumam. Menetralkan suasana yang kaku dan sedikit tegang."Apa Tuan marah?" tanya Beatrix pelan."Marah? Kepada siapa?" Chandrakanta balik bertanya."Marah kepada Nyonya Soraya dan saya?""Kepada Nyonya Soraya tentu saya marah. Tapi kepada kamu, tidak.""Biar saya antar ke pasar," sambung Chandrakanta lagi."Baik, Tuan. Terima kasih," ucap Beatrix. Menunduk sambil meremas tangannya. Ada perasaan tak enak mendera dada.Di sepanjang perjalanan, Chandrakanta dan Beatrix diam saja. Hanya helaan nafas berat yang menemani deru angin yang berembus masuk ke dalam mobil."Nah, sudah sampai akhirnya," ucap Chandrakanta. Beatrix turun dengan ragu. Seperti masih ada banyak hal yang ingin ia sampaikan pada suami majikannya itu."Tuaan ...." "Iya.
Read more
Melompat ke Sungai
***Langkah kaki Malini sedikit gemetar melihat sungai jernih yang terbentang di bawah jembatan. Hatinya gamang. Lalu ditatapnya mata anak-anaknya yang sangat jernih. Sejernih sungai itu hingga ia mampu melihat dengan jelas ke kedalamannya. Tapi tidak dengan mata anak-anaknya. Malini tak mampu melihatnya dengan jelas."Bu ... Ibu sebenarnya mau ke mana?" tanya Kanaya yang menyadari bahwa ibunya sudah bolak-balik mengitari jembatan.Malini tersenyum tanpa berkata banyak. Ia mengulurkan tangan. Mencoba untuk menggendong Suma yang sudah mulai lelah. "Suma capek sayang?""Ndak Bu. Yang penting ibu senang di sini ...."Malini tersenyum. Ia sangat sayang kepada anak-anaknya. Tapi sesuatu dalam hatinya meminta untuk ia segera mengakhiri hidup."Melompat ke sungai Malini! Melompatlah ... Maka hidupmu tak akan lagi menderita. Kau akan bahagia. Hatimu tak akan sakit lagi. Kau tak harus melihat wajah memuakkan suamimu. Kau tak perlu lagi untuk melihat wajah mertua yang tidak pernah menyayangimu
Read more
Dunia Memang Kejam, Malini ...
Dengan panik pria bertopi hitam membuat panggilan pada telepon genggam hitam putihnya. Ia merasa sedikit kesal karena seseorang di seberang sana tak ada yang menjawab teleponnya.Si pria kembali pada Malini yang masih terbaring. Wajahnya masih pucat. Ia mencoba sekali lagi dengan doa yang penuh harap. Ditekannya dada Malini sekuat tenaga. Berbisik di telinga cantiknya bahwa ia harus kuat demi anak-anaknya."Malini ... Ayo! Buka matamu! Masih ada anak-anakmu! Kasihan mereka! Kau harus tetap hidup! Di mana dirimu yang kuat, keras kepala dan tak takut dengan semua keadaan yang mendera. Bangun!"Pria bertopi hitam mendekatkan wajahnya pada hidung Malini. Mencoba memeriksa dengan cermat dan seksama. Tak ada perubahan. Wajah itu masih pucat. Bibirnya tak berwarna sama sekali. Tidak menarik.Malini yang terbujur kaku terlihat oleh mata-mata awam. Padahal dalam dunia yang lain Malini tengah bergembira. Ia berlarian di sebuah tempat tanpa ada perasaan sedih dan luka hatinya. Malini tertawa, be
Read more
Sisi Gelap Chandrakanta
Suara burung-burung dan hewan hutan bersahut-sahutan ketika langkah demi langkah menginjak ranting lembab karena hujan masih turun dengan derasnya.Seorang pria berjalan membawa dua buah senapan. Sementara seikat ikan kering tergantung mantap di antara lehernya. Wajahnya tegang. Tidak nampak kebaikan, keramahan, kepedulian seperti beberapa jam lalu.Burung-burung senja menyambut dengan suka cita ketika ia bersiul pelan. Walau gelap si pria tak takut untuk masuk ke bagian hutan yang semakin dalam.Kembali berjalan dengan langkah yang mantap. Boots hitamnya menapaki jalan setapak kecil di pinggiran jurang terjal. Ia lalu berpegangan dengan seutas tali untuk tiba di sebuah lubang lembab yang berukuran enam kali puluhan meter.Hening dan sepi. Hanya suara detak jantung dua orang pria dewasa saja yang menggema di dalamnya. Juga rintihan kesakitan dari seorang pria yang terikat kaki, tangan dan matanya."Lepaskan aku!" teriaknya ketika mengetahui pria bertopi hitam melepaskan ikatan di mata
Read more
DMCA.com Protection Status