OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga

OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga

Oleh:  Pipit Aisyafa  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
53Bab
16.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Fitri menagih hutang pada Kakak Iparnya, setelah Desi--Kakak Ipar-- itu pamer habis membeli perhiasan. Alih-alih di beri, Fitri justru malah di caci maki, dianggap tidak sopan karena menangih di grup. padahal Fitri melakukan itu karena Desi tak jua mengembalikan uang yang telah di pinjamnya dan sekarang dia tengah butuh untuk membayar kontrakan. Hinaan demi hinaan Fitri dan suaminya dapatkan, siapa sangka keberuntungan berpihak pada Fitri yang seketika langsung mengubah hidupnya.

Lihat lebih banyak
OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
53 Bab
Menagih
[Mba, apa uang yang Mbak pinjam tiga bulan yang lalu sudah ada?] Kukirim pesan WA pada saudara iparku. Dia kakak dari suamiku Mas Bayu.Masih centang dua. Padahal aku sudah kirim dari semalam. Rasanya sedikit jengkel. Padahal aku lihat dia beberapa kali online.Aku masih berusaha sabar, walau sebenarnya uang itu sudah sangat aku butuhkan."Mas, apa sebaiknya kamu minta aja kerumah Mbak Desi. Di WA dia ngga baca," ujarku pada Mas Bayu yang tengah bersiap untuk berangkat kerja (ojol)"Ngga mau lah, Fit. Sungkan." Selalu jawaban itu yang aku terima. Mas Bayu memang begitu. Selalu punya rasa tak enak pada saudaranya. Sama saat Mbak Desi meminjam uang. Mas Bayu yang memang tak sedang memegang uang, menyuruhku untuk mencarikan. Tak mau berterus terang jika kami memang tak memiliki uang.Hasilnya, aku minjam sama majikanku. Aku yang bekerja membantu Mas Bayu mencari uang dengan takut meminjam uang dengan nominal yang bagiku cukup besar. Satu juta. Sedangkan gajianku hanya sembilan ratus ribu
Baca selengkapnya
Playing victim
Sebelum di blokir ternyata Mbak Desi terlebih dahulu mengirimkan chat. Makian demi makian ia lontarkan layaknya anak panah yang langsung menusuk jantung.[Kamu adik ipar ngga berakhlak! Nagih di grup WA. Dasar perempuan yang tak pernah makan bangku sekolah ya begitu!][Hutang tak seberapa saja kamu tagih di depan semua saudara, sudah merasa kaya ya?! Asal kamu tahu, sekarang aku bisa saja beli tuh mulutmu juga!][Pokoknya, aku ngga mau tau! Kamu harus klarifikasi tentang semua itu. Baru aku masukkan grup lagi! Bilang kalau tadi cuma salah paham dan aku tak punya sangkutan sama kamu. Begitu. Mengerti!]Setelah chat di atas itu, kemudian Mbak Desi memblokir nomorku. Dia mungkin belum tahu siapa Fitri! Apa dia pikir aku takut sekali dengannya.Kucing-cingkan lengan. Mengambil langkah seribu untuk menuju rumah Mbak Desi yang berjarak dua kilo meter. Kalau biasanya aku akan naik ojol. Kali ini biar aku jalan kaki saja. Meleburkan lemak didalam perut."Ma, mau kemana?" tanya Ilham anakku sa
Baca selengkapnya
Licik
Kepalaku sudah mendidih. Ingin segera menghilang dan langsung muncul di hadapan Mas Bayu. Si*l! Dia kurang di hajar. Tega benar dia memberikan uang pada kakaknya dengan uang yang akhirnya aku yang bayar. Kita hitung-hitungan empat kali empat! Sempat tidak sempat harus di jawab! Ehhhh.Pusing! Ah. Ngomong apa tadi?Aku segera langsung meluncur pulang. Rasanya mataku sudah berembun. Dengan di antar Sari menggunakan sepeda motornya. Aku diam tanpa kata."Sabar ya, Fit. Ambil hikmahnya saja!" Sari yang tengah mengemudi berucap. Aku masih diam. Ada rasa sesak didalam hati ini."Mungkin memang salah suami kamu. Dia harusnya ngga bilang begitu, sedangkan dia tahu kalau kehidupan keluarganya saja masih Senen Kemis." cicit Sari lagi."Senen Kemis?" tanyaku tak mengerti maksud ucapan Sari. Kaya puasa sunah saja?"Maksudnya kembang kempis, Fit. Kadang ngambang kadang ngempis! Hahahaha .... " Sari terbahak di akhir kalimat. Pasti dia sedang berhalu hal yang tabu.Aku mengerucutkan bibir. Aku tahu
Baca selengkapnya
Di Keluarkan
Licik!Dia memvideo diriku saat dia mengatakan jika Mas Bayu memberikan uang itu, bukan hutang. Ya ... Memang saat itu, expresiku begitu shok. Kaget setengah mati dan hampir menangis.Dia memberikan tag pada video singkat itu.(Sudah saya bilang ngga punya hutang sama dia. Sekarang dia nyesel dan minta maaf. Tentu Desi maafkan kok. Bagaimana pun kamu tetap adik iparku.) Dengan di akhiri emoticon peluk dan cium.Ciuuhh!Mana hati tak panas. Semua dia buat drama. Benar-benar sangat membuat sebal. Lihat saja, akan aku lanjutkan perseteruan di grup keluarga.Niat hati mengajak Sari untuk memvideokan bagaimana aku menagih hutang pada Mbak Desi yang galak seperti singa. Kenapa malah jadi video aku yang dia viralkan?Aku masih melihat, dari sisi mana dia mengambil gambarku dan berfikir siapa yang mengambil itu. Pasti ini ulah anaknya Natasya! Aku menduga, karena siapa lagi? Suami Mbak Desi tak mungkin mau tapi ... Ngga tahu juga, bukankah sekarang sudah jadi horang kaya.Aku berfikir, dari m
Baca selengkapnya
Di pinjami
Ternyata grup telah di bisukan. Diatur hingga hanya admin yang bisa mengirim chat. Sedangkan admin disana hanya dua orang. Mbak Desi dan Mas Rian. Ini pasti ulah Mbak Desi. Dia kepokoh malu hingga harus melakukan itu. Tentu untuk mengeluarkan Mas Bayu, mereka sedikit berfikir. Mas Bayu memang terkenal pendiam, tidak terlalu banyak bicara namun kalau sudah tidak di hargai, dia tak akan lagi mau untuk kembali bergabung."Fit, kamu ngapain?" Tanya Mas Bayu yang baru selesai salat dan meletakan kopyahnya. Aku bahkan sempat kaget karena masih terus merutuk."Biasa, Mas. Mbahas hutang Mbak Desi di grup," jawabku enteng."Apa? Kamu buat masalah lagi?" Mas Bayu seperti kaget."Habis Mbak Desi duluan. Dia kebanyakan drama dan lebih banyak cari pencitraan. Bukannya bayar hutang malah seolah cari nama!" gerutuku."Fit-fit, sudahlah. Jangan terlalu begitu. Jadi nggak baik kan hubungan keluarga kita? Sabarlah sedikit. Ingatkan sekali dua kali, setelah itu pasrahkan pada Allah, agar dibukakan pint
Baca selengkapnya
Godaan
Aku sejenak berfikir. Mencerna tentang maksud yang di utarakan Mas Rian dengan memberi pinjman."Bagaimana, Fit?" Mas Bayu kembali membuka suara. Mungkin ia heran dengan expresiku yang tak menunjukan rona bahagia. Padahal sudah menemukan jalan pintas."Boleh, Mas." Kataku antusias yang di imbangi oleh senyum merekah Mas Bayu. "Asalkan ... Bilang sama Mas Rian jika nagihnya jangan sama kita. Tapi, sama Mbak Desi!"Seketika wajah Mas Bayu murung. Kalau begitu, artinya dia yakin jika Mbak Desi belum tentu mau membayar hutangnya."Bagaimana, Mas?" tanyaku sekarang.Dia mengaruk rambutnya, kemudian mengusap tengkuk. Aku memilih pergi meninggalkannya yang masih bingung. Biar saja! Toh aku geram pada Mas Bayu. Jadi laki kok lembek dan tak mau tegas pada kakaknya.Aku memotong buncis, untuk aku masak. Rasanya hati dan pikiranku sudah kacau balau. Entah harus bagaimana menyikapi ibu pemilik kontrakan. Rasanya dia bicara tak main-main.Setelah mengiseng buncis, mengoreng tempe, aku memanggil Il
Baca selengkapnya
Mengancam
"Eeh, Bayu." Pak Handoyo menoleh pada Mas Bayu. "Ada apa, Pak. Kenapa mau pegang-pegang istri saya?" tanya Mas Bayu langsung. Ada nada cemburu disana."Eee ... Enggak kok. Tadi aku hanya ingin menyampaikan bantuan. Tentang penunggakan uang kontrakan. Kasian kan kalau harus di usir. Secara selama ini kalian tak pernah telat. Hanya baru kali ini, tentunya ada alasannya." Pak Handoyo berkata panjang lebar."Iya betul, Pak. Semua karena uang saya untuk bayar kontrakan di pinjam dan belum di kembalikan. Sedihnya sekarang aku menagih malah di bilang ngga pernah punya utang!" Cerocosku."Fit!" Mas Bayu memanggilku. Menatap tajam padaku.Aku bangkit berdiri. Melewati Pak Handoyo dan berdiri tepat didepan Mas Bayu."Dan yang membuat saya kesal. Suami saya yang menghutangkan uang itu tak mau menagih! Miris sekali!" Aku segera masuk kedalam."Fit! Fit!" Mas Bayu mengikuti aku masuk. Aku berhenti saat tiba didepan pintu kamar."Kamu itu keterlaluan. Kenapa harus cerita pada Pak Handoyo. Kamu sed
Baca selengkapnya
Ketakutan
Wajah Mbak Desi yang tadi sempat pongah, kini mendadak pucat. Apa dia setakut itu?Aku masih tersenyum mengejek. Seolah apa yang tengah aku katakan bukan hal remeh."Mau siapa yang akan kamu tawarkan, Mbak? Kamu atau Natasya? Toh, uang yang kamu pinjam kan untuk biaya Natasya. Jadi nanti aku tinggal sebutkan nama salah satu dari kalian!" Aku mengakhiri dengan nada sedikit menekan di akhir kalimat."Fitri! Ja-jangan lancang kamu!" Bibir Mbak Desi bergetar. Tentu dia pasti melihat kesungguhan ku."Lancang? Aku sudah terlalu capek, Mbak. Punya suami adik kamu itu ngga ada untung-untungnya. Udah hanya bisa ngojol sekarang jadi budak saudaranya. Mau saja meminjamkan uang pada saudara yang tak tahu diri. Ngga ada niatan buat bayar padahal punya uang banyak!" Aku berkata sambil melirik pada Mas Bayu. Biar saja marah. Memang itu kenyataannya."Ayo, Mas! Kita ke gunung Sinere. Sebelum itu kita beli bunga tujuh rupa dulu!" Aku menatap pada Mas Bayu yang masih setengah bingung.Kutarik Mas Bayu
Baca selengkapnya
Menahan sabar
Sejak kapan Natasya paling aku Tante? Bisanya juga Bulik dan sejak kapan juga ia panggil ibunya Bunda? Biasanya juga Mama bahkan kadang Mane.Aku menerima amplop itu dengan senang. Segera kuraih dengan kedua tanganku. Mas Bayu dari belakang berucap alhamdulilah."Akhirnya selesai juga drama pinjam meminjam ya, Fit," ucap Mas Bayu saat aku akan membuka uang itu.Kuhitung uang yang terlihat berbeda. Tak sebanyak yang kukira. Uang berwarna biru dan kuhitung hanya sepuluh. Kembali lagi kuhitung uang itu sampai kukeluarkan dari amplop."Mas, kok cuma lima ratus?" cicitku pada Mas Bayu. Ia juga tampak sok. Sedangkan aku langsung menghadap pada Natasya yang ternyata sudah hilang bak dedemit. Memang keluarga songleng."Yang bener, Fit. Kok bisa? Coba itung lagi!" "Udah, Mas. Udah kuhitung bener-bener!""Apa mungkin Mbak Desi udah pikun. Uang lima puluhan di kira seratus ribuan." Ucapan Mas Bayu mampu membuat aku langsung menatapnya."Jangan bilang kamu mau kembali membelanya, Mas! Atau ... K
Baca selengkapnya
Seragam
"Aku ngga mau, Mas. Bilang aja di suruh masak didapur. Pake bilang chef-chef segala. Enak bener, saudara hajatan bukannya ikut pesta malah di suruh masak. Memangnya ngga bisa apa cari tukang masak? Apa karena ngga mau keluar uang besar?" gerutuku langsung di depan Mas Bayu. "Pokoknya, sampaikan pada Mas Rian, Mas. Aku ngga bisa kalau disuruh masak. Aku bantu-bantu semampunya saja!" ujarku sambil membereskan meja.Tak ada protes dari Mas Bayu. Semoga dia mengerti jika semua yang dilakukan saudaranya padaku sudah sangat tidak adil. Kami memang miskin, tapi bukankah tetap jika Mas Bayu adalah memiliki aliran darah yang sama sedangkan aku istrinya.***Sejak hari itu, pembahasan demi pembahasan di grup. Aku tak pernah nimbrung, hanya saja membaca apa yang mereka bicarakan. Tak ingin ikut campur. Berusaha stel kalem.[Bagaimana tentang seragam keluarga?] Malam kemarin, Mbak Desi menayakan itu pada Mas Rian.[Aman.] Balas Mas Rian. Aku hanya diam. Bagaimana Mas Rian bilang aman, sedangkan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status