Simpanan Tunangan Tuan Presdir

Simpanan Tunangan Tuan Presdir

By:  Na_Vya  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
22 ratings
97Chapters
10.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Menjadi tunangan dari seorang presdir kaya raya yang dilukai setiap hari, bukanlah kemauan Sanaya Aqeela(26tahun). Seandainya bisa, dia ingin memutuskan hubungannya segera. Sayangnya, Sanaya tidak bisa. Di tengah keputusasaan, Dilan Ibrahim Pasha(24tahun) hadir dengan sikapnya yang 180° berbeda dari sang presdir. Lelaki itu selalu menjaga dan melindungi Sanaya tanpa diminta, hingga membuat Sanaya tak mampu melepaskannya. Tergoda, dia pun memutuskan untuk menjalin kesepakatan rahasia yang menyenangkan dan berbahaya bagi keduanya. *** "Tetaplah berada di sisiku, Dilan. Jangan pergi, sebelum aku sendiri yang memintamu pergi dari kehidupanku." Sanaya~ "Jangan salahin aku, kalo aku enggak bisa ngendaliin perasaan ini, Mbak." Dilan~

View More
Simpanan Tunangan Tuan Presdir Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Na_Vya
holaaaa baca buku baruku yuk! 'Dosa Termanis dengan Calon Iparku'
2023-08-31 14:38:23
0
user avatar
Karen Sanjaya
Wow, jadi penasaran sama Dilan... Kereeen!!
2022-12-28 11:39:05
0
user avatar
Aspasya
Keren ceritanya kak......
2022-12-28 09:59:36
0
user avatar
Lucy
Wah baru nemu ceeita ini, sepertinya seru, masukin pustaka dulu buat baca cicil ......
2022-12-28 09:59:09
0
user avatar
Sandra Setiawan
semangat thor. keep writing. *hugs*
2022-12-28 09:49:37
0
user avatar
Hisa NK
aku mampir... makin penasaran aja nich sama ceritanya
2022-11-15 11:15:08
3
user avatar
Gadis Nakal
Terdilan-dilan ini mah...
2022-10-22 18:27:19
3
user avatar
Na_Vya
Up up up!!!
2022-09-30 19:58:26
1
user avatar
Laquisha Bay
Ati-ati. Kalo suka main api nanti bisa kebakar loh, Mbak Sanaya, wkwk. Apa lagi tergodanya sama cwo yg bikin kita nyaman :') duh lah...
2022-09-23 17:58:49
2
user avatar
Hangga rezka
hallo kak, balasan untuk suami hidung belang, udah mampir nih ...
2022-09-17 02:19:10
1
user avatar
Jenang gula
berasa kek dilan gw ......
2022-09-15 20:05:19
2
user avatar
Rifat Nabilah
Dilan sikapnya manis... lanjut thor......
2022-09-13 11:53:02
2
user avatar
Youe
ceritanya seru, haredang pasti nih, next next ...
2022-09-11 22:52:25
1
user avatar
Ayaya Malila
Ah, kasihan Sanaya, tapi dia juga berhak bahagia. Karyamu keren, kak ...
2022-09-03 10:28:38
1
user avatar
Ghostriz
Selalu menarik *_* Kasihan Sanaya nya punya tunangan macam Leo
2022-08-30 16:27:05
1
  • 1
  • 2
97 Chapters
Bab 1—Membela Sanaya.
Hola! Ketemu di novel baru aku, hihii...Happy reading, semoga suka!***“Sanaya! Sanaya!”Seorang pria berperawakan tinggi tegap berteriak seraya berjalan tergesa-gesa menuju di mana ruangan seorang perempuan bernama Sanaya berada. Raut wajahnya terlihat murka dan kesal. Semua pengunjung yang berada di Restoran itu memusatkan perhatiannya pada Leo yang sama sekali tak peduli bila sikapnya itu sudah mengganggu ketenangan para tamu.Pun dengan para pelayan yang tengah berseliweran di area itu. Beberapa dari mereka berbisik-bisik membicarakan sikap pria yang sangat mereka kenali.“Pasti dia mau marah-marah lagi sama Mbak Sanaya,” kata pelayan berambut ikal dan berwarna hitam. Dia berbisik dengan rekannya sambil sibuk membereskan meja bekas pelanggan.“Iya. Kalo ke sini pasti mau marah-marah doang. Punya tunangan, kok, galaknya ngelebihin herder. Ih! Kalo aku, sih, ogah! Biarpun dia ganteng terus kaya tujuh turunan,” sahut pelayan yang rambutnya di ikat ke belakang. Bibirnya komat-kamit
Read more
Bab2—Perhatian Dilan.
Happy reading! Semoga suka😚***Sanaya terhenyak ketika Dilan meraih tangannya, lalu membawanya masuk ke ruangan. Pandangan perempuan itu tertuju pada tangan Dilan yang menggenggam erat tangannya. Laki-laki itu menuntunnya perlahan dan hati-hati.Ah, seandainya Leo bisa bersikap lembut seperti Dilan, mungkin dirinya akan mudah jatuh cinta kepada lelaki brengsek itu. Sayangnya, Leo dan Dilan memiliki perbedaan bak langit dan bumi. Dilan ibarat malaikat penjaganya, sementara Leo ibarat malaikat pencabut nyawanya.‘Hfuuh ....’ Sanaya membuang kasar napasnya, seraya meringis menahan nyeri yang berasal dari sudut bibirnya yang sedikit robek.“Duduk sini, Mbak. Aku ambilin kotak obat dulu,” ucap Dilan, lalu mendudukkan Sanaya di sofa panjang yang berada di sudut ruangan tersebut.Sanaya terduduk sambil memandangi punggung lebar Dilan yang terbalut kemeja hitam. Diam-diam, diperhatikannya sikap pemuda itu yang begitu perhatian padanya. Dia lantas berpikir, entah akan seperti apa jadinya bil
Read more
Bab 3—Mengantar Sanaya Pulang.
Waktu bergulir sangat cepat. Tak terasa malam telah menjelang. Sanaya yang menuruti perkataan Dilan untuk tetap berada di ruangannya, lama-kelamaan pun mulai merasa bosan. Lagi pula, jam kerja juga sudah lewat, dan ini waktunya dia pulang.“Mending aku pulang aja, deh. Udah jam tujuh ternyata.” Sanaya lantas beranjak dari kursi, lalu mengambil tas yang ada di meja kerjanya.Namun, sebelum itu dia ingin mencari Dilan terlebih dulu. Sanaya tidak mau pemuda itu merasa khawatir saat tidak menemukannya di sini. Oleh karena itu, lebih baik dia memutuskan untuk berpamitan.Begitu keluar dari ruangan, tempat pertama yang dituju adalah ruangan Dilan yang berada tak jauh dari ruangannya. Akan tetapi, saat Sanaya membuka pintunya, sosok yang dicari tidak sedang berada di tempat.“Mungkin Dilan lagi di depan?” Sanaya bergumam setelah menutup pintu itu lagi. Dia berbalik, hendak mencari Dilan yang biasanya pada jam segini berada di meja kasir. Sanaya lupa, jika Dilan selalu berada di sana pada jam
Read more
Bab 4—Mulai Merasa Nyaman.
Dengan langkah pelan, Dilan dan Sanaya berjalan bersisian menuju ke dalam. Tepat, di saat itu pula, hujan di luar sana semakin deras. Suara petir bahkan terdengar menggelegak bersahut-sahutan.“Tuh ‘kan, saya bilang apa. Hujannya pasti tambah deres,” ucap Sanaya, yang menoleh sekilas ke Dilan. Mereka hampir tiba menuju lorong gedung tersebut, melewati beberapa orang yang keluar masuk.“Iya, Mbak. Aku pikir tadi cuma bentar. Eh, tahunya malah deres. Mana enggak bawa jas hujan lagi.” Dilan membalas perkataan Sanaya sambil terkekeh, menggaruk tengkuknya guna menutupi rasa canggung yang ada. Dia dan Sanaya kini berada di dalam lift hanya berdua.“Kamu juga, harusnya sedia jas hujan, Dilan. Kita ‘kan enggak pernah tahu kapan hujan turun? Ya ... kaya sekarang ini,” timpal Sanaya, lagi-lagi mengingatkan pemuda yang berdiri di sampingnya.Dilan melempar senyum konyol. “Hehe ... iya, Mbak. Suka enggak kepikiran.”Sanaya menanggapinya dengan gelengan kepala. Bisa-bisanya Dilan tidak memikirkan
Read more
Bab 5—Ciuman Pertama Sanaya.
"Mbak Sanaya baik-baik aja 'kan? Atau... Mbak Sanaya sakit?" tanya Dilan pada Sanaya yang masih berada di pelukannya. Sementara Sanaya terhenyak dan mengerjap lambat.Beruntung pemuda itu berinisiatif untuk menyusul Sanaya ke dapur, karena tak sengaja mendengar percakapan. Andai saja dia telat sedikit, pasti Sanaya akan terjatuh di lantai."Kepala saya sakit, Dilan. Saya pusing." Sanaya menjawab lemah, bahkan memilih menaruh kepalanya di dada Dilan dan memejamkan mata.Lalu Sanaya kembali bersuara, "Dilan....""Iya, Mbak.""Boleh saya minta sesuatu?""Apa, Mbak? Mbak Sanaya mau aku ambilin obat atau mau aku anter ke rumah sakit?" Dilan yang merasa khawatir memberondong begitu banyak pertanyaan pada Sanaya yang cuma terkekeh."Bukan, Dilan. Bukan itu," sahut Sanaya yang kembali sendu."Terus apa dong, Mbak?""Tetaplah seperti ini untuk sementara waktu, Dilan. Saya ... merasa tenang berada di pelukan kamu. Saya butuh sandaran malam ini. Saya benar-benar enggak tahu lagi mesti gimana, La
Read more
Bab 6—Mengelak.
Ini enggak bener, Sanaya!Ini salah!Kamu udah punya tunangan.Yang berhak atas kamu adalah Leo, bukan Dilan!Sadar Sanaya! Sadar!Sisi lain dari Sanaya seolah mencoba menyadarkan gadis itu untuk menghentikan semua yang terjadi saat ini. Detik ini, dia dan Dilan masih saling memagut dan memperdalam ciuman mereka.Lalu, tiba-tiba saja bayangan kemarahan Leo berkelebat di ingatan Sanaya, kala tangan Dilan menekan tengkuknya. Sehingga membuat kedua mata Sanaya terbuka lebar, dan dengan cepat mendorong dada Dilan.“Stop! Dilan!” jerit Sanaya, lalu mengusap kasar bibirnya dengan punggung tangan, berharap tak ada jejak bibir Dilan di sana. Dadanya naik turun, berusaha memasok oksigen yang hampir habis.“... ini salah! Ini enggak seharusnya terjadi!” Sanaya menggeleng berkali-kali sambil melangkah mundur, menghindari Dilan yang hendak menyentuhnya.“Mbak.” Dilan maju selangkah, tetapi Sanaya malah semakin menjauh. Pemuda itu berusaha tetap bersikap tenang dan mencoba menjelaskan yang terjadi
Read more
Bab 7— Gara-gara Dilan.
Pagi ini Sanaya mematut penampilannya berulang kali di cermin. Memindai wajahnya yang sedikit berantakan akibat kurang tidur semalaman. “Ini gara-gara Dilan, aku jadi enggak bisa tidur,” gerutunya sambil mengoleskan lipstik berwarna nude pink di bibirnya.Ya, semalaman Sanaya memang tidak bisa tidur lantaran terus terbayang adegan ciumannya dengan Dilan. Alhasil, dia pun baru bisa tidur pukul tiga pagi.Ck!Sebegitu sulitnya dia mencoba mengenyahkan bayangan Dilan. Rasanya sungguh memalukan. Di saat dia meminta Dilan untuk melupakan saja kejadian itu. Justru, dirinya sendiri yang tidak bisa melupakan setiap adegan demi adegan tersebut. Bahkan, rasanya jejak bibir Dilan masih menempel di bibir Sanaya.“Argh...! Ya Tuhan... apa ini?” Perasaannya carut-marut tak menentu gara-gara sikap Dilan yang semakin ke sini malah semakin berani.“Sanaya, kamu pasti bisa lupain ciuman itu. Pasti!”Tak mau semakin larut dalam bayangan Dilan, Sanaya memutuskan untuk segera berangkat setelah memesan tak
Read more
Bab 8—Rencana Yang Gagal.
Sanaya menelan ludah dengan kasar. Kecurigaan Leo membuatnya berdecak dalam hati, sejurus kemudian sebuah alasan yang sekiranya tepat pun meluncur dari bibir Sanaya. “Aku pinjem hapenya si Desi. Tahu ‘kan Desi?” Leo mengangguk, dia mengenal Desi yang bekerja sebagai pelayan di Restoran milik Sanaya. Dia memilih percaya dengan apa yang dikatakan tunangannya dan memutuskan untuk pergi dari sana. “Ya udah, ayo berangkat. Aku anter,” ajak Leo, meraih tangan Sanaya dan menuntunnya masuk ke dalam lift. “I-iya.” Sanaya membuang napas lega setelah berhasil berbohong kepada Leo. Ini kali pertamanya dia berbohong kepada lelaki itu. Dan, rasanya sangat menegangkan. ‘Gara-gara Dilan. Aku jadi bohong sama Leo. Ck!’ b atin Sanaya yang kembali mengingat Dilan. _ Perjalanan menuju Restoran terasa sangat singkat bagi Sanaya, yang sejak masuk ke mobil terus saja melamun. Dia tidak menyadari jika ternyata mobil Leo sudah berhenti di halaman parkir Restoran. “Nay, ayo turun,” ajak Leo, membuat San
Read more
Bab 9—Sama-sama gak bisa tidur.
Leo memicingkan mata ke arah Dilan yang berada di balik pintu. Rahangnya seketika mengeras sambil menggertakkan gigi. Dia pun kembali mengingat masalah kemarin, saat Dilan mengancamnya.Tidak suka melihat kehadiran Dilan di sini, Leo akhirnya memutuskan untuk pergi saja.“Udah siang, mending aku langsung aja, Nay,” pamitnya yang lantas meletakkan cangkir kopi ke meja. Leo mendekati Sanaya, lalu mengecup singkat bibir bungkam itu. “Bay....”Sanaya terkesiap dengan ciuman mendadak yang diberikan Leo. “I-iya. Kamu hati-hati.” Saat mengatakan itu, sudut matanya melirik ke arah Dilan yang ternyata menyaksikan semuanya. Ada rasa malu sekaligus serba salah bersarang di hati Sanaya.Dilan menyingkir sebentar dari pintu karena Leo hendak keluar dari ruangan itu. Keduanya saling melempar tatapan sinis ketika berpas-pasan. Sebelum akhirnya Leo keluar dan melenggang dari hadapan Dilan.Sementara itu, Sanaya masih berdiri di tempatnya, menunggu Dilan masuk. Dan, demi menutupi rasa malu, Sanaya pu
Read more
Bab 10—Dilan Playboy!
Sore ini, Sanaya sengaja meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah sang ayah. Padahal, sejak lima hari yang lalu ayah memintanya untuk datang, dia ingin segera datang. Sayangnya, Sanaya belum bisa menuruti permintaan tersebut lantaran luka tamparan Leo yang masih membekas.Sanaya tidak ingin membuat sang ayah bertanya-tanya dan merasa cemas, apabila melihat bekas luka di sudut bibirnya. Terlebih, dia juga bisa memberikan alasan yang kuat saat ayah menanyakan Leo.Ada bagusnya tunangannya itu pergi ke luar kota, hingga hari ini belum kembali.Sanaya merasa hidupnya bebas tanpa ada tekanan dari siapa pun. Jiwa dan raganya juga butuh waktu dari semua luka yang diberikan lelaki arogan itu. Tetapi, terkadang Sanaya dibuat bertanya-tanya sendiri, perihal Leo yang sama sekali tidak pernah menghubungi dirinya bila sedang ke luar kota seperti sekarang.“Ah, apa peduliku?! Mungkin, dia lagi seneng-seneng.”Sanaya bergumam sendiri sambil menggeleng berkali-kali guna mengenyahkan semua pertanyaa
Read more
DMCA.com Protection Status