Kebangkitan Istri yang Dikhianati

Kebangkitan Istri yang Dikhianati

Oleh:  Poepoe  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
44Bab
8.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kehidupan Mira hancur begitu mengetahui suaminya berselingkuh dengan sahabat lamanya. Setelah bercerai, dia memutuskan untuk menata kehidupannya kembali dengan berkuliah. Lantas, muncullah Aryo senior brondong yang naksir dirinya. Cinta pun bersemi di antara Mira dan Aryo. Namun, tiba-tiba suaminya yang brengsek itu muncul lagi. Hidupnya kembali diuji. Mampukan Mira bertahan?

Lihat lebih banyak
Kebangkitan Istri yang Dikhianati Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Erna Rosmawati
bagus ceritanya tp biasanya lanjutannya suka lama
2022-11-09 10:59:42
1
44 Bab
1 - Notifikasi Email
Ting. Satu notifikasi email muncul di layar HP Mira. Keningnya langsung mengernyit begitu mendapati keterangan booking hotel atas nama suaminya, Bima Maharaja. “Mas Bima nginap di hotel?” Mira berujar dalam hati. “Atau jangan-jangan dia mau mengajak aku sama Kiran menginap di sana? Tapi apa dia enggak baca pesanku yang bilang kalau Kiran tiba-tiba demam?” “Ma…” suara Kiran terdengar parau. Seketika Mira bangkit dari kursi meja rias dan menghampiri putri semata wayangnya itu. Dia menatap Kiran dengan sendu sambil mengusap keningnya. “Iya, Sayang?” “Mama tidur sama Kiran ya? Kiran takut tidur sendirian,” tukas anak berumur empat tahun itu. Mira menyunggingkan senyumnya. Telapak tangannya bisa merasakan panas dari kening Kiran. “Mama pasti temani Kiran kok. Setelah Papa pulang, kita ke dokter ya?” Mira menarik selimut Kiran sampai menutupi dadanya. Kiran mengangguk pelan. Setelah itu, Mira beringsut pelan di samping Kiran. Punggungnya bersandar pada kepala ranjang sambil memperha
Baca selengkapnya
2 - Keteledoran Bima
“Papa, lihat ini!” Kiran mengitari ruang tengah dengan sepeda roda tiganya, sembari satu tangannya melambai ke udara.Bima menengadahkan kepalanya dari layar ponsel. “Hati-hati, Kiran. Nanti kamu jatuh.”Lantas Bima kembali fokus ke ponselnya lagi. ‘Sayang, aku kangen kamu…’ tulis pesan itu. Bima tersenyum tipis membaca pesan dari Vania.‘Aku juga, Sayang.’ balas Bima sambil mengetik dengan cepat.Tidak lama kemudian, Vania mengirimkan foto seksinya yang hanya berbalut pakaian dalam. Dia berpose menggoda di depan cermin.Sontak Bima terkaget. Bagian bawahnya menegang keras.‘Astaga, kamu seksi banget!’ jantung Bima berdebar kencang saat mengetik.Vania hanya membalasnya dengan emotikon senyum. Seolah tidak puas menggoda Bima dengan satu foto, Vania kini mengirimkan fotonya tanpa busana.Bima langsung tercekat saat melihat foto itu.‘Sialan kamu, Sayang! Punyaku jadi mengeras!’ ketik Bima.‘Punyaku juga basah, Sayang. Aku sedang membayangkanmu menyentuh tubuhku.’ goda Vania lagi.‘Jan
Baca selengkapnya
3 - Sahabat Lama
Di akhir pekan berikutnya, Mira dan Bima menitipkan Kiran di rumah Lela sementara mereka pergi ke supermarket untuk belanja bulanan. “Seharusnya, Kiran ikut kita saja,” keluh Bima di balik kemudi. “Mau bagaimana lagi, Ibu bilang dia kangen sama Kiran,” balas Mira sambil memperhatikan jalanan yang padat. “Memangnya kamu enggak suka ya pergi berduaan sama aku aja?” Bima berdecak pelan. “Hah, sudahlah. Jangan mulai drama lagi.” Mira menyandarkan kepala di kepala jok. Sesaat dia memandangi wajah suaminya yang nampak muram. “Bukan maksudku untuk memulai drama, Mas. Tapi kita memang sudah lama enggak pernah pergi kencan,” tukas Mira pelan. Kedua alis Bima bertautan. “Kencan? Kayak Abg saja.” “Tapi kencan itu bagus lho untuk mempererat hubungan kita. Aku rasa kamu mulai enggak perhatian sama aku,” Mira kini tertunduk. “Tuh kan, kamu mulai lagi. Aku itu sibuk kerja untuk menghidupi keluarga kita, Mir. Seharusnya kamu paham itu. Dulu, waktu awal-awal nikah kedua orangtuamu itu meremehk
Baca selengkapnya
4 - Kegundahan Vania
“Jadi, sekarang kamu kerja di mana?” tanya Mira setelah menyeruput minuman bersoda di hadapannya. “Aku kerja di daerah Sudirman sebagai konsultan keuangan,” terang Vania. Dia memperhatikan Mira yang mulai melahap ayam goreng. “Wah, keren banget, Van!” timpal Mira sambil sedikit kepedasan. “Tapi pekerjaanku bikin stres, Mir. Hampir setiap hari aku lembur,” Vania menghela napas panjang. “Aku malah iri sama kamu. Soalnya cita-citaku dulu menjadi wanita karir,” tukas Mira lagi. “Kehidupanmu pasti menyenangkan.” Mendengar hal itu Vania hanya bisa mendesah pelan. “Aku malah pengin menikah dan jadi ibu rumah tangga kayak kamu.” Kedua mata Mira langsung melotot lebar. “Haduh, lebih baik kamu nikmati masa-masa lajangmu deh. Kalau sudah menikah dan punya anak, kamu bakal merindukan kebebasanmu sekarang ini.” “Masa? Tapi aku memang ingin menikah, Mir. Sayangnya, enggak ada pria yang mau melamarku,” Vania mengaduk-aduk minumannya. “Ah, masa cewek secantik kamu enggak ada yang naksir sih?
Baca selengkapnya
5 - Awal Mula
Tiga bulan lalu Bima membenarkan posisi dasinya sambil berusaha mengatur napasnya yang tidak karuan. Jantungnya berdebar kencang dan telapak tangannya basah. Ini semua dikarenakan dia harus menemui klien penting di sebuah restoran yang ada di lantai 46. Berkali-kali Bima berdeham seraya mensugesti dirinya agar tenang. Di tengah ketegangan yang melanda dirinya, tiba-tiba saja pintu lift membuka perlahan. Sudut matanya langsung menangkap sesosok wanita yang kini berdiri di sampingnya. Aroma parfum wanita itu menyerbak ke setiap sudut lift. Kehadiran wanita itu membuat ketegangan Bima sedikit teralihkan. Karena hanya ada mereka berdua di dalam lift, pikiran kotor menyergap benak lelaki itu. Apalagi penampilan wanita itu sangat sensual. Rok hitam di atas lutut yang dikenakan wanita itu memperlihatkan kakinya yang jenjang. Kemeja putihnya juga menerawang sehingga bra hitam wanita itu terlihat jelas. Bima menelan ludahnya dalam-dalam. Pria itu lantas tersontak saat wanita yang dipand
Baca selengkapnya
6 - One Night Stand
“Arg, Sayang!” Vania mengerang seraya mencengkram ujung bantal keras-keras. Semburan kenikmatan itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Wajahnya memerah dan napasnya tersengal-sengal. Di atasnya, Vania mendapati tubuh kekar Bima yang menjulang. “Aku mau keluar,” Bima berucap sambil terus menghentakkan tubuhnya. Lantas Vania merangkul leher pria itu. “Keluarin, Sayang. Di dalam juga enggak apa-apa.” “Kamu serius?” Vania mengangguk pelan. Tidak lama setelah itu, Vania bisa merasakan semburan hangat di bawah sana. Sesaat kemudian Bima menghempaskan tubuhnya di samping sahabat lama istrinya itu. Vania memalingkan wajahnya, menatap Bima yang kelelahan. Telapak tangannya meraba rahang pria itu dengan lembut. “Bima, kamu luar biasa,” Vania menyunggingkan senyumannya. Wanita itu lalu beringsut pelan dan mengecup bibir tebal Bima. Bima hanya membalasnya dengan senyuman tipis. “Sudah lama aku enggak bergairah seperti ini.” Sementara itu, jendela kamar hotel mereka diterjang rintik hujan yang
Baca selengkapnya
7 - Kembalinya Bima
Kedua mata Bima terpana menatap liukan pinggul Vania. Goyangannya membuat Bima terasa seperti mengawang. Ditambah desahan menggoda wanita itu yang menusuk gendang telinganya. Debaran jantung Bima pun berdetak hebat.Begitu bibir Vania mengecup lehernya, Bima tidak tahan lagi untuk mengerang keras.Lantas, kedua matanya membuka lebar. Kini dia dihadapkan pada langit-langit kamarnya yang gelap. Bima menghela napas panjang dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.“Sial! Kenapa aku jadi memikirkan Vania,” keluhnya dalam hati. Sesi bercinta mereka semalam memang susah untuk dihempaskan dari pikiran Bima.Lalu Bima berpaling ke sisinya. Dilihatnya Mira yang terlelap. Dia menyadari istrinya itu mengenakan baju tidur bertali dari bahan satin yang memperlihatkan lekuk tubuh Mira yang besar. Namun, dia tidak bernafsu menyentuh istrinya itu. Dia hanya ingin Vania.Bima mengusap wajahnya keras-keras. Lantas, dia membenamkan kepalanya di balik bantal berharap kantuk kembali menyerang sehing
Baca selengkapnya
8 - Menyentuh Mira
Kembali ke masa sekarangDi sepanjang perjalanan pulang, saran Vania agar Bima menyentuh istrinya itu terus menggantung di kepalanya.“Haruskah sekali-kali aku menyentuh Mira?” pikir Bima dalam hati dengan gundah.Begitu sampai di rumah, Bima mendapati istrinya yang sibuk bermain dengan Kiran. Daster yang lusuh membalut tubuh besar Mira dan nampak rambutnya mencuat kesana-kemari.“Papa!” Kiran langsung bangkit dan memeluk Bima yang berada di ambang pintu.Bima kemudian memasang senyum lebarnya untuk putri kesayangannya itu.“Anakku yang cantik,” Bima langsung menciumi Kiran dengan penuh kasih. “Mir, biar aku yang menemani Kiran main. Kamu mandi sana dan dandan yang cantik.”Kening Mira langsung mengernyit. “Apa maksudmu, Mas?”“Aku tahu pasti kamu belum mandi dari tadi sore kan? Jangan-jangan kamu juga belum makan malam,” tukasnya sambil menurunkan Kiran di karpet ruang tengah dan mulai menemaninya menyusun balok lego.“Aku sudah makan kok. Sebaiknya, kamu saja yang mandi dan makan ma
Baca selengkapnya
9 - Partner Kerja Baru Bima
Pagi ini, direktur PT. Bangun Karya–perusahaan tempat Bima bekerja–mengumumkan sebuah projek besar.“Projek rumah sakit ini akan menjadi rumah sakit terbesar di asia tenggara,” imbuh direktur dengan mata berbinar. “Dan kamu, Bima, sebagai manajer keuangan, kamu akan bertanggung jawab penuh terhadap pengalokasian anggaran tender.”Bima menahan napas dalam-dalam dan mengangguk pelan. “Kita harus bisa memenangkan tender ini,” ucap direktur dengan tegas yang dibarengi dengan anggukan dari anak buahnya yang duduk melingkar di ruang meeting.Setelah rapat selesai, Bima kembali ke ruangannya. Jantungnya berdegup keras. Dia belum pernah menangani proyek sebesar ini. Apalagi ini termasuk proyek prestisius. Otaknya mulai berpik
Baca selengkapnya
10 - Acara Kantor yang Menyesakkan Hati
Mira menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Gaun hitam selutut membalut tubuhnya yang besar. Untungnya dia membeli gaun itu dengan ukuran ekstra sehingga lemak di tubuhnya itu lumayan tersamarkan.Sore tadi Mira menyempatkan diri ke salon. Dia merias wajahnya agar terlihat cantik. Rambut sebahunya pun di blow sehingga sedikit bervolume.Mira menyunggingkan senyumannya di depan cermin. Entah kenapa jantungnya berpacu kencang. Dia membayangkan dirinya berada di tengah-tengah acara kantor suaminya itu.Seketika perkataan Bima tempo lalu mengiang di telinganya. Hal itu sontak membuat kepercayaan dirinya kembali pudar.Mira lantas menarik napas dalam-dalam. Kedua tangannya mengepal erat.“Aku cantik kok. Dan aku ban
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status