Menantuku Selalu Diam Di Kamar

Menantuku Selalu Diam Di Kamar

Oleh:  empat2887  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
66Bab
11.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Cerita ini mengisahkan tentang seorang mertua yang bernama Reni, yang selalu dianggap babu oleh menantunya yang bernama Wati. Ia bahkan selalu dibuat kesel terus sama menantunya ini, sebab setiap kali Bu Reni sibuk, Wati malah enak-enakan berdiam diri di dalam kamar. Ia hanya keluar kamar ketika ia lapar dan hanya untuk pergi ke kamar mandi. Sedangkan piring kotor, serta pakaian bekas pake dia dan suaminya hanya dibiarkan begitu saja tanpa mau dibersihkan. Wati juga tidak segan memerintahkan mertuanya untuk mengerjakan semuanya. Ia selalu membangkang jika dinasehatin, serta sipatnya berubah menjadi seperti monster. Lama kelamaan Bu Reni pun kesal dengan kebiasaan menantunya ini, bagaimana kelanjutan kisah Bu Reni dan Wati? Kalau penasaran ikuti terus ya ceritanya, dengan cara subscribe dan follow akunku empat2887, terima kasih.

Lihat lebih banyak
Menantuku Selalu Diam Di Kamar Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
empat2887
Yuk, Baca ya, bikin gemes!
2023-05-25 20:59:21
0
66 Bab
Bab 1
"Roni, kok Ibu perhatikan semenjak kalian menikah dan tinggal di sini, istrimu selalu saja diam di dalam kamar. Apa dia tidak suntuk seharian diam di kamar, keluar kalau hanya untuk ke kamar mandi dan juga makan. Piring kotor dan pakaian kotor bekas pakenya pun tidak pernah mau mencucinya. Ibu juga tidak pernah melihat dia mencuci pakaian kamu, apalagi berinisiatif membantu Ibu membereskan rumah dan juga memasak. Memangnya kenapa sih si Wati itu? Apa dia tidak suka dengan Ibu," tanyaku kepada anak pertamaku, yang sudah satu bulan ini menjadi kepala keluarga dan tinggal di rumahku."Ibu jangan berpikir yang tidak-tidak tentang istriku, ia hanya belum terbiasa dengan keadaan rumah tangga ini. Asal Ibu tau, kalau Wati ini dimanja orang tuanya, makanya ia tidak terbiasa dengan pekerjaan seperti itu. Selama bersama orang tuanya, Wati itu tidak pernah mencuci, apalagi mengejakan pekerjaan rumah. Makanya kerjakan saja semuanya sama Ibu, nanti juga kalau sudah terbiasa pasti Wati mau bantu-ba
Baca selengkapnya
Bab 2
Wajah Wati terlihat memerah, sepertinya ia marah dan tidak suka dengan apa yang diucapkan oleh Reno adik iparnya tersebut. "Maaf ya, Mbak Wati, aku menyarankan kalian pindah dari rumah Ibu ini, bukan karena aku ingin menguasai rumah ini seorang diri. Tapi karena aku merasa kasihan kepada Ibuku, yang selalu diperlakukan seperti babu oleh Mbak dan juga Mas Roni. Aku tidak terima, jika Ibuku yang sudah tua ini selalu kecapean karena harus mencuci dan memasak untuk kalian. Sedangkan Mbak yang menjadi menatu di rumah ini malah enak-enakan, serta selalu berdiam diri di kamar. Mbak tidak pernah mau membantu pekerjaan Ibu, taunya hanya makan dan menyimpan cucian kotor. Rasanya sudah cukup ya, Mbak, Ibuku melayani kalian. Jika memang Mbak tidak mau berubah, maka lebih baik tinggalkan rumah ini. Apalagi sekarang kalian sudah berumah tangga, sudah seharusnya kalian berdua belajar mandiri. Aku saja yang belum punya istri mau meladeni keperluanku sendiri, aku tidak pernah ya, membiarkan pakaian a
Baca selengkapnya
Bab 3
"Kalau Ibu mau menerima saran dariku, lebih baik Ibu jangan pernah lagi memasak dan mencucikan pakaian atau perabotan kotor bekas makan dan minum mereka. Biar mereka berpikir sendiri, bagaimana seharusnya orang yang sudah berkeluarga. Biar mereka tau, kalau Ibu bukanlah pembantu gratisan di rumah ini," ungkap Reno memberi saran.Ia berkata dengan setengah berbisik, seolah takut didengar oleh Wati dan juga Roni."Reno, apa Ibu memang harus mekakukan ini? Nanti Kakakmu malah akan bertambah marah sama Ibu, jika Ibu seperti itu," ujarku merasa ragu."Bu, memangnya Ibu mau sampai kapan diperlakukan seperti pemantu oleh mereka? Ingat ya, Bu, Mas Roni dan Mbak Wati tidak akan pernah mikir, kalau Ibu tidak bersikap tegas terhadap mereka. Anggap saja ini sebagai dasar untuk belajar mandiri, sebab yang namanya sudah berumah tangga harus siap dengan segala sesuatunya. Kalau mereka dibantu terus, bagaimana mereka bisa bertanggung jawab dengan kehidupan mereka kedepannya, belum lagi jika nanti mer
Baca selengkapnya
Bab 4
"Wati, kok kamu ngomongnya begitu sih? Memangnya kapan kamu memberikan uang belanja untuk Ibu? Kamu jangan suka berbohong, ya Wati. Kalau memang kamu mau mendapat pembelaan dari Roni boleh saja, tapi jangan sepert ini caranya. Kamu jangan pernah membuat Roni menjadi anak durhaka, yang selalu melawan terhadap Ibunya." Aku tidak terima saat Wati mengatakan, kalau aku selalu diberi uang belanja olehnya. Padahal kapan ia memberikan uang belanja padaku? Perkataanya ini seakan mau mengadukan aku dengan anakku sendiri. "Bu, Ibu ini sebenarnya maunya apa sih? Ibu kok sepertinya mau membuat hubungan aku dan juga Wati hancur ya? Ibu kayaknya tidak suka banget, kalau melihat aku dan Wati bahagia. Bahkan sekarang menuduh istriku tidak pernah memberikan uang belanja untuk Ibu. Maksudnya apa, Bu," tanya Roni dengan menatap nyalang kepadaku, tatapannya seperti Elang yang akan memangsa targetnya. "Bukan begitu, Roni, hanya saja Ibu memang tidak pernah menerima sepeserpun uang dari kamu maupun Wati
Baca selengkapnya
Bab 5
"Iya, kami berdua memang tidak akan bisa melawan kamu, Mbak karena kamu memang ratunya de-mit. Tapi Mbak nggak perlu khawatir, sebab kalau untuk masalah perut aku dan Ibu, aku pasti akan berusaha supaya kami tidak kelaparan. Walaupun sekarang aku kerja dengan gaji kecil, tapi jika doa Ibu menyertaiku, aku yakin kok semuanya pasti akan berkah," sahut Reno.Aku merasa bahagia mendengar ucapan anak bungsuku, ternyata ia begitu peduli terhadap Ibunya. Reno juga seorang anak yang berbakti dan selalu mendambakan doa seorang Ibu, sehingga ia selalu menomersatukan perasaanku. Aku merasa senang sebab anakku yang satu ini, tidak mempunyai sifat yang sama dengan Kakaknya.Selain Reno pandai membuat hatiku bahagia, ia juga pintar untuk mengatai orang. Ia sampai mengatakan, kalau Wati seorang ratu de-mit. Selain itu Reno juga pintar sekali membuat orang naik pitam, bahkan sekarang ia berhasil membuat wajah Wati berubah seketika. "Reno, jaga bicara kamu ya! Aku ini bukan ratu de-mit tau, kalau kam
Baca selengkapnya
Bab 6
"Wati, ada apa lagi kamu teriak-teriak begini? Ibu baru saja mau beristirahat, Wati, badan Ibu capek dan pada sakit," kataku.Aku terpaksa keluar dari kamar karena mendengar teriakan Wati yang begitu memekakan telinga."Ada apa ada apa, sok nggak merasa bersalah banget sih jadi orang? Bu, kenapa Ibu tidak mencuci pakaian aku dan juga Mas Roni? Aku kan jijik, Bu, kalau melihat pakaian kotor numpuk di kamar mandi. Itu juga cucian piring, kenapa masih ngejogrog aja di tempatnya? Kenapa tidak Ibu cucikan seperti biasanya sih? Pokoknya aku tidak mau tau ya, sekarang juga Ibu harus mencucikan baju aku dan juga bajunya Mas Roni sampai bersih. Jangan lupa cucikan juga itu piring kotor, ya Bu. Aku nggak mau, kalau Mas Roni datang dan melihat semuanya masih pada kotor," perintah Wati seenaknya."Wati, kok kamu makin ke sini makin kurang ajar ya sama Ibu. Aku ini orang tua suami kamu, mertua kamu, tapi kenapa kamu berani sekali main merintah-merintah aku, sudah seperti memberi perintah kepada
Baca selengkapnya
Bab 7
Memang benar-benar kurang ajar si Wati itu, tidak ada sopan santunnya sama sekali kepadaku. Mana pantas selama ini ia memperlakukan aku seperti itu, sebab aku ini dianggap pembantu olehnya."Oh, jadi karena kedudukan aku dan Ibumu berbeda, sehingga kamu tidak pernah mau menghormati Ibu. Begitukan Wati?""Tepat sekali, Bu, memang karena itulah aku tidak menganggap Ibu sebagai mertuaku, apalagi mau disamakan seperti orang tuaku. Sadar diri dong, Bu! Memangnya Ibu punya apa, hingga mau disamakan derajatnya dengan orang tuaku? Kalian berdua itu jelas-jelas berbeda dan sampai kapanpun aku tidak akan mau menggirmati Ibu. Jangankan aku yang orang lain, Mas Roni yang anak Ibu saja menganggap Ibu sebagai pembantu kan? Buktinya selama ini ia selalu membiarkan Ibu yang mencucikan pakaian dan perabotan kotor bekas kami. Bahkan ia membiarkan saja, dalaman bekas kami bercinta dibersihkan oleh Ibu. Makanya, Bu, jangan menyuruh aku untuk menghormati Ibu. Sedangkan anak Ibu sendiri tidak menghormat
Baca selengkapnya
Bab 8
Memang benar apa yang dikatakan oleh Wati, kalau aku tidak mempunyai bukti atas perlakuan kasar Wati terhadapku barusan. Jadi mana mungkin Roni mau percaya kepadaku, yang ada aku yang akan diomeli olehnya. Andai saja aku mempunyai handphone, pasti akan aku vidiokan semua kejadian barusan. Atau di rumah ini ada CCTV di rumah ini, sudah pasti aku mempunyai bukti akurat tentang kekerasan yang Wati lakukan padaku."Kamu jah-at, Wati, kamu memang menantu dur-haka," sungutku.Aku merasa sakit hati diperlakukan kasar oleh istri anakku sendiri, andai saja dulu Roni mau mendengar perkataanku, mungkin semuanya tidak akan seperti sekarang. Tapi kini nasi telah menjadi bubur, Roni telah menikahi Wati walaupun tanpa persetujuanku. "Iya, Bu, aku ini memang ja-hat, makanya Ibu jangan macam-macam sama aku. Aku juga tidak peduli ya, Bu, walau dicap menantu dur-haka oleh mertua seperti Ibu. Lagian ya, semua ini salah Ibu. Coba saja Ibu tidak berulah dan ikut campur dengan kebiasaanku, mungkin aku j
Baca selengkapnya
Bab 9
Lagi dan lagi Wati mengancamku, hingga membuat aku tidak berdaya. Tapi walau dalam keadaan yang tidak berdaya, aku tetap akan berusaha mencari bukti tentang kesalahannya. Bahkan kini aku merasa, kalau Wati itu seorang psi-kopat. Karena ciri-cirinya juga begitu banyak, contohnya saja saat ini. Wati akan berubah kasar dan tidak segan melukaiku, jika tujuannya tidak tercapai."Wati, Ibu mau nanya deh sama kamu, kata Roni suka memberi uang belanja untuk Ibu dan katanya selalu dititipkan sama kamu. Boleh kan kalau sekarang Ibu minta untuk membeli apa yang kamu mau," tanyaku walau dengan hati ragu."Apa maksud perkataan, Ibu? Ibu mau meminta uang, yang Mas Roni titipkan kepadaku? Ya tidak bisalah, Bu, orang uangnya juga sudah habis, sebab aku telah membelanjakan uangnya untuk membeli peralatan make up dan juga nyalon. Karena aku pikir daripada uangnya aku kasih kepada Ibu, lebih baik aku belanjakan saja untuk keperluanku. Lumayan kan untuk menambah uang bulanan dari Mas Roni, yang memang
Baca selengkapnya
Bab 10
"Aku tahu, ya dari menantu Ibu sendiri lah, Bu Reni. Karena Wati itu kan punya media sosial, banyak kok warga kita yang berteman dengannya. Asal Bu Reni tau ya, hampir setiap hari ia mengeluh tentang kedzoliman Ibu terhadap dia. Makanya tadi aku langsung curiga, saat mendengar keributan di dalam rumah. Tapi Ibu benar kan tidak berbuat macam-macam terhadap Wati," tanya Bu Sari lagi.Sepertinya ia benar-benar curiga, serta tidak percaya terhadap perkataanku, yang bilang tidak ada apa-apa. Rupanya Wati dengan sengaja membuat citraku jelek, hingfa membuat aku dicurigai oleh tetanggaku sekarang. Rupanya aku telah kecolongan, sebab ternyata menantuku telah menyebarkan fitnah untukku melalui media sosial. Hingga aku tidak menyadarinya, kalau aku saat ini sedang menjadi trending tofik di kampungku sendiri."Ya ampun, Bu, demi Allah aku sama sekali tidak pernah melakukan seperti apa yang dituduhkan Ibu atau orang-orang, Bu. Ini pasti ada kesalah pahaman deh,""Kesalah pahaman apa maksud Ibu?
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status