OTW jadi Nyonya BOSS!

OTW jadi Nyonya BOSS!

Oleh:  Alvin Subeki  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
12 Peringkat
78Bab
60.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sejak kematian sang ayah, Audrey dan ibunya memutuskan untuk pindah dari New York ke Jakarta. Mengandalkan kecerdasannya, mahasiswi berprestasi ini berhasil mendapat banyak tawaran untuk menjadi guru les privat para nona muda keluarga kaya ibukota. Karena pekerjaan paruh waktunya ini, tanpa disadari Audrey perlahan masuk ke kehidupan kalangan kelas atas negeri ini, mencicipi asam manis kehidupan para konglomerat Indonesia. Bahkan, dia mulai dekat dengan salah satu pria dari kalangan tersebut, Gibran Maharsa Adinata. Pria tampan dengan aset triliunan rupiah itu merupakan CEO Adinata Group. Kedekatan mereka membuat Audrey mendapat julukan OTW jadi Nyonya Boss! Sayangnya, Audrey perlahan menemukan Gibran penuh rahasia, terutama tentang cinta di masa lalunya. Apakah hubungan Audrey dan Gibran akan berlanjut ke tahap serius? Atau, julukan Nyonya Boss hanya akan jadi mimpi di hidup Audrey?

Lihat lebih banyak
OTW jadi Nyonya BOSS! Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Hary
novel bagus
2023-01-23 00:43:38
2
user avatar
Alvin Subeki
Terima kasih untuk semua vote, rate, dan komentarnya untuk OTW Ny. BOSS! Kita jumpa lagi di cerita kedua “Dendam Salah Alamat”. Cerita tentang kisah kasih Gea, keponakan kesayangan Gibran dan Audrey yang sedikit gesrek namun menggemaskan.
2022-12-23 12:55:02
2
user avatar
MomsAmel Ayya
mantap kak lanjutttt
2022-12-03 17:10:11
2
default avatar
imam arifin
alurnya ok. semoga sampai akhir tetap ok
2022-11-24 12:26:31
2
default avatar
Debby Cynthia
Lanjut thor! Gas poll!
2022-11-24 12:14:50
2
user avatar
Marina
ceritanya bagus kak
2022-11-11 08:02:34
2
user avatar
Alvin Subeki
Terima kasih untuk vote dan rate yang diberikan ...️ semoga cerita Audrey Gibran dan Clara bisa menghibur ...
2022-11-10 06:10:42
4
user avatar
Mblee Duos
Semangat kak, suka sama alur ceritanya...... saling support juga yuk kak buat aku yang baru belajar, di critaaku MAMA MUDA VS MAS POLISI. Terimakasih kak......
2022-11-09 19:32:50
2
user avatar
Aprilia Dwikurnia
suka banget, keren ...
2022-11-05 10:22:28
2
user avatar
Aprilia Dwikurnia
Gea kocak banget
2022-11-02 12:28:12
3
user avatar
Mblee Duos
Hadir kak. Semangat terus nulisnya ya kak! kak saling support juga yuk, di cerita aku MAMA MUDA VS MAS POLISI. Terimakasih......
2022-10-29 07:20:22
2
default avatar
Renatha
Keren ceritanya… lanjut terus thor......
2022-11-09 14:25:28
2
78 Bab
Om Tampan
“Kak Audrey, ini nilai ujian matematikaku,” terdengar suara Gea, salah satu murid les privatku. Dengan bangga gadis 12 tahun itu menunjukkan nilai matematika yang dia dapat. “Good job, Ge!" pujiku seraya mengacungkan kedua jempolku. Melihatku memuji Gea, Luna juga tidak mau kalah dari sang kakak. Dia segera menunjukkan score B+ yang dia dapat. “Well done, Luna!” pujiku seraya mengusap puncak kepala gadis 7 tahun itu dengan lembut. Gadis itupun membalas dengan sebuah pelukan hangat. Sudah dua tahun terakhir aku menjadi guru les privat dua nona muda keluarga Adinata, Gea dan Luna. Sepulang kuliah, aku selalu menuju rumah mewah keluarga Adinata untuk mengajar mereka berdua. "Terima kasih sudah membantu cucu-cucu Oma belajar, Audrey. Oma sangat puas dengan nilai mereka semester ini," ucap Oma Elma. Akhir pekan ini, Oma Elma berencana mengajakku ke butik langganannya. Dia memintaku memilih pakaian manapun yang aku suka sebagai bonus karena sukses mengajar Gea dan Luna. Akupun menolak
Baca selengkapnya
Penawaran
Aku pura-pura tidak mendengar ocehan Gea. Aku memilih fokus membereskan semua buku yang sudah kami gunakan pada sesi belajar hari ini. Namun sepertinya Gea masih belum puas menggodaku. Beberapa kali dia masih saja membuat pipiku kembali merona. "Jangan lupa minggu depan Kak Audrey harus datang ke pesta ulang tahunku!" tiba-tiba terdengar suara Luna yang berjalan ke arahku bersama sang mama. Akupun mengangguk menyanggupi permintaan gadis ompong yang terlihat menggemaskan itu. "Kamu pasti cantik deh pakai dress peach ini," timpal Bu Livy seraya memberikan sebuah paper bag berisi sebuah dress cantik padaku. "Semoga Kamu suka ya, Audrey," imbuh Bu Livy. "Pasti sukalah, Ma. Apalagi Om Tampan yang memilih dressnya," gumam Gea. "Om Tampan?" beo Bu Livy. Wanita 38 tahun itu tampak mengerjab beberapa kali, berusaha memahami ocehan anak sulungnya. "Ih, Mama gitu aja gak paham sih," gerutu Gea. "Dress itu pilihan Om Gibran 'kan Ma? Om Gibran itu Om Tampannya Kak Audrey!" lanjutnya. "Om Tamp
Baca selengkapnya
Terkilir
Akupun sibuk dengan pikiranku sendiri. Menerka-nerka siapa kiranya teman Pak Gibran yang akan aku bantu mengerjakan skripsinya itu. Sampai-sampai aku lupa kalau sedari tadi Pak Gibran menunggu jawabanku."Audrey?" Suara baritonnya menyadarkanku. "Kenapa Kamu diam saja? Apa terlalu sedikit nominal yang Saya ajukan?" tanya Pak Gibran sambil menatap mataku lekat.Belum juga aku menjawab pertanyaan Pak Gibran, eh ... pria tampan itu sudah kembali memberi penawaran. "Baiklah. 100 juta di awal dan 100 juta di akhir. Jadi total 200 juta. Bagaimana?""APA? Du-dua ratus juta?" pekikku.Astaga! Penawaran 100 juta saja aku terperanga, apalagi penawaran 200 juta! Tentu saja aku tidak keberatan. Siapa yang bisa menolak 200 juta hanya untuk membantu mengerjakan satu skripsi! Sontak jiwa matreku meronta-ronta. Bola mataku yang berwarna coklat mungkin saat ini sudah berubah warna menjadi hijau.Ya Tuhan, 200 juta tentu bisa aku pakai untuk membangun kedai Alina Gump seperti yang diinginkan mama selam
Baca selengkapnya
Menggendongku
Pak Gibran kekeh tidak mau melepaskan pelukannya. Dia beralibi kakiku sedang cidera sehingga dia tidak tega melepas lengannya yang melingkar di pinggangku. Dia takut nanti aku terjatuh lagi. Lebay banget 'kan dia?"Bapak ... ih!" protesku dengan nada manja. "Jangan berlebihan deh, Pak! Saya 'kan cuma terpleset!" imbuhku."Terpleset?" Oma Elma, Gea, Luna, dan Kak Dina sontak kompak membeo.Oma Elma segera mendekat ke arahku. "Apa ada yang sakit, Audrey?" Oma Elma tampak khawatir. Aku menggelengkan kepalaku. Walau sejujurnya pergelangan kakiku memang terasa sangat nyeri, namun aku tidak mau membuat drama di depan mereka.Dengan lembut kulepaskan lengan Pak Gibran di pinggangku. Kemudian perlahan aku berusaha kembali melangkahkan kakiku. Namun baru di langkah pertama, aku sudah mengibarkan bendera putih. Pergelangan kakiku terasa sangat nyeri ketika digerakkan. Akupun meringis kesakitan menahan rasa nyeri itu."Aku rasa kakimu terkilir," lirih Pak Gibran yang tiba-tiba berlutut di hadap
Baca selengkapnya
Ice cream
Selama perjalanan pulang, kami lebih banyak dalam mode diam. Pak Gibran tampak fokus menyetir, sedangkan aku masih berkutat dengan pikiranku sendiri.Aku belum bisa sepenuhnya move on dari kelakuan manis Pak Gibran malam ini. Bagaimana bisa dia tanpa ragu menggendongku di depan anggota keluarganya dan para pelayan di rumah keluarga Adinata? Belum lagi ketika Pak Gibran membisikkan kalimat, "Jangankan hanya menggendongmu, menciummu di depan keluarga besar Adinatapun, Saya juga tidak masalah."Ya ampun, Hati jangan jumpalitan terus dong digombalin Om Tampan! Jantung juga yang santai dong berdetaknya!"Apa Kamu yakin tidak perlu ke rumah sakit untuk memastikan kondisi pergelangan kakimu?" terdengar suara bariton Pak Gibran memecah keheningan diantara kami."Tidak perlu, Pak. Besok pasti sudah membaik," jawabku seraya senyum malu-malu layaknya anak SMA yang baru jatuh cinta.Tak lama berselang, mobil Pak Gibran menepi di depan sebuah minimarket. Dia memintaku menunggu di mobil, sedangkan
Baca selengkapnya
Keberatan
Perlahan mataku mulai terasa berat. Satu detik, sepuluh detik, seratus detik, dan akhirnya akupun terlelap di tengah gelapnya suasana malam di mobil dengan ditemani musik yang diputar Pak Gibran. Hingga tak terasa Kami sudah berada di depan rumahku."Audrey, Kita sudah sampai," terdengar suara Pak Gibran membangunkanku.Akupun terbangun. Menoleh ke kanan, ke kiri, ke depan, dan ke belakang. Lah? Ini ternyata beneran rumahku. Tapi darimana Pak Gibran tau alamat rumahku? Sepanjang jalan rasanya aku tertidur pulas, deh. Pak Gibran bahkan tidak membangunkanku sama sekali."Ti-tidak usah, Pak" tolakku ketika Pak Gibran hendak membantuku turun dari mobil. Namun sudah bisa diduga, baru saja aku menapakkan kaki di aspal, nyeri di pergelangan kaki kiriku sudah sangat menyiksaku. Akupun merintih kesakitan."Mangkanya jangan keras kepala!" ketus Pak Gibran yang tanpa basa-basi segera meletakkan salah satu tangannya di bawah kedua lututku dan satu lagi di belakang punggungku. Dengan santainya dia
Baca selengkapnya
Pamit
Melihatku hanya terdiam, Pak Gibran mengulangi pertanyaannya lagi, "Apa ada yang keberatan karena Saya mengantarmu pulang malam ini?"Belum sempat aku menjawab, mama sudah lebih dulu muncul dari balik pintu. Mama mempersilahkan Pak Gibran untuk menikmati kopi dan lemon cake yang disajikan. Tak lama mama kembali pamit meninggalkanku dan Pak Gibran berdua saja di teras depan."Bapak tidak apa-apa minum kopi semalam ini?" timpalku seraya melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 22.00 WIB. Pria tampan itu tampak menikmati secangkir kopi buatan mama tanpa ada kekhawatiran sedikitpun. Padahal ini sudah menjelang tengah malam. Apa toleransinya terhadap kafein sangat baik? "Tidak apa-apa, setelah ini Saya memang akan lembur mengerjakan beberapa dokumen perusahaan," jawab Pak Gibran. Wah, benar-benar pekerja keras! Tidak heran jika CEO Tampan ini mampu membawa Adinata Group semakin berkibar. Gurita bisnisnya juga semakin melebar ke banyak sektor."This tastes great!" puji Pak Gibran terha
Baca selengkapnya
Undangan Makan Malam
Melihat tingkah manis Pak Gibran padaku, mama terus saja tersenyum lebar. Menatap kami berdua dengan pandangan penuh damba, seperti sedang menonton sepasang kekasih yang sedang melakukan adegan romantis.Mama menyetujui ide Pak Gibran tentang aku yang sebaiknya tidak masuk kuliah besok. Mama juga amat sangat setuju dengan gagasan tentang Pak Gibran yang akan menjemputku besok. RALAT! Bukan lagi amat sangat setuju, tetapi amat sangat bersemangat untuk gagasan terkahir itu. Bahkan mama sok ngide untuk mengundang Pak Gibran makan malam bersama kami besok."Ma, Pak Gibran itu orang yang super sibuk. Gak bisa Kita undang Pak Gibran makan malam bersama mendadak seperti itu. Lebih baik Kita membuatkan cake kesukaan Pak Gibran. Tidak perlu mengundang beliau makan malam. Lagipula siapa Kita sampai berani mengundang seorang Gibran Maharsa Adinata untuk makan malam di rumah Kita? Pak Gibran itu CEO perusahan besar, Ma! Jadwalnya pasti padat merayap. Kita gak bisa asal mengundang Pak Gib---," bel
Baca selengkapnya
Dress Berwarna Navy
Matahari sudah mulai terik, tapi aku masih saja bergelut dengan bantal dan selimutku. Sesuai titah mama dan Pak Gibran, hari ini aku tidak masuk kuliah. Akupun menikmati aktivitas hibernasiku di atas kasur seraya sayup-sayup mendengar penuturan mama tentang kehebatan Mpok Tima, tukang pijat langganannya.Awalnya aku menolak ide mama untuk menggunakan jasa Mpok Tima. Aku takut pergelangan kakiku semakin nyeri jika tidak berkonsultasi ke dokter terlebih dulu sebelum sesi terapi pijat tradisional dengan tukang pijat hits di area sekitar rumah kami ini. Namun mama tetap bersikeras memintaku untuk mengizinkan Mpok Tima menjalankan misi mulianya, menyembuhkan kakiku yang terkilir. Menurutnya kasus terkilir seperti kakiku ini makanan sehari-hari Mpok Tima. Jadi aku tidak perlu khawatir untuk hasilnya."Ayo, sekarang makan dulu! Sebentar lagi Mpok Tima datang," titah mama seraya menyodorkan sesendok nasi goreng padaku. Akupun segera duduk dan bersandar di kepala ranjang. Mengambil sendok dan
Baca selengkapnya
Video Call
Aku, Shabina, dan Mentari memang sudah bersahabat semenjak kami di duduk bangku SD. Kami berada di sekolah yang sama sejak SD, SMP, hingga SMA. Kami merupakan murid di salah satu group sekolah internasional elit di Jakarta. Shabina dan Mentari berasal dari keluarga kelas atas negeri ini. Jadi wajar mereka bisa sekolah di group sekolah dengan SPP bulanan mencapai belasan juta rupiah itu. Namun keduanya tidak pernah mengucilkanku yang hanya anak seorang pegawai di sekolah elit tersebut. Shabina berasal dari keluarga dengan latar belakang dokter. Sang papa adalah dokter spesialis Obgyn dan sang mama adalah seorang dokter gigi spesialis Gigi Anak. Kakak perempuannya adalah seorang dokter spesialis mata yang menikah dengan seorang dokter spesialis bedah saraf. Keluarganya memiliki beberapa rumah sakit yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Sedangkan Mentari, dia berasal dari keluarga pengusaha. Keluarganya adalah pemilik beberapa Mall besar di Jakarta dan Bali. Saat i
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status