TETANGGA BARU

TETANGGA BARU

By:  Sity Mariah  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
48Chapters
8.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Bagaimana jadinya? Jika seseorang yang menjadi tetangga baru di tempat tinggalmu. Membawamu pada sebuah kenyataan yang tak pernah kamu bayangkan sebelumnya?

View More
TETANGGA BARU Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Nv Afifah
ceritanya bagus ihh.. seru..
2023-02-21 20:35:28
1
48 Chapters
Bab.1
TETANGGA BARU (1)****Kusimpan sisir di atas meja rias, setelah selesai merapikan rambut panjangku. Lantas kulirik benda pipih yang juga tergeletak di atas meja ini. Kuraih dan kuusap layarnya. Ternyata masih sama. Masih tidak ada pesan balasan dari suamiku.Ini sudah masuk hari ke lima, suamiku di luar kota. Mengontrol proyek pembangunan cabang toserba milik kami. Biasanya, dia tidak pernah mengabaikan pesanku. Sesibuk apa pun dirinya. Dia pasti selalu menyempatkan untuk memberitahuku keadaannya. Makanya aku sangat khawatir pagi ini. Karena tidak mendapatkan kabar darinya.Seharian kemarin aku sibuk di toko pusat. Tidak sempat memegang ponsel. Dan malam harinya, saat aku sudah ada waktu. Berbalik nomor suamiku yang tidak bisa dihubungi.Kuhembus napas kasar. Mengurai rasa kecewa karena suamiku tak kunjung memberi kabar.Lekas aku beranjak dari meja rias. Keluar dari kamarku dan menuruni anak tangga. Hingga tiba di lantai bawah. Aku pun bergegas ke dapur. Lekas membuat bubur kacang h
Read more
Bab.2
TETANGGA BARU (2)*****"Uhukk uhukk!" Mas Adrian kembali terbatuk. Sepertinya dia tersedak. Wajahnya sampai kemerahan. Cepat kutuangkan air putih dan memberikan padanya.Mas Adrian meneguk habis air putih yang kuberikan. Dia mengusap-usap tenggorokannya. Lalu berdeham beberapa kali."Hati-hati makannya, Mas." Mas Adrian tak menyahut. Dia nampak mengangguk kemudian melanjutkan menyuap sisa bubur kacang dalam mangkuk hingga akhirnya habis."Dek, Mas ke kamar mandi dulu. Mas dari tadi nungguin kamu. Sampai belum bersih-bersih.""Iya, Mas."Lantas Mas Adrian beranjak dari kursi makan. Membawa tas kerja hitam yang tergeletak di atas meja. Dia berjalan ke arah kamar utama untuk mandi di kamar mandi dalam kamar yang kami tempati.Selepas kepergian Mas Adrian. Aku langsung membereskan meja makan yang tidak terlalu berantakan. Setelahnya, mengambil bahan masakan yang tersimpan di lemari pendingin.Hanya brokoli hijau yang kuambil. Sebab, stok lauk dalam lemari hanya tersisa udang windu kesuk
Read more
Bab.3
TETANGGA BARU (3)******Sudah jam tujuh pagi. Belum ada tanda-tanda Mas Adrian keluar dari kamar. Gegas mematikan kompor. Sop buntut yang dimasak pagi ini, sudah mendidih dan matang.Sop buntut yang bahan masakannya dapat kupesan dari Mang Rustam—tukang sayur keliling langganan di komplek ini. Mang Rustam bahkan telah mengirimkan pesananku ini pukul lima pagi tadi. Seperti isi pesanku. Sehingga aku menambahkan lebih, uang yang kubayarkan padanya.Klek!Kubuka pintu kamar utama. Kamar yang kutempati bersama suamiku. Kamar yang kembali hangat, setelah lima hari hanya aku sendirian yang mengisinya.Aku menyilangkan tangan di depan dada. Berdiri di tepi tempat tidur. Melihat Mas Adrian yang masih meringkuk terbungkus oleh selimut tebal. Menyisakan kepalanya saja."Mas bangun, Mas. Udah jam tujuh ini!" ujarku, sambil menepuk-nepuk lengannya.Tidak ada pergerakan dari Mas Adrian. Matanya bahkan masih terpejam."Mas, bangun!" ujarku sekali lagi. Kali ini, sambil mengguncangkan tubuhnya."Hm
Read more
Bab.4
TETANGGA BARU (4)*********Tiba di meja makan. Aku menyiapkan piring makan dengan segera. Bukan untukku tapi tentu saja untuk Mba Yolan. Kucentong nasi beserta sop buntut yang masih hangat dari dalam pancinya."Mba, sini Arsen biar aku tidurkan di dalam kamar tamu. Mba Yolan sarapan dulu aja, ini udah aku siapin!""Aduh, Mba. Gak papa, Arsen biar aku gendong aja kayak gini. Dia masih tidur, kok."Aku menggeleng pelan. "Gak boleh gitu, Mba. Ntar kebiasaan kalo apa-apa digendong. Udah, biar aku tidurin di kamar tamu. Nah Mba makan dulu!" Aku setengah memaksa. Mengulurkan tangan untuk segera menerima bayi mungil di gendongan Mba Yolan.Sang Ibu nampak ragu. Namun tak ayal, tetap memberikan bayinya ke tanganku. Akhirnya, Arsen berada dalam gendonganku saat ini. Tubuh mungilnya menggeliat pelan. Namun netranya masih rapat terpejam."Mba makan dulu, itu udah aku siapkan. Mba jangan sungkan. Anggap aja rumah sendiri ya! Arsen biar aku bawa ke kamar tamu. Aku temenin dia di sana," tukasku."
Read more
Bab 5
"Uhukk uhukk uhukk!" Fano belum berhenti terbatuk. Dia memegangi tenggorokannya. Sampai akhirnya dia meneguk segelas air untuk meredakan batuk. Menyisakan wajahnya yang masih memerah karena tersedak barusan."Hati-hati dong, Fan kamu makan. Sampai kesedak kayak gitu!" tukasku mengomel. Dibanding menolongnya, aku malah mengomelinya. Salah sendiri makan sampai tersedak seperti itu.Beberapakali Fano berdehem. Hingga batuknya benar-benar berhenti. Namun, belum menghilangkan kemerahan di wajahnya. Fano hanya manggut-manggut mendengar omelanku."Jadi dia tetangga baru kamu, Han?" tanya Fano lagi."Hu'um."Fano tak bertanya lebih banyak lagi. Dia hanya meneruskan memakan siomay di piringnya.Arsen masih anteng di pangkuanku. Hingga ibunya telah kembali dari kamar mandi. Lekas aku memberikan Arsen padanya. Sebelum menyantap makananku, lebih dulu aku mengenalkan Fano pada Mba Yolan. Barulah setelah mereka berkenalan, kami serempak menikmati pesanan kami masing-masing.Di sela-sela menikmati m
Read more
Bab 6
Sudah jam sebelas malam. Tapi rasa kantuk tak kunjung datang sedikit pun. Bergulang guling sendirian di atas spring bed super king size dalam kamar ini. Karena seperti yang siang tadi suamiku sampaikan. Bahwa dia harus lembur malam ini.Dalam posisi tengkurap. Kuraih ponsel di atas nakas. Lalu menggulir beranda media sosial milikku. Tidak ada yang menarik. Membuatku cepat-cepat menutupnya lagi dan menyimpan kembali benda pipih itu di atas nakas.Drrt Drrt DrrtBaru sedetik aku membalikkan tubuhku menjadi terlentang. Ponselku berbunyi diiringi vibrasi. Tanpa berniat bangkit, tanganku kembali terulur untuk mengambilnya."Fano?" gumamku saat melihat nama kontak yang menghubungiku.Cepat aku bangkit dan terduduk. Lalu menggeser layar ponsel untuk menerima panggilan video dari Fano."Malam Han …." sapa Fano di seberang sana. Setelah kini, kami bersitatap meski hanya lewat layar ponsel."Malam, Fan. Ada apa? Gak salah, kamu video call jam segini?" tanyaku cepat.Nampak Fano memasang senyuma
Read more
Bab 7
Membuka mata perlahan. Merasakan ada tangan yang melingkar di atas perut ini. Cepat aku menoleh. Seketika bibirku menyunggingkan senyum. Melihat suamiku yang masih tertidur di sampingku. Entah jam berapa dia pulang lembur. Aku sampai tidak tahu. Saking nyenyaknya tidur semalam, selepas mengobrol dengan Fano.Aku menggeliat pelan. Lalu menyingkirkan tangan Mas Adrian dari atas perutku. Beringsut turun dari tempat tidur dan segera ke kamar mandi. Membersihkan diri agar lebih segar.Keluar dari kamar mandi. Mas Adrian masih dalam posisinya seperti saat tadi aku meninggalkannya untuk mandi.Cepat aku berpakaian. Lalu keluar dari kamar dan menuju dapur. Berkutat di depan kitchen set dengan bahan masakan. Mengusahakan agar tanganku bergerak cepat. Karena ternyata, aku bangun terlambat dari biasanya.Satu jam berlalu. Masakanku akhirnya siap. Aku sudah menghidangkannya di atas meja makan. Namun, Mas Adrian belum menampakkan diri. Mungkin masih tertidur. Aku tak berniat membangunkannya. Kasih
Read more
Bab 8 (POV ADRIAN)
POV ADRIAN*********Jam sebelas malam. Aku menyelinap melalui portal belakang perumahan. Portal yang membatasi perumahan dengan perkampungan di belakangnya. Setelah melewati portal besi. Aku pun berjalan cepat menuju rumah satu lantai yang baru kembali dihuni.Pintu pagar yang tidak digembok. Memudahkan untuk masuk. Melewati pagar dan menutup pintunya asal. Aku pun melangkah cepat menuju pintu rumah.Dalam satu tarikan hendel. Pintu terbuka seketika. Menandakan pemilik rumah benar-benar menunggu kedatanganku.Tanpa membuang waktu. Aku melesak masuk dan segera mengunci pintu rumah yang telah kututup.Aku masih berdiri di belakang pintu yang telah menutup sempurna. Kulepaskan masker yang menutupi hidung serta mulut. Serta melepas topi di kepala ini. Dengan ujung mata, aku menangkap sosok wanita yang berjalan ke arahku.Aku tak buru-buru menoleh. Melainkan menaruh paperbag yang kubawa. Lalu bergerak cepat melepas jaket kulit yang membungkus tubuh. Melemparkannya ke sembarang arah.Wanit
Read more
Bab 9 (POV ADRIAN)
Selepas membersihkan diri. Aku pun segera berpakaian dengan pakaian dalam paperbag. Pakaian yang sama dengan yang tadi pagi kukenakan dari rumah. Sementara jaket dan pakaian yang kukenakan saat pulang dari kantor. Kubiarkan di rumah ini.Aku harus memastikan. Tidak ada setitik pun jejak yang tertinggal dalam diri ini ketika pulang."Mas, kamu pulang sekarang? Ini baru jam dua malam lho Mas!" tegur wanita yang masih terbalut selimut di atas tempat tidurnya.Sementara aku, langsung membersihkan diri usai pergulatan indah nan panjang dengannya sejak tadi."Pulanglah. Ga mungkin aku lebih lama di sini. Lagian jam segini sepi. Ga akan ada yang liat aku keluar dari sini. Jadi biar aman!" jawabku seraya berbalik. Setelah memakai pakaianku dengan rapi.Wanita itu masih duduk di tepi tempat tidurnya. Jika pakaianku sudah rapi, dan berbeda ketika aku datang ke mari. Itu artinya, dia tidak boleh lagi menyentuhku. Hanya aku yang boleh menyentuhnya sebagai tanda perpisahan.Aku berjalan mendekat p
Read more
Bab 10
POV JIHAN *********Jam sebelas siang. Aku baru keluar dari rumah. Setelah berada di luar rumah, aku kembali merapatkan pintu pagar. Berbarengan dengan Mba Yolan yang juga baru keluar dari rumahnya."Mba Jihan, jadi arisannya?" tanyanya setelah berdiri di hadapanku."Jadi, Mba. Mba Yolan jadi ikut?" tanyaku balik.Mba Yolan terlihat mengangguk. "Boleh, Mba.""Udah izin suami, Mba?" tanyaku memastikan.Mba Yolan tersenyum simpul. "Suamiku udah berangkat lagi, Mba."Alisku terangkat mendengarnya. "Lagi? Cepet banget, Mba.""Iya, gitulah, Mba kalo kerja proyekan. Ga bisa lama-lama di rumah," jelasnya."Owhh, ya udah, kita langsung berangkat kalo gitu Mba," ajakku.Mba Yolan tak banyak protes. Aku serta Mba Yolan bergegas meninggalkan pekarangan rumahku. Berjalan beriringan menuju rumah Mba Aini.Tadinya, aku hendak pergi sendiri tanpa mengajak Mba Yolan. Mengingat di rumahnya pasti ada suaminya. Tapi ternyata, suaminya sudah berangkat lagi katanya. Jadi ya baguslah kalau Mba Yolan tetap
Read more
DMCA.com Protection Status