DOSA TERINDAH

DOSA TERINDAH

Oleh:  Aina D  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.8
87 Peringkat
476Bab
198.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ia dinikahi, tapi tak dihargai. Pertemuan tanpa sengaja dengan seseorang yang pernah menyukainya di masa lalu membuat Cahaya Kirana jatuh dalam dosa terindah.

Lihat lebih banyak
DOSA TERINDAH Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Lunox Kagura
tadinya mau baca tapi liat opening kurang tertarik dengan bahasanya 🥱
2024-04-02 18:48:39
0
user avatar
Zaid Zaza
Kerren Bangett! Rugi Kalau nggak Baca!! Izin promo Thor. Yok mampir di novel: "ROH KAISAR LEGENDARIS"
2024-02-03 14:45:28
0
user avatar
Erlin Fiherlin
lm nunggunya koins y
2023-09-16 06:35:35
1
user avatar
Ketutkorisa Ketutkorisa
Thor kalau boleh usul jangan banyak diulang babnya ...tpi tetap semangat Thor karyamu bagus banget..
2023-08-19 09:14:41
3
user avatar
Kiyora Azumi
Thor kenapa di season 2 ko gitu ceritanya jadi ngga seru banyak drama lebih asik di season 1 .. tolong dong ka bikin yang bahagia2 aja jangan ada TARIK bikin males baca
2023-07-27 14:16:35
2
default avatar
Windha Kualalumpur Keramat
sangat bagus
2023-07-09 09:10:34
1
user avatar
Isabella
Cerita yg bikin aku bengek wkwkwkwkwkwk lihat keromantisannya Ivan .
2023-06-11 14:09:40
2
user avatar
Rosnani Amalia
Kisah cinta yang d sajikan sangat sangat epic dan mengharu biru.. wajib bnget sih baca. Pembaca seakan masuuk kedalam cerita. Marah, kesel, sediiiiih, nangis.. pokoknya luaar biasa sekali Authornya
2023-06-11 09:53:25
1
user avatar
Winda Sari
sudah tamat ya thor ceritanya koq lama banget gk up ?
2023-05-03 22:41:03
0
user avatar
Rina Ma Ravael
lamA banget up nya
2023-04-25 23:20:06
0
user avatar
Winda Sari
ayolah thor cepat up lagi, jangan lama2,,,
2023-04-11 13:02:02
1
user avatar
Eet Oot
thor kapan up lagi? jangan lama2 doong yg mau up...
2023-04-01 21:31:52
1
user avatar
Syafrizalrambe
kenapa iklan nya nga bisa ya
2023-03-23 08:40:20
0
user avatar
Uti Uul
bintang lima untuk cerita termanismu thor,lanjuut...
2023-03-07 09:08:49
0
user avatar
Ndari Mana
thor lama gk up lagi,,,ditunggu kelanjutannya thor,kasihan baby Kia juga kalau Aya trauma berkepanjangan...
2023-03-04 15:07:50
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 6
476 Bab
Bab 1
“Cepetan dikit, Aya!” Suara teriakan Mas Adam terdengar dari depan.“Iya, Mas. Bentar lagi.”Buru-buru kusapukan lipstik di bibirku agar tak terlihat pucat, lalu berjalan keluar kamar sambil merapikan gaunku.“Kamu ini kebiasaan deh, kalau udah dandan lama banget. Mana hasilnya juga biasa saja.” Pria itu menyapukan pandangannya dari ujung kaki hingga kepalaku.Aku sudah biasa mendapatkan komentar kurang menyenangkan dari pria yang berstatus suamiku ini, maka aku sudah tak terlalu ambil pusing.“Aku cuma dandan 15 menit tadi, Mas. Itu masih wajar, wanita-wanita lain bahkan menghabiskan waktu lebih dari itu jika berdandan.” Aku berusaha protes, namun yang kudapatkan justru tatapan mata melotot dari pria itu.“Iya, kalau orang lain lama-lama hasilnya bagus, cantik, elegan. Lah, kamu ya gini-gini aja. Dandan nggak dandan juga sama aja, sama-sama ngebosanin liatnya!” Ia tak mau kalah. Kali ini bahkan sambil menoyor pelan keningku.Sakit? Dulunya iya. Sakit sekali mendengarnya selalu menghi
Baca selengkapnya
Bab 2
“Aya! Hey! Kamu Cahaya, kan?”Aku menengadahkan wajahku mencari asal suara yang memangil namaku barusan. Lalu dengan napas sedikit ngos-ngosan kuraih lengan Mas Adam yang kini tepat berada di sampingku.“K-kalian?” Masih suara yang tadi. Sementara aku mengeryitkan keningku menebak-nebak siapa pria yang tau namaku ini.“Kamu Aya, kan? Kalian datang bersama?” Pria yang kuduga adalah pemilik coffeshop itu bertanya sambil menatap ke arah tanganku yang masih menggandeng lengan Mas Adam.“Iya dia Cahaya, istriku. Kamu kenal?” jawab Mas Adam sambil melepas tanganku dari lengannya dengan perlahan.“Istri? Kamu nikah sama Aya, Dam? Wah aku nggak nyangka.” Pria itu menatapku tajam.Sementara aku masih memutar otakku mengingat-ingat siapa pria di hadapanku ini.“Gimana kabarmu, Cahaya? Aku Ivan. Kamu nggak ngenalin aku?”Ivan? Aku masih berpikir di mana mengenal pria ini.“Ivan? Kenal di mana, ya? Apa kita teman SMA?” tanyaku penasaran.“Apa sih yang kamu ingat, Ay? Syukur-syukur masih ingat sam
Baca selengkapnya
Bab 3
“Mas aku ke sana dulu, ya,” pamitku pada Mas Adam setelah merasa bosan duduk di hadapannya sementara pandangannya hanya terfokus pada ponselnya.“Hmm.” Ia hanya menaikkan alisnya.Aku pun bangkit dari tempatku duduk, lalu berjalan menuju ke arah yang ditunjuk Ivan tadi. Senyumku langsung merekah ketika melihat taman kecil yang ada di bagian belakang kafe. Taman bunga yang terlihat masih baru dan terawat, di sudutnya ada kolam ikan kecil lengkap dengan air terjun mini. Beberapa pengunjung juga terlihat mengagumi taman kecil yang indah ini, bahkan beberapa anak-anak terlihat memainkan ikan-ikan kecil di kolam.“Suka tamannya?” Suara bariton itu mengejutkanku.“Eh ... k-kamu!” Pemilik coffeshop itu sudah berdiri di sampingku.“Kamu benar-benar nggak ingat aku, Cahaya?”Aku menggeleng. “Maaf,” ucapku lirih.Dia terkekeh. Kemudian menatap lurus ke arah taman bunga mini.“Aku udah lama nyari kamu. Nggak nyangka kalau ketemunya justru di sini. Lebih nggak nyangka lagi ternyata kamu udah nika
Baca selengkapnya
Bab 4
Hatiku menghangat mengenang masa-masa indah sebelum akhirnya semua berubah ketika aku harus mengambil keputusan terberat pada saat itu, yaitu berhenti kuliah. Saat itu, ayahku yang seorang pegawai negeri pangkat rendah meninggal karena serangan jantung, sedangkan ibuku hanya ibu rumah tangga biasa yang akhirnya hanya mengandalkan gaji pensiun ayah yang tak seberapa. Sementara aku masih punya tiga orang adik yang masing-masing masih membutuhkan biaya. Hingga akhirnya aku mengalah, lalu berhenti kuliah dan memilih mencari pekerjaan demi membantu ekonomi keluarga.“Aku dulu penggemar rahasiamu, Ay.” Ivan membuyarkan lamunanku.“Itu aku yang dulu. Cahaya yang sekarang sudah jauh berbeda,” gumamku.Ivan tak menjawab, hanya tersenyum tipis sebelum kemudian berpamitan untuk kembali ke dalam kafenya saat seorang karyawannya memanggil.Aku pun meneruskan lamunanku mengenang masa-masa indahku selama setahun menjadi mahasisiwi. Hendra, sang ketua BEM yang saat itu menjadi kekasihku merasa kecewa
Baca selengkapnya
Bab 5
Kutatap wajahku dari pantulan cermin di toilet lalu mencoba menghapus sisa-sisa tangis di sana. Kata-kata yang dilontarkan Mas Adam barusan pada rekannya membuatku segera menjauh dari sana sebelum bulir-bulir bening itu menghambur keluar dari mataku. Aku memang sudah terbiasa dengan kata-kata kasar yang keluar dari mulut suamiku, tapi terasa sangat menyakitkan ketika ia melontarkan kalimat-kalimat meyudutkan itu di hadapan orang lain. Terus terang saja aku malu pada Ivan, pria pemilik kafe yang mengundang kami ke acara ini. Pria yang tadi mengatakan bahwa ia adalah penggemarku saat kuliah dulu. Kini di hadapannya, pria yang berstatus sebagai suamiku justru merendahkanku dengan mengatakan tak ada yang bisa dibanggakan dariku.“Kamu nggak apa-apa?”Aku terkejut saat mendapati Ivan tengah berdiri di depan pintu toilet saat aku keluar dari sana.Aku hanya menggeleng. Ia menahan langkahku.“Kamu beneran nggak apa-apa, Aya? Apa kamu sering diperlakukan seperti ini?”“Tolong menyingkirlah, j
Baca selengkapnya
Bab 6
“Kenapa dulu Mas mau nikahin aku?”Ia melirikku sesaat.“Pertanyaan apa itu, Ay. Kamu tau sendiri kan, aku menikahimu karena keinginan orang tuaku. Kalau disuruh memilih sih aku nggak akan mungkin mau menikahimu, kita bahkan tak pernah saling mengenal sebelumnya.”“Tapi kenapa Mas Adam waktu itu tak menolak saja?”“Kenapa nggak kamu aja yang menolak perjodohan waktu itu.”Ia mengembalikan ucapanku.“Cahaya pihak perempuan, Mas. Tidak terlalu banyak pertimbangan untuk menerima pinangan seseorang terlebih ketika orang tua Cahaya sudah merestui. Aya juga akan dianggap pembangkang jika menolak, belum lagi anggapan orang tua zaman dulu yang mengatakan jika pamali seorang gadis menolak pinangan lelaki jika tak ada alasan yang prinsip. Kesempatan menolak waktu itu harusnya lebih banyak di pihak Mas Adam.”“Kamu kenapa sih? Nyesal udah nikah sama aku?”“Bukannya Mas yang menyesal sudah menikahiku? Aku tadi dengar sendiri Mas ngomong gitu di depan teman-teman Mas Adam.”Ia tertawa sinis.“Oh,
Baca selengkapnya
Bab 7
Malam ini kuhabiskan dengan tidur memunggungi Mas Adam, aku masih sangat kesal dengan kejadian di coffeshop tadi. Sementara pria itu justru nampak biasa saja, ia juga tak berbicara lagi padaku setelah menghardik saat aku membanting pintu mobilnya tadi. Aku tau pria itu masih duduk bersandar pada headboard tempat tidur sambil memperhatikan layar ponselnya. Ini memang sudah menjadi kebiasaan Mas Adam sebelum tidur, entah dia sedang membaca artikel apa pada layar ponselnya atau sedang chatting dengan siapa, aku tak berani menanyakannya.Pikiranku justru melayang pada si pemilik coffeshop tadi, Ivan. Sejujurnya aku sedikit heran ketika ia tadi menyusul dan menungguku keluar dari toilet kafenya saat aku sedang menumpahkan tangisku di sana. “Kamu beneran nggak apa-apa, Aya? Apa kamu sering diperlakukan seperti ini?”Kenapa pria itu bertanya seperti itu padaku? Kenapa dia terlihat begitu peduli? Padahal ini adalah hari pertama pertemuan kami, setelah bertahun-tahun yang lalu. Aku bahkan ta
Baca selengkapnya
Bab 8
“Nah, kan. Baru juga malam pertama kamu sudah tulalit gini, bikin kesal aja. Kamu mau tidur di ranjang apa di sofa, silakan pilih!” Suaranya meninggi.“Kenapa harus memilih, Mas?” Aku masih tak mengerti."Apa kamu pikir kita akan tidur bareng? Yang benar aja aku tidur dengan cewek tulalit macam kamu! Ya udah kamu di ranjang sana, biar aku yang di sofa.”Pria itu langsung merebahkuan tubuhnya di sofa yang ada di dalam kamar. Sementara aku masih tertegun dengan semua kalimatnya barusan. Seperti ini kah pria yang baru saja menikahiku? Baru beberapa jam yang lalu aku menyandang status sebagai istrinya, tapi kini aku sudah mendengar kalimat hinaan darinya. Tulalit? Ia menyebutku gadis tulalit? Lalu kenapa ia menikahiku jika ia menganggapku tulalit? Ingin sekali kutanyakan padanya malam itu, tapi akhirnya aku memilih diam karena tubuhku pun sudah terlalu lelah setelah seharian berdiri di pelaminan menerima ucapan selamat dari para undangan.Lalu hari-hari selanjutnya, bulan-bulan berikutnya
Baca selengkapnya
Bab 9
Pagi ini, setelah Mas Adam berangkat bekerja, aku pun mulai bersiap mengunjungi butik kecilku. Seperti inilah aktivitasku sehari-hari. Belum hadirnya anak dalam rumah tanggaku dengannya membuatku memilih menghabiskan hariku di butik yang kuberi nama “Ayya Boutique”. Aku sangat mencintai aktivitasku ini. Suatu kepuasan tersendiri bagiku jika pelanggan butikku merasa puas dengan penampilan mereka setelah mencoba beberapa fashoin koleksi butik. Beberapa produk butikku juga kurancang sendiri, karena memang dari remaja dulu aku suka sekali menggambar model-model baju yang ada dalam imajinasiku.Dulu, diawal membuka Ayya Boutique aku hanya bekerja sendiri, menjaga butik sendiri, merancang dan menggambar sendiri hingga akhirnya butikku mulai berkembang hingga kini aku sudah mempekerjakan dua orang karyawan perempuan dan satu karyawan laki-laki. Sebenarnya perkembangan butik ini sangat membanggakan bagiku, meskipun Mas Adam tak pernah mengakui itu dan selalu menghina butik sederhanaku ini.Na
Baca selengkapnya
Bab 10
Aku masih berkutat dengan pertanyaan seputar Bella ketika pintu depan butik dibuka dari luar. Lalu seorang gadis bertubuh tinggi semampai dengan rambut pirang sebahu memasuki butik. Aku terpesona oleh penampilan gadis itu, tanpa perlu bertanya lagi, aku sudah yakin jika gadis yang kini sedang terseyum ramah itu adalah Bella, mantan tunangan Mas Adam. Tiba-tiba saja aku merasa kerdil di hadapannya.Dengan berusaha menghilangkan rasa gugup, aku menyambut dan menyapanya. Baru kali ini aku menyesali kenapa Mama Indah datang di jam istrirahat seperti ini sehingga hanya aku sendirian yang menghadapi pelanggan kelas atas ini. Rasa gugupku seketika menguap ketika gadis cantik itu menyapaku dengan ramah, bahkan ketika aku masih terpaku mengagumi kecantikannya.“Hai, dengan Cahaya, ya. Kenali aku Bella,” ucapnya tersenyum sambil mengulurkan tangannya.“Oh, hai Bella. Iya saya Cahaya. Terima kasih ya sudah mampir ke butik sederhana ini,” sambutku.“Boleh lihat koleksi gamisnya?” tanya gadis cant
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status