7 TAHUN SETELAH MENJANDA

7 TAHUN SETELAH MENJANDA

By:  Herlina Teddy  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
22 ratings
204Chapters
170.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ini sepenggal kisah masa lalu yang belum usai antara Mahendra dan Hanami. "Aku mohon menikahlah denganku. Aku akan menebus semua kebodohan masa lalu kita. Aku janji akan membahagiakan kamu dan anak kita." "Jangan harap. Di antara kita hanyalah masa lalu. Jangan mimpi aku mau menikah denganmu." "Lihat saja, suatu saat aku akan membuatmu yakin dengan apa yang aku niatkan. Kamu akan menjadi milikku satu-satunya sampai hayat hidupku." "Gila." "Iya, aku memang sudah tergila-gila denganmu."

View More
7 TAHUN SETELAH MENJANDA Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Yevite Anggraini
kisah yg sangat mengharukan
2023-12-16 22:21:47
1
user avatar
Milla Dwi
ceritanya bagus, sukses selalu buat author ...️...️...️
2023-07-10 15:09:56
1
user avatar
Mighty Mouse
bagus ceritanya.
2023-05-10 09:36:11
1
user avatar
Herlina Teddy
Thanks sudah baca sampai tamat
2023-04-12 05:24:56
1
user avatar
Ochinae Kinah
Baru baca msh sampai di part 7 , ternyata ceritanya cukup menarik /bagus smg sampai tamat ttp bagus .........
2023-04-03 18:53:59
1
user avatar
Herlina Teddy
Terima kasih sudah ikuti kisah Mahendra, Hanami dan Arsenio di Season 2
2023-02-03 22:51:05
0
user avatar
Laksmy Ferrynasari
happy ending dong thor, kasian amat nasib Hana selalu sedih, kapan dia bahagianya, lagi kenapa harus mengorbankan diri bantu elena kan cukup teriak aja disebenernya.
2023-01-19 01:05:15
1
user avatar
Baiq Hasnawati
senang membaca ceritanya
2023-01-10 11:35:30
1
user avatar
Laksmy Ferrynasari
thor kasian KAI jgn dipisahin dari papa nya, kasian Kai hiks hiks
2023-01-06 00:11:06
1
user avatar
Liana Ong
Bagus...Bagus............
2023-01-05 17:39:12
2
user avatar
U²n
Ceritanya mengalir dan menghanyutkan... layak untuk selalu dinantikan......
2023-01-04 17:15:55
1
user avatar
nisa
ceritanya menarik, selalu ditunggu up berikut nya ya..
2023-01-04 15:00:18
1
user avatar
naushin
bagus tp up nya kelamaan
2023-01-04 09:48:57
1
user avatar
JP
Mampir kak numpang promo ya ... REVENGE Pembalasan gadis yang teraniaya sampai hampir mati. Banyak misteri dan romance yang menyelimuti kisah ini. Semangat thor! Thanks ^-^
2023-01-03 23:45:52
0
user avatar
Laksmy Ferrynasari
Helana mulutnya gak punya jahat banget, gak rela aaah kalo mahendra sama Elena yg jahat.
2022-12-28 21:04:15
1
  • 1
  • 2
204 Chapters
Bab 1
"Tidak mungkin, Han. Kita hanya melakukannya satu kali. Mana mungkin bisa langsung hamil?" Mahendra memelankan nada bicaranya, tak mau orang yang di sekitar ikut mendengar percakapan mereka."Tapi itu kenyataannya, Dra."Hanami mencoba meyakinkan sang kekasih dengan merogoh tas yang ada di pangkuan, mengeluarkan test pack dan menunjukkan kepadanya. Dengan tangan sedikit bergetar, pria tampan itu pun mengambil dan menatap hasil test dengan mata membola.Awalnya, wanita bernama lengkap Hanami Ramadhani juga tidak menyangka akan mendapati kenyataan memalukan, pun tak mau hal tersebut terjadi. Namun, hasil test alat kehamilan cukup menunjukkan kalau dia benar-benar hamil. Terus, dia harus bagaimana?"Dua garis itu artinya positif?" Pria beralis tebal itu bertanya pelan, hanya ingin memastikan. Wajahnya diliputi rasa panik.Gadis itu mengangguk pelan dengan wajah meredup, lelah dan tak tahu harus bagaimana. Dia merasa tubuhnya lemas, sering mual dan muntah di pagi hari. Ditambah yang membu
Read more
Bab 2
"Dra, aku sudah makan durian dan nanas yang kamu beli. Bahkan aku juga sudah minum obat keras sesuai informasi internet. Tapi kayaknya tidak berhasil, aku belum pendarahan atau sejenisnya," ucap Hana pelan saat mereka bertemu kembali di kafe yang sama. Kafe ini memang kafe favorit saat mereka berkumpul dengan teman satu sekolah. Umur mereka terpaut empat tahun, Mahendra baru saja lulus sarjana strata satu jurusan Bisnis Manajemen sementara Hani baru menyelesaikan sekolah menengah atas. Mereka sama-sama akan melanjutkan kuliah. Bedanya, Mahendra memilih kuliah S2 di negara sakura dengan jurusan lanjutan bisnis dan Hana akan mengambil kuliah kedokteran di tanah air."Kamu yakin sudah makan semua buah dan obat itu yang aku beli? Semuanya?" Raut wajah penuh kegelisahan itu mengurangi sedikit ketampanan sang kekasih. Dia sudah berusaha mencari jalan keluar yang menurutnya itulah harapan satu-satunya.Hana mengangguk, dia sampai merasa eneg ketika harus menghabiskan beberapa buah durian
Read more
Bab 3
Menunggu dengan gelisah di kafe sesuai janji Mahendra, Hana sudah tak sabar lagi berada lebih lama di tempat itu, yang menjadi tempat favorit mereka berdua. Benda yang melingkar di pergelangannya sudah menunjuk angka empat. Itu artinya dia sudah menunggu selama tiga jam. Segelas cokelat hangat yang dia pesan di kafe pun sudah ludes, hanya tersisa endapan cokelat yang tak terlarut di dasar gelas.Dia mencoba mengirim pesan dan menelepon ponsel pria itu, tetapi hasilnya nihil. Yang didapat hanyalah centang satu dan sapaan dari customer service kalau nomor yang ada tuju sedang tidak aktif. Hatinya bagai diremas saat pikiran dilanda berbagai prasangka buruk tentang pria itu. Kini kesabarannya sudah berada di ambang. Dia tidak bisa menunggu lagi."Bagaimana kalau Mahendra tidak mau bertanggungjawab? Bagaimana kalau dia benar-benar sudah pergi ke Jepang, meninggalkanku? Bagaimana kalau dia telah membohongiku? Bagaimana kalau dia ...."Dia tak sanggup lagi menerka apa yang bisa dilakukan san
Read more
Bab 4
Duduk bersandar kursi kayu di pinggir rel kereta api, seorang calon dokter sedang menuggu kedatangan kereta api. Arsenio William Ardiman yang biasa dipanggil Arsen adalah seorang mahasiswa Falkutas Kedokteran yang sedang menjalankan magang koas di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta. Jujur, bukan keinginan dia menekuni kuliah jurusan beken itu, semua karena keinginan sang ayah yang berprofesi dokter sekaligus direktur utama rumah sakit tersebut. Kecintaannya terhadap fotografer yang diam-diam dia lakoni sekarang, mengantar dirinya di tempat tak lazim seperti ini untuk mengambil momen detik-detik kereta melintas. Awalnya sorot mata mengarah ke atas langit yang terik di balik kacamata hitam sembari tangan menggenggam kamera mahalnya. Namun, perhatian dan pandangannya pun beralih ke arah kedatangan kereta yang terus menjerit dengan klakson yang mengganggu indra pendengaran. Tak biasanya kereta itu mengeluarkan suara berisik di tempat bukan lalu lalang mobil atau motor. Ini adala
Read more
Bab 5
Tidak sampai di situ, hati Hanami semakin hancur ketika dia pulang dari rumah sakit malam hari. Dia mendapati wajah sang ibu yang menyiratkan kedukaan yang amat terdalam. "Hana, ini apa? Ini punya siapa? Kamu hamil? Siapa laki-laki itu?" Bertubi-tubi pertanyaan ibu tanpa menjeda. Dengan tangan terulur ke arahnya, ibu memperlihatkan benda tes kehamilan yang tergambar dua garis. Jangankan memberi jawaban, gadis berambut tipis itu bahkan tak berani mengangkat kepala untuk menatap wajah sang ibu yang memendam amarah, mungkin sebentar lagi akan meledak seperti bom waktu. Wajah senja yang selalu menenangkan kini memerah, beliau tak bisa menyembunyikan rasa kekecewaannya."Hana, jawab ibu, siapa laki-laki itu?" Ibu mengulang pertanyaan terakhirnya dengan nada dinaikkan satu oktaf, hanya ingin mengetahui siapa pria itu. Seketika hati Hana semakin menciut dan tersayat ketika sang ibu bukan lagi menanyakan kepemilikan benda itu, tetapi seolah sudah mengetahui bahwa dialah pemilik benda itu.
Read more
Bab 6
Bab 6Pasca kejadian itu, lambat laun Hanami menjelma menjadi manusia baru. Semangatnya bangkit lagi ketika Arsenio selalu mengisi baterai energi positif untuknya. Mereka jarang ketemu karena padat jadwal si pria berkacamata, yang kini sedang magang di salah satu rumah sakit Jakarta. Dia tengah menjalankan tugas kampus sebagai koas, salah satu syarat untuk mendapatkan titel dokter."Jika ada perlu apa-apa, jangan sungkan untuk mencariku." Itulah katanya."Siap, Pak Dokter." Mereka selalu bertukar kabar via aplikasi pesan berlogo telepon hijau di sela-sela waktu senggang. Sesekali Arsenio mengunjunginya, tetapi hanya sampai di teras saja. Itu juga hanya lima menit. Setelah mengantar buah atau cemilan untuknya, pria itu pun langsung pamit."Ibu hamil butuh buah dan cemilan cokelat untuk menenangkan pikiran dan perasaannya."Ada suatu kala ketika Hana menolak pemberiannya karena merasa tak enak hati tetapi pria itu malah ngambek. Arsenio terlalu baik, padahal Hana merasa tidak berbuat a
Read more
Bab 7
"Selamat ya, Bun. Kaindra memang anak berbakat, bisa mendapatkan juara 1 di tingkat kecamatan untuk kategori pemain piano cilik." Ucapan selamat dari kepala sekolah siang tadi setelah bocah enam tahun itu selesai mengikuti lomba yang diselenggarakan Diknas tingkat kecamatan dan mendapatkan peringkat satu. Tak heran memang, putra Hana yang bernama lengkap Kaindra Naoki sudah beberapa kali mengikuti lomba piano dan selalu membawa piala. Selain membanggakan sekolahnya, ia pun membuat mama dan nenek puas dengan prestasi yang dia raih."Terima kasih, Bu."Hana membalas jabatan tangan yang diulurkan ibu kepala sekolah dengan senyuman lebar. Bangga? Iya, tentu saja, pantas jika Kai bisa menerima beasiswa di SD Swasta tersebut, bukan karena prestasi di bidang musik saja, anak laki-laki itu juga berprestasi di bidang pendidikan."Dua hari lagi, Kaindra akan mewakili sekolah kami mengikuti lomba piano tingkat Kotamadya," ucap wanita berkacamata itu setelah melepas jabatan tangan dan mempersi
Read more
Bab 8
"Hai, sorry, udah lama?" Masih mengenakan jaket jeans, Hana menghampiri Elena yang sudah duduk manis menunggu kedatangannya."Baru, baru lima belas menit." Dia berucap sambil mengaduk es lemon tea yang sudah dipesan, mengusir kejenuhan dan haus.Hana tersenyum tipis, menarik kursi dan duduk di hadapannya. Sore itu, kafe belum begitu ramai pengunjung, apalagi hari ini bukan hari pekan, biasanya kafe nuansa kopi itu agak sepi."Ada apa, Len?" Tanpa basa-basi, Hana langsung bertanya maksud wanita yang baru dikenal setahun belakang. Dia tak ingin berlama-lama di tempat itu.Awal perkenalan mereka dari sosial media. Elena, si dokter gigi memesan kue ulang tahun untuk keponakannya dari Instagram Hana. Iya, gadis dua puluh lima tahun itu membuka usaha kue online. Kue ulang tahun hasil jepretan Arsenio diunggah dan dipamerkan di halaman aplikasi tersebut. Selain ada kue basah milik ibunya, kue brownis kukus juga dijual di sana. Lantaran insiden kehamilanya, Hana tidak bisa melanjutkan kuliah
Read more
Bab 9A
Melajukan kendaraan roda dua miliknya, Hana pulang setelah selesai mencatat dan mengerti keinginan dokter gigi itu. Langit sudah mulai menghitam, dia tak ingin terjebak oleh pertemuan dengan beberapa preman yang sering mangkal di warung maksiat, persimpangan tiga daerah dia tinggal. Jarak antara tempat itu dengan gang rumahnya kurang lebih tiga ratus meter. Namun jika ingin masuk ke gang rumah, jalan satu-satunya adalah melewati tempat itu. Biasanya, para pria bertato tersebut akan berada di sana kisaran jam delapan atau sembilan sampai dini hari. Entah apa saja yang dilakukan mereka di sana. Mungkin mencicipi minuman haram dan menikmati surga dunia yang penuh lumur dosa. Tak jarang, Hana melihat wanita PSK mangkal di sana melakukan aksinya. Dengan detak jantung yang berpacu tak seperti biasa, Hana menancapkan gas demi mempercepat roda motor itu berputar saat berada di sekitar warung. Dia tak ingin kedatangannya disadari para preman yang akhirnya motor yang dilajukan akan dicegat ol
Read more
Bab 9B
"Siapa?"Dia bertanya karena penasaran. Aldo menaikkan kedua bahu bersamaan dan menautkan kedua alis tebalnya. "Besok kalau ada dia, kukasih kode dan kamu lihat aja sendiri siapa bocah itu.""Mungkin besok aku tak datang ke sini. Aku ada penjurian lomba anak SD se-Jakarta. Temanku, Pak Darma besok ada halangan jadi aku yang akan menggantikan posisi itu."Aldo mengangguk paham dengan hobi sahabatnya. Mahendra memang beberapa kali mengambil posisi juri di sela-sela kesibukannya mengurus perusahaan sang papa yang sudah pensiun. Iya, sejak empat tahun kepulangannya di tanah air, Mahendra telah mengambil alih perusahaan, menjabat sebagai direktur dan Aldo sebagai general manager."Itu bukannya Annisa dan Laina?" Dagu Aldo terangkat ke arah dua wanita berseragam rapi berwana merah yang baru masuk ke dalam kafe. Ekor mata Mahendra yang tadi menundukkan kepala pun ikut menyoroti wanita yang sedang mengambil posisi duduk lalu memanggil pelayan. "Teman Hana, kan? Ke sana gih, tanya-tanya ba
Read more
DMCA.com Protection Status