Akhirnya, setelah lima jam berlalu. Aika pun sadar dari pengaruh obat biusnya. Semua orang langsung bersuka cita menyambutnya.
"Alhamdulilah ya Allah .... kamu sudah siuman, Nak," seru Mama Desi dengan gembira, seraya menciumi wajah Aika.
"Mamah, Mas Bos ...."
"Saya di sini," sela Kairo cepat, kala tahu Aika sedang mencarinya.
Pria itu lalu mengambil tempat dibagian lain tempat tidur, seberangnya Mama Desi yang pastinya tidak ingin digantikan.
"Hai, honey. How do you feel?" sapa Kairo dengan sayang. Membelai dan mencium kening Aika lembut.
"Mas Bos, bayi kita ... mana?" lirihnya kemudian, meminta keyakinan pada sang suami tentang kondisi anaknya.
Seketika senyum suka cita di ruangan itupun berganti dengan senyum sumir disertai sendu yang membayang. Mereka tidak tega memberitahukan kenyataan sebenarnya pada Aika.
"Ada. Mereka ada kok. Sedang di ruangan bayi." Kairo berusaha menjawab setegar mungkin.
“Apa? Menikah sama Bapak? Yang bener aja?!” Aika berseru heboh saat iba-tiba ditawari menjadi mempelai perempuan di pernikahan bosnya sendiri.Gila aja!Awalnya dia datang ke sini mau kondangan, deh. Kok, malah jadi salah jurusan gini, sih?“Saya tahu ini mendadak Aika. Tapi, saya mohon. Saya butuh bantuan Kamu sekarang.”Pria itu berujar tanpa rasa bersalah sama sekali. Aika menjadi kesal setengah mati.
“Tuh, ‘kan? Mamah, sih, dandannya kelamaan. Kejebak macet, ‘kan, kita? Duh, gimana bisa dateng tepat waktu kalo kayak gini?” Papa Heru mulai ngomel saat terjebak macet dalam perjalanan kondangan ke Rumah rekan bisnisnya. “Iya, ih! Duh, gak bisa nyaksiin ijab kabulnya Kairo, Abang kalo kaya gini.” Aaron pun, mulai memanasi. Membuat Mama Desi langsung cemberut tak terima. “Loh, kok, mama? Aika, tuh, yang lama!” ujar Mama Desi. Membela diri sekaligus mencari kambing hitam. “Dih, kok jadi Aika, sih?” Aika pun, tidak mau begitu saja dijadikan kambing hitam Sang Mama. “Iya, Kamu!” Mama Desi bersikeras. “Kamu dandannya kelamaan, Aika. Makanya kita jadi kena macet kayak gini!” Mama Desi pun menambahkan. Membuat Aika memutar mata dengan kesal hati mendengarnya.
“Mah, ini beneran Aika mau dikawinin hari ini?” Aika masih belum yakin. “Hus! Bukan kawin, Aika. Tapi nikah!” Mama Desi meralat dengan tegas. “Ck, apa bedanya? Sama saja kan, Mah, nanti malam juga dikawinin,” Aika mencebik. Sukses mengundang jitakan keras dari Mamanya. Aika langsung mengaduh seketika. Et, dah! Punya emak kok bar-bar banget, ya? Keturunan preman pasar kali, ye? “Astaga, Aika!” Mama Desi gemas. “Itu mulut apa pembalut miring, sih? Kok, bocor banget?
“Duh, ya Allah! Ternyata Kamu cantik juga ya, kalau sudah ditacap kayak gini? Ugh, gak sia-sia dulu mama sering mandiin Kamu bareng sama potongan kain warna-warni. Jadinya, Kamu cakep pakai apapun, Ka.” Mama Desi memuji setelah melihat tampilan Aika yang baru saja selesai di-makeup. Ya! Akhirnya, mau tak mau Aika memang menyetujui pernikahan ini. Karena, ya, gak enak juga udah bikin semua orang turun tangan bujukin dia. Si Abang bahkan sampai janjiin bakal relain motor kesayangannya buat Aika. Iman Aika goyang dombret dengarnya. Secara, Aika
“Cie ... cie ... yang udah gak jomblo lagi. Langsung nikah gitu, loh. Siap-siap dijebol deh, ntar malam.” Aaron menggoda sesaat setelah sesi sungkeman selesai. Ah, jangan tanya bagaimana prosesi sungkeman itu? Prosesi yang seharusnya penuh haru biru, berubah jadi penuh tawa. Itu gara-gara omongan Mama Desi, yang sepertinya sangat menghindari adanya tangisan di hari ini. Aika tahu pasti kalau Mama Desi memang sengaja melakukan itu. Karena apa? Coba tebak? Yang jelas bukan karena hari ini hari bahagia buat
“Ya, Mama. Mama kok tega banget sih, sama Aika,” rengek Aika manja. “Tega apa sih, Ka? Orang mama nggak ngapai-ngapain kok, dikatain tega. Emang mama sayuran buat bikin subur peranakan?” “Itu toge. Mama!” “Eh? Udah ganti, ya?” “Ck, Mama mah, ngebanyol aja. Orang Aika serius juga.” Aika mencebik dengan kesal, semakin cemberut di tempatnya. “Ya lagi kamu ada-ada
Sudah Aika duga. Berada dalam satu ruangan bersama Kairo itu memang tidak baik. Serius, deh! Soalnya, memang bosnya--eh suaminya ya, sekarang, bener-bener menggoda iman. Baik itu wajahnya, dompetnya, dan tubuhnya. Asli! Kairo ini memang setan sejati. Kenapa setan? Lah, ‘kan yang biasa goda iman itu setan. Jadi ya, bener dong kalau Aika menjuluki suaminya itu, suami setan. Soalnya emang bikin iman Aika goyah melulu dari tadi. Apalagi kalau tampilannya macam saat ini. Abis mandi dan setengah naked! Duh ... Aika gak
“Kenapa belum tidur?” Kairo bertanya saat menemukan Aika ternyata masih terjaga, sekembalinya dia dari makan malam tadi.Sudah Kairo bilang ‘kan? Dia lapar, dan baru saja kembali setelah menghabiskan makanan yang dia pesan dari salah satu restoran yang ada di hotel ini.Kairo mengira saat dia kembali, istrinya ini sudah tertidur pulas atau malah sudah ngorok keras seperti yang sering diceritakan Aaron. Ternyata, Si Aika ini malah masih melek memainkan ponsel dengan cemberut di atas tempat tidur. Bahkan, saat Kairo muncul tadi. Tuh bibir bukannya mundur, malah makin maju aja dibuatnya. Ka