“Apa? Menikah sama Bapak? Yang bener aja?!” Aika berseru heboh saat iba-tiba ditawari menjadi mempelai perempuan di pernikahan bosnya sendiri.
Gila aja!
Awalnya dia datang ke sini mau kondangan, deh. Kok, malah jadi salah jurusan gini, sih?
“Saya tahu ini mendadak Aika. Tapi, saya mohon. Saya butuh bantuan Kamu sekarang.”
Pria itu berujar tanpa rasa bersalah sama sekali. Aika menjadi kesal setengah mati.
Dikiranya Nikah itu kayak ganti baju apa? Kalau gak cocok bisa tukar seenaknya.
“Tapi kenapa harus saya, Pak? Kita, kan, gak saling kenal sebelumnya. Jadi, bagaimana mungkin kita bisa menikah tiba-tiba gini?” Aika masih tak terima.
“Kata siapa kita gak saling kenal? Saya tahu nama Kamu Aika Calya Permadi. Anak kedua dari Papa Heru Permadi dan Mama Desi Permadi. Kamu punya satu kakak laki-laki yang bernama Aaron Putra Permadi. Dan ....”
“Ck, bukan itu yang saya maksud Bapak!” Aika gemas. Makin meradang karena Pria di hadapannya ini masih menanggapi kekesalannya dengan sangat enteng. Padahal, yang mereka bahas ini bukan hal enteng!
Mereka membahas pernikahan! Kok, ya, tanggapannya gak ada greget-gregetnya sama sekali.
Dia lagi nge-prank atau bagimana, sih?
Ya, memang, sih, apa yang dia ucapkan tadi benar semua. Masalahnya, Mereka itu ....
Astaga!
Sejujurnya Aika baru bertemu cowok ini sebagai bos barunya pagi kemarin. Lalu, semalam dia mengenalnya sebagai teman kakaknya semasa kuliah dulu.
Tadi malam, pria ini menyambangi rumahnya, untuk memberikan undangan pernikahan yang katanya baru sempat dia antarkan karena sibuk. Kemudian sekarang?
Lah, kok, malah Aika yang jadi mempelai istrinya?
Duh, ya Allah.
Ini jodoh apa ekspedisi antar barang, sih? Kok, bisa express gini?
Biaya ongkirnya kira-kira berapa, ya?
Persetan dengan biaya ongkir itu! Yang jelas, Aika gak siap nikah dadakan kayak gini. Memangnya Aika tahu bulat apa? Digoreng dadakan! Menikah dengan bos sendiri lagi. Duh, apa kata teman sekantornya? Bisa heboh, deh, tempat kerjanya nanti. Bagi yang tidak suka kepada Aika, pasti semakin nyinyir. Yang suka juga pasti minta PJ tidak tanggung-tanggung. Aduh, gak ada yang enak banget, sih, pilihannya.
Lagi pula, Aika tidak kenal sama cowok ini. Jadi, bagaimana bisa tinggal bareng seumur hidup?
“Lah, ayolah!” Aika mulai lelah berdebat. “Jangan bikin hidup saya runyam, bisa gak? Hidup saya udah banyak beban, loh. Jadi, gak usah ditambahin sama permintaan konyol Bapak ini.” Aika mencoba bernegosiasi lagi.
“Pernikahan bukan hal konyol Aika.”
“Nah, itu tahu!” tukas Aika sengit.
“Maka dari itu, saya memilih kamu!”
Eh?
“Tapi kenapa harus saya? Kenapa gak salah satu teman kuliah Bapak aja? Tuh! saya lihat tadi bejibun, loh, teman Bapak yang hadir. Atau salah satu anak relasi bisnis Bapak, lah. Kenapa harus saya, sih?” Aika mencoba memberikan opsi lain pada Sang Bos.
“Saya maunya Kamu,” tegas Si Bos.
Aduh... ngotot banget, sih, Bang?
“Tapi ....”
“Sekalipun kita memang baru bertemu kemarin. Tapi, saya sudah kenal Kamu jauh sebelum kita bertemu. Entah itu dari cerita kakakmu semasa kuliah, atau cerita papamu tiap kali berkujung ke rumah untuk urusan bisnis. Karena itulah, saya memilih Kamu walaupun kita baru bertemu. Bagi saya Kamu itu pilihan yang tepat. Saya sudah tahu semua hal tentang Kamu dan keluarga Kamu. Sekali lagi saya tekankan! Bagi saya, Kamu adalah pilihan yang tepat!” Si Bos menerangkan panjang lebar. Aika dibuatnya tertegun seketika.
Astaga!
Ternyata Si Pak Bos bisa ngomong panjang lebar juga, ya? Kirain sama kayak gosip yang beredar, kalo Si Bos baru itu minim kosakata dan galak. Sekarang kenyataannya? Dia ngomong banyak guys!
“Tapi, Pak. Bapak, kan, belum tahu saya yang sebenarnya. Maksud saya, Bapak hanya tahu saya dari cerita orang lain saja, kan? Sementara kenyataannya ....”
“Bukan orang lain Aika, tapi dari keluarga Kamu sendiri. Keluarga yang bahkan sangat mengenal Kamu sejak lahir. Jadi, saya yakin informasi itu pasti valid adanya,” Si Pak Bos meralat ucapan Aika.
Allahurobbi ... harus gimana lagi ini nolaknya?!
“Tapi, Pak ....”
“No tapi-tapi, Aika. Pokoknya Kamu harus mau menikah sama saya hari ini.” Si Bos malas berdebat dengan Aika lagi.
“Loh, kok, jadi maksa?” protes Aika.
“Karena saya gak punya waktu lagi berdebat sama Kamu, Aika. Tamu undangan sudah lama menunggu, dan penghulu juga banyak acara. Jadi, kalau Kamu memang masih mau debat sama saya. Mari kita lanjutkan debatan kita setelah pernikahan.”
Apa?!
“Ya, nggak bisa gitulah, Pak! Saya, kan, masih mau debat buat nolak Bapak. Kalau debatnya dilanjut abis nikah, ya, jadi basi, dong?” Aika berujar tak terima.
“Ya, udah kalau gitu, gak usah debat lagi.” Si Bos menjawab dengan enteng.
“Tapi, ‘kan ....”
“Pokoknya Kamu tetap harus menikah sama saya hari ini, Aika. Titik! Saya gak terima bantahan lagi. Kalo Kamu masih gak mau terima. Saya akan gunakan kekuasaan saya sebagai bosmu di kantor. Menikah dengan saya hari ini, adalah perintah wajib buat Kamu, oke!” Si Bos menegaskan sebelum melenggang pergi begitu saja, meninggalkan Aika yang masih megap-megap di tempatnya.
Astaga! Bosnya otoriter banget!
Kalau sekarang aja udah otoriter kayak gini? Apa kabar hidup Aika setelah ini?
Duh, kalau kayak gini mah, masa depan Aika terancam suram. Serius deh!
Ya, Allah... culik Aika, dong
Aika gak mau nikah sama Si Bos yang punya wajah kek malaikat, tapi sifat kek setan gitu. Aika gak sanggup!
“Pak?” Aika mencoba mengejar Si Bos untuk bernegosiasi lagi.
Akan tetapi, Si Pak Bos sepertinya sengaja berpura-pura tuli, dan terus melangkah mengacuhkan Aika. membuat jiwa bar-bar Aika terpanggil seketika.
Geplak kepala bos otoriter kayak dia dosa, gak, ya?
“Tuh, ‘kan? Mamah, sih, dandannya kelamaan. Kejebak macet, ‘kan, kita? Duh, gimana bisa dateng tepat waktu kalo kayak gini?” Papa Heru mulai ngomel saat terjebak macet dalam perjalanan kondangan ke Rumah rekan bisnisnya. “Iya, ih! Duh, gak bisa nyaksiin ijab kabulnya Kairo, Abang kalo kaya gini.” Aaron pun, mulai memanasi. Membuat Mama Desi langsung cemberut tak terima. “Loh, kok, mama? Aika, tuh, yang lama!” ujar Mama Desi. Membela diri sekaligus mencari kambing hitam. “Dih, kok jadi Aika, sih?” Aika pun, tidak mau begitu saja dijadikan kambing hitam Sang Mama. “Iya, Kamu!” Mama Desi bersikeras. “Kamu dandannya kelamaan, Aika. Makanya kita jadi kena macet kayak gini!” Mama Desi pun menambahkan. Membuat Aika memutar mata dengan kesal hati mendengarnya.
“Mah, ini beneran Aika mau dikawinin hari ini?” Aika masih belum yakin. “Hus! Bukan kawin, Aika. Tapi nikah!” Mama Desi meralat dengan tegas. “Ck, apa bedanya? Sama saja kan, Mah, nanti malam juga dikawinin,” Aika mencebik. Sukses mengundang jitakan keras dari Mamanya. Aika langsung mengaduh seketika. Et, dah! Punya emak kok bar-bar banget, ya? Keturunan preman pasar kali, ye? “Astaga, Aika!” Mama Desi gemas. “Itu mulut apa pembalut miring, sih? Kok, bocor banget?
“Duh, ya Allah! Ternyata Kamu cantik juga ya, kalau sudah ditacap kayak gini? Ugh, gak sia-sia dulu mama sering mandiin Kamu bareng sama potongan kain warna-warni. Jadinya, Kamu cakep pakai apapun, Ka.” Mama Desi memuji setelah melihat tampilan Aika yang baru saja selesai di-makeup. Ya! Akhirnya, mau tak mau Aika memang menyetujui pernikahan ini. Karena, ya, gak enak juga udah bikin semua orang turun tangan bujukin dia. Si Abang bahkan sampai janjiin bakal relain motor kesayangannya buat Aika. Iman Aika goyang dombret dengarnya. Secara, Aika
“Cie ... cie ... yang udah gak jomblo lagi. Langsung nikah gitu, loh. Siap-siap dijebol deh, ntar malam.” Aaron menggoda sesaat setelah sesi sungkeman selesai. Ah, jangan tanya bagaimana prosesi sungkeman itu? Prosesi yang seharusnya penuh haru biru, berubah jadi penuh tawa. Itu gara-gara omongan Mama Desi, yang sepertinya sangat menghindari adanya tangisan di hari ini. Aika tahu pasti kalau Mama Desi memang sengaja melakukan itu. Karena apa? Coba tebak? Yang jelas bukan karena hari ini hari bahagia buat
“Ya, Mama. Mama kok tega banget sih, sama Aika,” rengek Aika manja. “Tega apa sih, Ka? Orang mama nggak ngapai-ngapain kok, dikatain tega. Emang mama sayuran buat bikin subur peranakan?” “Itu toge. Mama!” “Eh? Udah ganti, ya?” “Ck, Mama mah, ngebanyol aja. Orang Aika serius juga.” Aika mencebik dengan kesal, semakin cemberut di tempatnya. “Ya lagi kamu ada-ada
Sudah Aika duga. Berada dalam satu ruangan bersama Kairo itu memang tidak baik. Serius, deh! Soalnya, memang bosnya--eh suaminya ya, sekarang, bener-bener menggoda iman. Baik itu wajahnya, dompetnya, dan tubuhnya. Asli! Kairo ini memang setan sejati. Kenapa setan? Lah, ‘kan yang biasa goda iman itu setan. Jadi ya, bener dong kalau Aika menjuluki suaminya itu, suami setan. Soalnya emang bikin iman Aika goyah melulu dari tadi. Apalagi kalau tampilannya macam saat ini. Abis mandi dan setengah naked! Duh ... Aika gak
“Kenapa belum tidur?” Kairo bertanya saat menemukan Aika ternyata masih terjaga, sekembalinya dia dari makan malam tadi.Sudah Kairo bilang ‘kan? Dia lapar, dan baru saja kembali setelah menghabiskan makanan yang dia pesan dari salah satu restoran yang ada di hotel ini.Kairo mengira saat dia kembali, istrinya ini sudah tertidur pulas atau malah sudah ngorok keras seperti yang sering diceritakan Aaron. Ternyata, Si Aika ini malah masih melek memainkan ponsel dengan cemberut di atas tempat tidur. Bahkan, saat Kairo muncul tadi. Tuh bibir bukannya mundur, malah makin maju aja dibuatnya. Ka
Kairo mengira setelah pernyataan Aika semalam, yang membuat Kairo sukses gelagapan dan ngacir ke kaman mandi, hubungannya dengan Aika akan makin canggung. Kairo kira Aika akan sakit hati dan tersinggung, hingga berujung mogok bicara untuk waktu yang tak ditentukan.Ternyata dugaan Kairo 100% salah. Di saat bertemu Aika di pagi hari. Dia masih segeblek biasanya. Mungkin Kairo lupa kalau Aika ‘kan, bukan cewek biasa. Urat malunya udah putus, dan hatinya? Entah gadis itu masih punya atau tidak. Memang Si Aika ini kelihatannya gak terpengaruh sama sekali dengan obrolan mereka semalam.Ah ya, ngomong-ngomong soal semalam. Please