Kevan Hanindra, 25 tahun, pria miskin yang beruntung bisa menyelesaikan kuliah di universitas bergengsi kota Baubau. Dia memiliki 2 pekerjaan paruh waktu. Yaitu sebagai bodyguard anak tunggal keluarga Darwin yang memiliki sakit lemah jantung dan sebagai anak buah rentenir. Dihina dan diremehkan adalah hal biasa baginya. Namun mendadak, takdir membawanya menjadi kaya raya. *** IG: @zoyaalicia_dmitrovka
View More"Aku nggak pernah bosen sama Cia. Aku nggak punya cewek, selain dia. Karena hatiku udah tertutup buat cewek lain." Kevan mengatakan semua itu sambil emosi. Dia akan emosi setiap kali seseorang mengungkit semua hal tentang Ciara. Kevan menatap Gauche. "Kamu tau kan, Bang? Aku itu setia sama satu cewek aja," ujar Kevan menggebu-gebu. "Gimana kita bisa percaya atuh, Kang Kevan. Kalo sikap kamu ke Neng Cia teh nggak karuan gitu," celetuk Inura. "Jadi, kamu kenapa sebenernya, Van?" tanya Gauche. "Bener nggak, kata Pak Ziyad kalo kamu itu kecewa sama diri sendiri? Bener kayak gitu?" Kevan terdiam. Dia memikirkan kebodohannya karena mengambil keputusan yang salah. "Van, aku bilangin ya ...." Gauche menarik kursi agar lebih dekat dengan Kevan. "Berhenti salahin diri sendiri! Cepetan damai sama keadaan! Cia nunggu kamu." Kedua mata Kevan berkaca-kaca. Dia membayangkan Ciara sedang tersenyum padanya. "Cia butuh kamu, Van. Hibur dia! Kalo perlu ajak dia jalan-jalan." Gauche m
Saat mendengar suara pintu terbuka, Ciara segera mengakhiri panggilan telepon. Dia menoleh dan melihat Felicia masuk."Cia, kamu masih marah sama Kevan?" tanya Felicia penuh perhatian. Dia sama sekali tidak mencurigai aktivitas anaknya. "Nggak tau, Mi," jawab Ciara penuh dengan kekecewaan."Sekarang Kevan udah pergi sama orang tuanya. Kevan mau ngurusin pabriknya di kota Tango."Ciara bertambah kecewa karena Kevan tidak mau menemuinya sebelum pergi. Namun, dia tidak menunjukkan sikapnya di depan Felicia.***"Saya turut berdukacita, Tuan," ujar Omar. "Udah lama banget nggak ketemu Anda, kenapa pas ketemu gini malah bawa kabar duka?"Sebagai seseorang yang dekat dengan Kevan, sudah pasti Omar memberikan perhatiannya. Perasaan duka yang menyelimuti keluarga Darwin, tentu saja dirasakan Kevan juga. Kevan sudah sampai di pabrik K.C Tobacco bersama Ziyad dan Angga. Sekarang, dia sedang duduk di kantornya menghisap rokok sambil minum bir kaleng yang murah. "Namanya juga musibah. Siapa ya
Ciara masih belum pulih. Fisik dan psikisnya terluka. Bagaimana pun juga, kehilangan salah satu orang tua adalah mimpi buruk bagi semua anak. Bima mendorong kursi roda Ciara menuju ke kamar orang tuanya. Sedangkan Felicia dan Jasmine duduk di ruang tengah bersama Ismail dan Ruslan.Erisa dan Lily masih dirawat di rumah sakit karena luka bakar yang diderita mereka cukup serius. Awalnya Kevan berjanji akan mencarikan pengganti Erisa dan Lily. Namun dengan penuh keyakinan, Ciara memberitahu Kevan bahwa dia tidak masalah jika tidak memiliki dokter dan perawat pribadi. Sesampainya di kamar orang tuanya, Ciara berusaha berdiri dengan susah payah dari kursi roda dengan bantuan Bima. "Aku mau duduk di sudut, Bim," kata Ciara dengan suara yang serak."Iya, Non." Bima memapah Ciara ke kursi kayu di sudut ruang tidur. Mereka berjalan perlahan.Setelah duduk, Ciara tidak berkata apa-apa. Dia hanya melihat-lihat pemandangan di luar kamar dengan tatapan kosong.Suasana canggung membuat Bima tida
Keesokan pagi di Hunian Exclusive Green Lake, Baubau.Kevan terbangun dengan bertelanjang dada. Dia mencoba mengenali di mana dirinya sekarang. Jendela sudah terbuka lebar agar kamar Ciara memiliki sirkulasi udara yang baik. Meskipun waktu menunjukkan pukul 09:00 pagi, udara di kota Baubau saat ini dingin karena hujan baru saja reda.Kevan terduduk di atas ranjang dengan kepala yang berdenyut. Dia memijit pelipisnya perlahan."Ini ... kamar Cia? Kok aku bisa di kamar Cia? Tapi, Cia ke mana?"Kevan mendengar sayup-sayup suara dari luar jendela. Dia pun menoleh ke kanan dan mendapati Angga dan Ziyad sedang duduk di kursi rotan. Tidak ingin terbelenggu rasa penasarannya yang semakin memuncak, Kevan turun dari ranjang tanpa alas kaki. Dia berjalan, lalu membuka pintu samping kamar Ciara. Kevan berdiri di ambang pintu. Dia melihat Ziyad dan Angga sedang memperhatikan layar handphone milik Ziyad dengan raut wajah yang serius.Angga menyadari kehadiran Kevan. "Kamu udah bangun, Van?" Kev
Seorang gadis muda baru saja kehilangan sosok ayahnya. Dia mengira, hatinya kuat dan mampu mengatasi perasaannya. Namun ternyata, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Gadis itu adalah Ciara Darwin. Anak satu-satunya keluarga Darwin yang malang. Dengan kondisi luka di sekujur tubuh, Ciara bahkan tidak bisa melakukan aktivitas apapun. Dunia Ciara hancur seketika. Ciara duduk di kursi roda yang membawanya ke area pemakaman Sun Burst Hills. Air matanya telah mengering. Hatinya berkecamuk. Dia meremas jaketnya guna menguatkan hati dan pikiran. "Non Cia, kamu harus kuat!" Bima berseru menyemangati Nona-nya. "Aku yakin, Nona Cia kuat. Tuan Rudi pasti nggak mau wafat sia-sia kalo lihat kamu nangis terus." Ciara mendongakkan kepala menatap Bima yang berjongkok di depannya. Dia membenci Bima seketika. Acara pemakaman Rudi telah selesai. Kerabat, rekan, relasi dan para sahabat sudah pulang terlebih dahulu. "Tau apa kamu tentang perasaanku, Bim? Kamu tuh nggak ngerasain jadi
Kota Baubau, pukul 10:30 pagi.Kevan sudah tiba di rumah sakit Mitra Internasional Baubau sekitar 45 menit lalu. Dia berjalan ke ruang rawat inap Ciara bersama Angga dan Raymond. Setelah mendapatkan pertolongan pertama, kondisi Ciara dinyatakan membaik. Dia sudah menempati ruang VIP rumah sakit.Semua itu berkat pertolongan Raymond dan anak buahnya. Sebab, tidak ada seorang pun yang berani mengambil keputusan untuk keluarga Darwin."Jadi, kamu nemuin Cia lagi pingsan?"Kevan memegangi tangan Ciara yang terluka. Perasaannya sangat sedih. "Seandainya aku ikut Cia pulang ke Baubau, mungkin aja nggak akan kayak gini."Kevan menyesal. Ya, dia menyesali keputusannya yang ternyata membahayakan keluarga Darwin. Raymond berbicara, "Itu kan asumsi kamu doang, Van. Tapi, belum tentu terjadi. Lagian, siapa yang bakalan tau kalo ada musibah?"Raymond berdiri di sisi kanan Kevan. Angga di sisi kirinya.Raymond menjelaskan. "Sebelum Angga telpon, aku dan anak buah udah di TKP, Van. Begitu aku den
"Kak Kevan, tolong aku!" Suara Ciara tercekat di tenggorokan. Dia sudah lelah menangis. Dia mencoba tetap bernapas di tengah kepulan asap yang semakin tebal.Tangan kiri Ciara memegang railing balkon. Sedangkan tangan kanannya terus melambai. Suara sirene mobil pemadam kebakaran sudah terdengar. Setidaknya ada sedikit harapan untuk selamat dari tragedi kebakaran ini. Api dari dalam kamar Ciara berangsur membesar dan membakar hampir setengah balkon. Api itu berasal dari lantai satu. Ciara mulai sesak napas. "Kak Kevan, aku takut. Aku mau liat Papi dan Mami selamat. Nggak apa-apa kalo aku mati, tapi mereka jangan."Jantung Ciara mulai melemah. Dia berkeringat dan kepalanya mulai terasa berdenyut. Di saat bersamaan, cairan merah keluar dari hidung Ciara. Dia segera menyeka dengan punggung tangannya."Hmm?"Ciara melihat darah segar mulai mengalir dari hidungnya. Dia berusaha menenangkan diri.Ciara mengambil obat jantung dari saku jaket, lalu membukanya. Kedua tangan Ciara berkeringa
Semua orang di dalam ballroom Hanindra Orion Hotel tampak bahagia melihat pasangan Kevan dan Ciara memamerkan senyum. Suasana romantis yang syahdu sangat terasa. Kedua orang tua dari pihak Kevan dan Ciara menitikkan air mata."Pi, akhirnya keinginan Mami terwujud hari ini. Mami udah lama banget pingin Cia sama Kevan berdampingan kayak gini."Felicia sibuk menyeka air mata dengan tisu. Dia melihat Rudi juga menangis sambil menggenggam erat tangan sang istri. Mereka berdua baru sekali ini melihat Ciara tersenyum tanpa beban. Felicia bertanya, "Cia keliatan happy banget ya, Pi?"Rudi angguk-angguk. Di kala hari bahagia anaknya, Rudi justru belum pulih dari stroke yang dideritanya. Dia masih tidak dapat berbicara dengan baik dan berjalan dengan normal. Dia masih bergantung pada kursi rodanya."Heemm ... hemmmm...."Rudi merespon perkataan Felicia. Sang istri pun mengerti maksudnya."Nggak apa-apa, Pi. Kita berdua masih bisa liat Cia bahagia sama Kevan aja udah bersyukur. Iya kan, Pi?"Fe
14 hari kemudian.Hari ini adalah hari Sabtu ke-3 pada bulan Desember. Hujan rintik-rintik mengguyur kota Paloma. Namun, tidak menghambat acara yang sudah ditunggu-tunggu oleh semua orang. Selain hari peringatan ulang tahun Kevan yang ke-26, dia dan Ciara akan mengadakan acara pertunangan yang digelar di ballroom mewah Hanindra Orion Hotel di kota Paloma. Acara pertunangan ini dimulai pada pukul 06:00 sore dan hanya dihadiri oleh keluarga terdekat, sahabat, dan relasi bisnis saja tanpa sorot kamera. Bisa dibilang acara pertunangan Kevan dan Ciara sangat tertutup. Semua itu bukan tanpa alasan. Kevan hanya ingin menghindari hal-hal buruk yang kemungkinan akan menimpa keluarga kedua keluarga."Tuan Muda, coba liat ini!"Ziyad menyodorkan handphone kepada Kevan. Di layar handphone tertera sebuah notifikasi yang berhasil membuatnya tercengang."Paman Julian udah transfer sahamnya ke akun aku?" Kevan tersenyum penuh arti. "Itu bagus, Ziyad. Dia mencoba menunjukkan ketulusannya.""Bener,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.