Bukan Menantu Tersayang

Bukan Menantu Tersayang

By:  Ziie Kato  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
17Chapters
1.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ketika cinta mampu merubah segalanya, melumpuhkan logika. Membuat yang merasakannya merasa di atas awan tanpa berpikir suatu saat akan terjatuh. Seorang pemuda kesayangan orang tuanya, selalu menurut apapun perintahnya. menjadi pembangkang karena cinta. Hasna ialah wanita mampu merebut hati pemuda itu, Fandi. Senyum manisnya dengan lesung dipipinya meluluhkan pertahanan Fandi. Hasna yang bukan dari level mereka, apalagi seorang janda tentu bertentangan derajat keluarga besar mereka. Demi cinta, mereka menyatukannya dengan pernikahan siri tanpa diketahui oleh orang tua. Menjalin hubungan secara diam-diam bukanlah hal yang mudah. Sampai kapan mereka dapat menyembunyikannya? Dengan semua kerumitan ini mampukah Hasna bertahan sebagai menantu yang tidak pernah diinginkan?

View More
Bukan Menantu Tersayang Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
17 Chapters

Part 1 - Kegalauan Hati

"Apa! Menikah?" Fandy tersentak mendengar penuturan Hasna. "tidak!" lanjutnya lagi, sesungguhnya ia pun ingin mengiyakan namun di satu sisi kendala orang tua yang membuatnya bimbang. Hasna bergeming tak menyangka Fandy semarah itu. Bukankah ini kabar gembira? Kenapa lelaki yang mengaku mencintainya tak mau menikahi dirinya.   "Mm … maksud aku tidak sekarang. Tapi nanti,  aku janji. Kita pasti akan menikah. Aku mohon kamu bersabar,” ucap Fandy melunak. Diraihnya tangan wanita manis didepannya. "Tapi kapan? Sebenarnya paman dan bibiku sudah pernah menanyakan perihal ini. Hingga akhirnya muncul gosip itu yang menyebar kemana-kemana." Suara wanita itu parau, ia nyaris meneteskan air matanya. Hasna Safitri namanya, sejujurnya ia pun gemas dengan fitnah yang dituduhkan padanya. Ia tak tega pamannya ha
Read more

Part 2 - Meminta Restu

"Mih," sapanya menampakan senyum, tapi senyum itu surut setelah matanya bersirobok dengan seseorang yang duduk bersebelahan dengan ibunya. "Ah, kenapa ada dia,” desisnya kesal.   "Ngapain lu malam-malam disini." tanya Fandi malas kemudian menjatuhkan bobotnya disofa. Gadis yang disapanya akhir-akhir ini sering berkunjung ke rumahnya. Citra namanya, orang tuanya berniat menjodohkan mereka. Meskipun cantik, Fandi tak menaruh hati padanya. Justru ia jatuh hati pada wanita sederhana, Hasna.   "Begitukah caramu menyapa calon isterimu yang cantik ini," ucap Citra sembari mengibaskan rambutnya yang terurai. "Fandi, malam ini Citra menginap disini. Mama dan papanya sedang ke luar kota. Kasian dia sendirian di rumah." Yulia menjelaskan kedatangan Citra. 
Read more

Part 3 - Nikah Siri

"Tidak Bi, aku tidak mau dijodohkan lagi." Bi Rusti yang mendengar tolakan Hasna mendengus kesal.    "Iyalah kamu ini apa-apaan. Lihat gara-gara kamu dulu menjodohkannya. Sekarang dia menjadi janda." Bela mang Edi menghentikan acara makannya. Sarapan didepannya seakan tak mengundang selera lagi.    Hasna hanya menunduk, ia tahu bibinya mungkin tertekan karena statusnya. Meskipun bukan dia saja yang berstatus janda. Tetapi entah  selalu dia yang menjadi gunjingan warga. "Nasib punya wajah cantik," kata Erna sahabatnya ketika masih menjadi SPG. Mereka berdua memang kerap kali menceritakan kisah hidupnya masing-masing. Apalagi malam itu kedatangan Fandi yang tak disengaja membuatnya heboh. Rasanya tak adil baginya. Ia curiga pada satu nama yang memprovokasi hingga warga berke
Read more

Part 4 - Kembali ke Jakarta

"Bagaimana ini?" tanya Andre tanpa suara. Sementara sebentar lagi acara akad segera dimulai.  "Nak Fandi, ayo penghulunya sudah datang." Panggilan mang Edi membuyarkan keduanya yang sedari tadi terdiam bimbang.   "Halo, Andre!" Suara Yulia dari seberang telepon masih terdengar.  "Atur saja, jangan sampe ketahuan." Bisik Fandi nyaris tak terdengar dan berlalu meninggalkan Andre.    "I-iya, tante, aduh sinyalnya susah, halo hallo,” sahut Andre seraya mematikan ponsel sepihak dan berlalu menyusul Fandi dirinya akan menjadi saksi pernikahan sahabatnya itu.   Dirumahnya Yulia amat kesal, Fandi dan Andre sulit dihubungi. "Pengh
Read more

Part 5 - Kepanikan Pasutri

Sudah hampir larut malam Fandi belum juga pulang membuat Hasna cemas. Ponselnya juga sulit dihubungi. Ingin menyusulnya tapi kemana? Ia juga tidak tahu rumah mertuanya. Sementara itu diseberang jalan ada sepasang mata yang tengah mengawasi rumah petak mereka. "Iya, juragan. Siap!" Seru lelaki dibalik mobil jeep itu menjawab telepon bosnya dan berlalu. Juragan Sardi masih belum terima atas pernikahan Hasna dengan Fandi. Ia merasa harga dirinya di injak- injak baru kali ini ada yang menolaknya. Juragan Sardi menyuruh anak buahnya untuk mengikuti kemana Hasna pergi dan mencari tahu siapa Fandi sebenarnya. "Kau harus jadi milikku Hasna!" geramnya kemudian terkekeh sendiri. Hasna yang lelah menunggu Fandi akhirnya tertidur. Tok tok tok! 
Read more

Part 6 - Belum Siap

"Hasna!" teriak Fandi dari dalam membuat mereka yang sedang mengobrol menoleh. Hasna semakin gelisah, pandangannya menatap ke seberang jalan. Mobil SUV hitam  itu berhenti sejenak kemudian melaju kembali. Hasna menghela napas lega, ternyata seorang laki-laki keluar dari mobil itu membeli minuman di sebuah warung dan mobil kembali melaju. Ya, jelas dia bukan ibu mertuanya. "Neng, ibu pulang dulu ya.""Saya juga, itu suamimu sudah manggil." Rima dan bu haji  undur diri, mereka merasa tak enak karena panggilan Fandi tadi. Keduanya pun segera berlalu. Begitu pun Hasna gegas ia masuk menemui panggilan suaminya. Baru saja Hasna masuk dan menutup pintu, Fandi langsung menyerbunya, memeluk erat wanita itu. "Ada apa, bang?" Dahi Hasna berkerut dalam di
Read more

Part 7 - Menjaga Rahasia

Banyak pertanyaan dalam benak Hasna. Bukankah malam pertama menjadi keinginan setiap lelaki. Sebaliknya menjadi momok menakutkan bagi wanita. Namun ada apa dengan suaminya kini, apakah ia yang terlalu agresif? Tapi bukankah suaminya juga menginginkan? Ataukah lelaki disampingnya itu punya masalah kesehatan? Hasna menggelengkan kepala mencoba berpikir positif. 'Ini pasti yang pertama baginya, ah.. dasar anak manja. Sepolos itukah kamu. Belum rela melepas keperjakaannya.' Batin Hasna seraya mengulum senyum. Malam itu mereka habiskan dengan tidur saling membelakangi.Sementara itu, Yulia nampak kecewa apartemen itu kosong tidak ada Fandi disana. Ditelepon pun putranya tak memberi tahu kediamannya sekarang ini. Yulia sengaja menemui Fandi karena ada maksud tertentu. Ia ingin memberikan kartu kredit baru untuk putranya. Ia tahu Surya telah memblokir kartu kredit Fandi beserta menghentikan transferan uang jajan
Read more

Part 8 - Kecurigaan Surya

"Benarkah begitu, apa disana terjadi sesuatu dengan Fandi?" cecar Surya.  Deg.. Bagaimana ini? Andre bagai makan buah simalakama, apa yang harus dikatakan? "Eehh … em …" Andre menjawab gugup sembari berpikir apa yang harus di katakannya. Kedua tangan dan kakinya terasa dingin. "Hallo, Andre!" bentak Surya dari seberang telepon membuat Andre semakin gemetar. "Ti-tidak ada apa-apa, Om. Kami baik-baik saja. Maksud Om terjadi sesuatu bagaimana?" tanya Andre pura-pura.  "Baiklah jika begitu. Om, percaya sama kamu. Aku hanya berharap jangan ada yang kau tutupi dari kami. Apapun perbuatan Fandi di luar sana yang menurutmu kurang pantas, bicarakanlah dengan kami. Fandi akhir-akhir ini sulit di atur. Om, sangat percaya
Read more

Part 9 - Tempat Tinggal Baru

"Siapa mereka?" Hasna mencoba mengingat-ngingat dua orang itu. Sepertinya ia mengenal kedua orang itu. Namun tidak terlalu jelas, wajah mereka tertutup helm rapat, ia hanya merasa mengenalnya dari postur tubuh mereka. Salah satu dari mereka berbadan besar dan satunya lagi kurus tinggi dan keduanya memakai jaket hitam dan bercelana jeans sobek bagian lutut. Segera ditepisnya pikiran negatifnya itu. "Ah, mungkin saja orang sini, tapi kenapa berbadan besar itu sepertinya menunjuk-nunjuk Fandi dan kemudian mengikutinya? dan sudah sejak subuh motor mereka juga sudah ada diujung jalan."Hasna hanya berdo'a, semoga tidak terjadi apa-apa dengan suaminya. Setelah beberapa menit, Fandi sampai ditempat yang sudah dijanjikan oleh Andre. Cafe tempat biaaa mereka nongkrong, tidak jauh dari kantor Andre. Pemuda itu segera menuju meja dimana seorang pemuda duduk seorang
Read more

Part 10 - Ketika Hasna Pergi

"Aku pengennya sekarang, obat lelah biar tidur kita tambah nyenyak." Fandi mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum seraya membuka pakaiannya. Hasna hanya pasrah apa yang akan dilakukan suaminya."Paling juga gagal lagi, lelaki itu hanya bisa mendekatinya saja. Tidak berani mencampurinya," batin Hasna, maka ia membiarkan tangan suaminya berkelana kemana-mana dan mencium setiap inci tubuh indah miliknya. Hasna mulai mendesah menikmati, tapi tiba-tiba Fandi terbangun dan berlalu ke dapur. Hasna hanya tersenyum melihat tingkah suaminya. Ia sudah tahu lelaki itu pasti belum berani melakukannya.Sementara Fandi di dapur membuat teh hangat untuk Hasna. "Ma'afkan aku, sayang," ucapnya lirih seraya mengeluarkan satu butir pil dari plastik kecil dan mencampurinya ke dalam teh hangat yang akan ia berikan untuk sang ist
Read more
DMCA.com Protection Status