Emma yang baru saja kehilangan ibunya dan hidup sebatang kara datang ke kota untuk mengadu nasib. Sialnya dia bertemu dengan Oliver mantan kekasih yang sudah mengkhianatinya. Emma yang tidak ingin kehilangan muka di depan Oliver, tanpa berpikir panjang menarik Ethan, pria asing yang sedang lewat di hadapannya dan berpura-pura menjadi kekasihnya.
View MoreSemua orang menatap pria yang baru datang itu. Seorang pria yang usianya jauh di atas mereka semua dan itu terlihat dari penampilannya. Pria itu tertawa lebar dengan wajah yang sama sekali tidak enak dilihat."Sayang, kau sudah datang," panggil Casey sambil berdiri lalu berjalan cepat menghampiri pria itu."Meskipun kaya, aku tidak akan mau punya kekasih seperti itu," bisik Alice sambil tertawa kecil."Hush," balas Emma sambil mencubit pelan paha Alice.Sebenarnya dia juga ingin tertawa, bukan menertawakan kekasih Casey, tapi menertawakan dirinya sendiri. Meskipun tidak tampan dan muda, tapi Casey masih memiliki seseorang untuk dia andalkan. Sementara Emma hanya bisa diam, menelan semua ejekan teman-temannya."Sayang, jadikan kau membayar setengah dari semua pesanan makanan kami?" tanya Casey manja sambil menggenggam erat tangan kekasihnya."Tentu saja, silakan pesan saja yang kalian mau," ucap pria itu sambil menatap Casey dengan penuh cinta."Dia hanya membayar setengah saja sombong
"Siapa mereka?" tanya Lea yang sudah muncul dihadapan Ethan."Bukan urusanmu. Pulanglah! Aku harus bekerja," perintah Ethan lalu segera meninggalkan Lea dan pergi menemui ayahnya.Lea menatap Ethan yang terburu-buru masuk ke dalam gedung Atlantis. Lalu dia mengalihkan pandangannya keluar dan melihat Emma dan Dods yang baru saja masuk ke dalam mobil."Siapa Emma?" guman Lea lalu segera berlalu.***"Ada apa denganmu? Kata Dods kau kesakitan hingga menangis?" tanya Hazel begitu tiba di rumah sepulang kerja.Alice yang juga baru tiba di rumah langsung mendekati Emma dan memeriksa tubuhnya."Ada apa Emma?" tanya Alice lembut."Aku tidak apa-apa.""Jangan berbohong, lalu kenapa kau sampai menangis?" tanya Hazel lagi."Aku ... aku bertemu dengan seseorang yang membuatku sedih," jawab Emma jujur."Siapa si brengsek Oliver dan kekasihnya itu lagi? Besok di reuni kita. Aku akan menghajar dan merobek-robek tubuh pria itu!" maki Alice, membuat Hazel terkejut sampai matanya membesar dan mulutnya
Emma segera berlari kembali ke ruang pertemuan. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Dadanya terasa nyeri tapi bukan karena penyakit. Matanya terasa panas, tapi dia harus menahannya.Emma berdeham membersihkan tenggorokannya sebelum dengan hati-hati masuk lagi ke dalam ruang pertemuan. Emma duduk perlahan di samping Dods, tanpa melirik pria itu. Dia mulai membuka-buka lembaran buku penjelasan presentasi yang ada di hadapannya, mencoba mengalihkan perasaan yang tidak asing ini.Ini adalah perasaan patah hati dan Emma tahu itu. Dia pernah mengalaminya ketika Oliver meninggalkannya dan tidak menyangka akan merasakannya lagi."Halaman 12," bisik Dods yang melihat Emma terus membolak-balik buku itu dengan gelisah."Baik, terima kasih," jawab Emma ikut berbisik lalu membuka halaman yang diberitahu Dods.Emma berusaha mendengarkan perkataan Jonatahan Navarro, tapi semakin lama dia malah semakin tersiksa."Apakah aku boleh pulang duluan? Aku merasa tidak enak badan," bisik Emma yang semak
"Apa yang dia lakukan? Mengapa dia mengirimkan pesan di jam seperti ini? Apa dia sudah gila?" ucap Emma sambil berdiri dan berjalan mondar-mandir.Emma menyesali kata-kata yang dia keluarkan tadi hanya karena putus asa. Dia segera naik ke tempat tidur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, lalu memaksa dirinya untuk memejamkan mata.Ethan menatap semua dokumen yang sudah dia selesaikan selama berjam-jam. Punggungnya sakit dan tangannya pegal, tapi yang lebih mengesalkan adalah perasaannya yang masih belum tenang. Entah mengapa kehadiran Lea masih mengganggunya, apalagi kini wanita itu sangat diterima oleh keluarganya.Ethan bersandar ke kursinya dan menatap ke langit-langit dan berguman dengan lirih."Andai ini terjadi 10 tahun yang lalu. Saat aku masih sangat mencintaimu dan tidak sanggup hidup tanpamu. Andai saat itu kau memilihku dan bukan karirmu."Ethan menghela napas panjang. Sudah bertahun-tahun dia melupakan perasaannya terhadap Lea. Bahkan melihatnya setiap hari, karena
"Kakek, selamat ulang tahun," sapa Ethan lalu mencium kedua pipi kakeknya. Dia mengacuhkan Lea, seakan-akan gadis itu tidak ada disana. Lea hanya tersenyum melihat tingkah Ethan yang jelas-jelas menghindarinya."Terima kasih Ethan. Apakah kau mengenal Nona Lea? Dia memiliki suara yang sangat indah, nanti kita harus mendengarnya bersama-sama," ucap sang kakek sambil menepuk-nepuk tangan Ethan.Ethan hanya mengangguk, tanpa mengatakan apapun atau menatap Lea."Ethan, kau sudah datang?" seru Vivi Lucero segera memeluk putranya dengan senang."Aku baru saja tiba," jawab Ethan"Ayah, apa kau sudah tahu kalau aku sedang menjodohkan Ethan dengan Lea?" tanya Vivi Lucero kepada ayahnya sambil menarik tangan Ethan dan Lea."Mama!" bentak Ethan pelan."Benarkah? Aku sangat senang. Ethan kau beruntung kalau Nona Lea setuju untuk dijodohkan denganmu," ucap kakek Ethan sambil tertawa dan bertepuk tangan. "Tentu saja saya setuju Tuan Lucero," sahut Lea dengan suara manja membuat tawa Lucero tua se
"Tuan Dods," seru Hazel dan Emma bersamaan."Aku memang masih harus beristirahat, tapi aku kedatangan temanku yang sangat membutuhkan bantuan. Jadi aku keluar untuk membantunya," jawab Emma gugup."Bantuan apa yang harus kau berikan di toko furnitur?" tanya Dods sambil mengernyitkan dahi."Ceritanya panjang. Maaf Tuan, tapi kami harus segera pergi sekarang," jawab Emma lalu segera menarik lengan Alice dan keluar dengan terburu-buru. Hazel segera mengikuti Emma tanpa menatap Dods.Mereka bertiga segera masuk ke dalam taksi kosong yang sedang berhenti di depan toko, lalu segera meminta supir taksi itu untuk menjalankan taksinya.Hazel dan Emma langsung membuang napas dengan keras, membuat Alice bingung."Bagaimana dia bisa tahu kalau kita kesana? Apa dia mengikuti kita? Wah, pria itu benar-benar menakutkan!" seru Hazel dengan tidak percaya.Mereka bertiga segera pulang dan memutuskan untuk memesan makanan pesan antar, karena khawatir Dods akan mengikuti mereka.***Alice dan Hazel sibuk
"Apa maksudmu?" tanya Emma mengernyitkan dahi."Sebenarnya aku sudah mencoba mengacuhkan kecurigaanku, tapi gelagatnya malah membuatku semakin yakin dengan kecurigaanku.""Kenapa kau curiga?" Emma menarik tangan Hazel agar gadis itu duduk di sampingnya."Semalam ketika kita sedang bernyanyi, aku tidak sengaja melihat Dods mengaduk-aduk minumanmu. Bukankah itu mencurigakan?""Memangnya kenapa kalau dia mengaduk minumanku?" tanya Emma yang merasa Hazel agak berlebihan."Untuk apa dia melakukannya? Aku yakin dialah yang memasukkan alkohol ke dalam minumanmu. Dia pasti merencanakan sesuatu yang buruk terhadapmu.""Hazel, apa kau yakin dengan tuduhanmu ini? Kau tahu kalau itu bisa saja menjadi fitnah?" Emma menatap Hazel dengan mata membesar."Tentu saja aku tidak seratus persen yakin. Tapi bukankah lebih baik untuk berhati-hati?" tanya Hazel mencoba meyakinkan Emma."Aku ...." Emma tidak ingin terpengaruh dengan tuduhan Hazel, tapi keraguan terhadap Dods mulai muncul di dalam hatinya."
"Apa? Kau sedang bercanda bukan?" tanya Hazel dengan wajah panik."Tidak, namanya Ethan Logan Navarro, putra dari pemilik Atlantis Grup," jawab Emma meyakinkan Hazel."Aku pasti sudah gila! Aku memanggil namanya dengan santai, bahkan menyebut dia pembohong! Aku sudah tamat! Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?" teriak Hazel yang menyesali semua tindakannya kepada Ethan. Dia mengacak-acak rambutnya karena tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja dia dengar."Karena kau sudah keterlaluan. Kau bahkan tidak mengenalnya, tapi kau terus-terusan menghinanya.""Emma! Kau benar-benar sudah mendorongku ke jurang! Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Hazel hampir menangis."Tidak usah melakukan apa-apa, berpura-pura saja tidak tahu kalau dia adalah putra mahkota Atantis Grup. Dan ingat, jangan memberitahu siapapun!" jawab Emma santai."Kau benar-benar gila!" maki Hazel dengan bibir bergetar. Emma tertawa melihat kepanikan Hazel."Jadi, apa kalian benar-benar berpacaran?"Hazel men
Mereka tiba di depan gedung karaoke, ketika Emma tiba-tiba pingsan."Emma!" teriak Hazel lalu segera berlari ke arah Emma."Kau masuklah! Aku akan mengurusnya!" bentak Dods yang kesal karena Hazel terus saja menempel pada Emma."Aku yang akan mengurusnya."Tiba-tiba Ethan muncul dengan setelan jas, karena dia melarikan diri dari rapat untuk mencari tahu keberadaan Emma.Ethan segera mendorong Dods dan membopong Emma yang sudah tidak sadarkan diri."Siapa kau berani-beraninya membawa Emma?" teriak Dods marah."Aku kekasihnya!" jawab Ethan singkat dengan suara gelap dan berwibawa lalu segera membalikkan tubuhnya dan berjalan ke mobilnya."Ethan, bolehkah aku juga ikut? Aku khawatir dengan Emma," ucap Hazel memohon."Masuklah," jawab Ethan santai.Sementara Dods masih berdiri mematung, dia mengepalkan tangannya dengan kuat hingga memutih. Kali ini dia marah, benar-benar marah.***"Apa yang terjadi? Berapa banyak alkohol yang dia konsumsi?" tanya Ethan pada Hazel saat menunggu Emma diper
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.