Setelah sepuluh tahun berpisah dari keluarganya, Marco Asmara kembali pulang. Tapi kepulangannya justru merupakan awal petaka bagi dirinya. Sepuluh tahun ternyata cukup untuk mengubah sosok gadis kecil manja yang dulu disayanginya, menjadi seorang remaja yang sangat cantik. Cassandra Armeta tidak pernah melupakan sosok Om Marco dalam hidupnya. Ia selalu menantikan kedatangan Marco kembali. Baginya Marco Asmara adalah cinta pertama dalam hidupnya. Demikian pula sebaliknya. Marco tetap menjaga kewarasannya dengan tidak menanggapi godaan dari Cassandra. Ia menolak dan berusaha menjauh dari keponakannya itu. Ia terus menyakiti Cassandra dengan agar keponakannya itu membencinya. Sebuah kisah cinta terlarang yang tak seharusnya terjadi. Mungkinkah cinta mereka akan bersatu?
View More“Maksud kamu, Cassandra?” tegas Marco. “Cassandra. Ternyata itu namanya,” balas wanita itu sembari tertawa. “Lucu sekali.”Sepasang mata cantiknya menatap bagian vital Marco. Bagian yang terbalut dalam celana bahan itu seakan membuatnya terobsesi untuk memilikinya. “Jangan ikut campur urusanku, Nia!” Marco menatap tajam wanita yang berdiri di depannya. “Aku sudah memperingatkanmu.” Wanita itu memamerkan senyumnya yang indah. Sesaat kemudian ia berbalik, ketika terdengar suara seseorang memanggil namanya. “Ternyata kamu sudah sampai.” Rexy melingkarkan tangannya ke pinggang wanita itu. “Duduklah!” Dengan tenangnya, wanita itu menarik kursi dan duduk di antara kedua lelaki yang saling berhadapan itu. Marco membelalakkan matanya pada kawannya. Hatinya bertanya-tanya tentang hal yang direncanakan oleh Rexy.Rexy tersenyum lebar, memamerkan satu giginya yang gingsul. Kegelisahan yang sebelumnya terlihat jelas di wajahnya, kini sama sekali tak terlihat. “Reana tak akan mau menceraika
Marco terkejut ketika tiba-tiba saja sepasang tangan melingkar di pinggangnya. Lelaki itu berjingkat, namun ia segera mengenali seseorang yang sedang memeluknya dari belakang itu. Lelaki itu diam tak bergeming, sekalipun handuk yang tadinya melingkar di pinggangnya itu melorot turun terlepas dari tautannya. Kepala yang menempel di punggungnya dan aroma yang menguar, membuatnya langsung mengenali seseorang yang telah mengejutkannya itu. “Kenapa aku harus lahir di keluarga ini? Kenapa aku harus memikul tanggung jawab ini?” Terdengar keluh dari bibir perempuan itu. “Aku cuma ingin menikmati kehidupanku. Merasakan kebahagiaan seperti pasangan lainnya denganmu.”Marco meremas tangan kekasihnya. “Aku bahagia, asal ada kamu di sisiku. Sebenarnya aku bahkan menyesal telah menyia-nyiakan waktu selama sepuluh tahun itu. Sebuah perjalanan yang sia-sia, hanya karena menuruti emosiku.”Cassandra merasakan sebuah sindiran dalam kalimat itu. Ia melepaskan pelukannya dari pinggang Marco. Dibiarkann
Irfan mengangkat tangan kanannya. Hampir saja tangan itu menampar wajah putrinya jika saja ia tak mampu mengendalikan emosinya. Selama dua puluh tahun ia mengabdikan diri sebagai menantu di keluarga itu, tak ada sedikit pun niat untuk menghabiskan harta yang bukan miliknya. Bahkan ia menggunakan hasil keringatnya sendiri untuk menopang biaya pendidikan Marco, adik sekaligus satu-satunya keluarganya yang tersisa.Hatinya terasa sakit saat Cassandra yang telah ia besarkan, bahkan diakuinya sebagai putri, telah menuduhnya dengan sekejam itu. Irfan tidak akan berbuat seperti kakek Cassandra. Ia tidak akan membiarkan putrinya menikahi pria yang tidak dicintainya. Ia bahkan sudah melepaskan Sophie Laurent yang dipercayakan padanya kembali pada satu-satunya ahli waris sesungguhnya. Tapi bagaimana mungkin ia rela membiarkan Cassandra menghancurkan satu-satunya warisan yang dimilikinya hanya karena emosi jiwa mudanya. Irfan memegang dadanya dan mulai menarik napas dalam-dalam. Irama jantung
“Kami tidak berhasil menemukannya,” ucap lelaki bertubuh kekar itu. “Maaf. Dia berhasil keluar dari rumah ini saat pengejaran kami.”“Aaah!” teriak Marco dengan gusar. “Bagaimana bisa perempuan bunting itu memperdaya kalian semua.” Marco berbalik meninggalkan para penjaga rumah barunya. Jemarinya dengan lincah bergerak di atas layar ponselnya. Ia menghubungi seseorang melalui ponselnya. ***Selang beberapa saat kemudian, beberapa orang polisi datang. Mereka mengamati batu berukuran medium itu dan mengambil beberapa foto sebagai barang bukti. “Dia sudah berhasil kami tangkap,” ucap salah satu abdi negara itu. “Akan sulit baginya untuk mengelak dari tuntutan yang nantinya diberikan. Semua bukti-bukti terlalu kuat bahkan jika ia mengelak dari perbuatannya.” “Syukurlah. Sebenarnya yang kami berdua inginkan hanyalah kedamaian.” Marco memeluk Cassandra yang berdiri di sampingnya. “Seandainya saja dia tidak sampai membahayakan nyawa istriku, aku tidak akan pernah bertindak sejauh ini, P
Suara keras itu tak urung membuat keduanya terkejut. Suara yang lebih mirip benda berat yang jatuh itu, seakan menggiring pikiran mereka bahwa ada seseorang selain mereka di tempat itu. Cassandra segera meraih kemeja Marco yang ada di dekatnya. Dikenakannya kemeja yang kini terlihat seperti dress oversize di tubuhnya. Marco mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Ia tidak mau ada seseorang yang mengusik kekasihnya kembali. “Kamu yakin, tidak ada orang selain kita di sekitar sini?” tanya Cassandra tak percaya. “Seharusnya,” sahut Marco tanpa melepaskan pandangannya ke tempat asal suara. Sesaat kemudian, lelaki itu bernapas lega. Dilihatnya buah kelapa di atas tanah. “Itu hanya kelapa yang jatuh. Tidak ada yang perlu kita takutkan, Sayang,” ucap Marco. Lelaki itu mengusap rambut Cassandra. Jemarinya mempermainkan anak rambut kekasihnya dan menyelipkannya di belakang daun telinganya. “Aku … tidak nyaman,” tolak Cassandra. “Kita ke dalam saja. Aku tidak ingin bercinta denganmu d
“Sandra,” lirih Marco. Tentu saja lelaki itu tidak bisa memahami rasa kehilangan yang dirasakan oleh istrinya. “Maaf. Maafkan aku. Semua ini salahku.”Cassandra memejamkan matanya, membiarkan sebutir air mata melorot turun dari sudut matanya. Ia menarik sudut bibirnya untuk memaksakan sebuah senyuman. “Tentu saja, kita bisa melalui semua ini,” ucapnya dengan perasaan tak karuan. Ia mendengar percakapan Marco dengan dokter Mitha. Dari percakapan itu, Cassandra juga tak bisa menyangkal bahwa kejadian ini bukan hanya kesalahan Marco, tetapi juga kesalahannya. Ia tidak dapat menahan diri dan terbakar oleh gairahnya. Sebuah kebodohan yang berujung sesal. Namun nasi sudah menjadi bubur. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya. “Sandra, jangan nangis lagi, ya,” pinta Marco. “Sepertinya Tuhan sangat menyayangi dia, lebih daripada kita.” “Maafkan aku, dia pergi karena aku bukan ibu yang baik,” lirih Cassandra. Tiba-tiba suara dehem terdengar menyela pembicaraan mereka. Wanita berjas putih it
Suara teriakan itu justru membuat Marco merasa semakin bergairah. Ia merasa kekasihnya telah mendahuluinya mencapai puncaknya. Lelaki itu memeluk tubuh Cassandra. Napasnya terengah dan tubuhnya terasa lemas setelah semua hasratnya berhasil ditumpahkannya. “Sayang, apa kamu menyukainya?” Cassandra menggigit bibirnya sendiri, menahan nyeri di perut bagian bawahnya. Ia tak menjawab pertanyaan itu, tapi hanya berdiri dan melangkah menuju kamar mandi. Dibasuhnya bagian intinya dan memakai pakaian dalam baru yang sengaja di simpannya. Ia merasa cukup heran dengan yang dirasakannya kali ini. Bukan hanya nyeri, tapi perutnya juga terasa kaku.Ia mendekati wastafel dan menatap wajahnya sendiri di dalam cermin. “Semua akan baik-baik saja,” ucapnya meyakinkan dirinya sendiri. Hari berjalan seperti biasa. Normal dan terasa membosankan bagi keduanya. Kesibukan yang sama di setiap harinya. Meeting team marketing, diskusi tentang pasokan dan sistem distribusinya, bertemu klien, menandatangani l
“Apa mereka sudah berhasil menangkapnya?” tanya Cassandra penuh harap. Marco menggelengkan kepalanya. Ia dapat melihat raut kekecewaan di wajah Cassandra. “Mereka melihatnya berkeliaran di sekitar perumahan ini,” sahutnya. “Sebaiknya kamu tidak keluar sendirian. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Apalagi … dengan bayi kita di dalam sana.” “Baiklah. Aku akan terus menempel denganmu, seperti permen karet.” Cassandra tersenyum, seolah sengaja membuat Marco tenang. Cassandra melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Marco. Ia berjinjit dan mengecup lembut bibir suaminya. “Semua akan baik-baik saja selama kita bersama, bukan?” *** “Rumah di atas bukit itu?” ulang Cassandra dengan wajah sumringah. “Jadi … kita berhasil mendapatkan rumah itu?” Marco menganggukkan kepalanya. “Tentu saja tidak mudah. Russel Kurt akhirnya mau menjual rumah itu setelah aku mengiming-iminginya dengan ikatan kerja sama perusahaan kita.” Cassandra tersenyum lebar. “Setiap melewati rumah
Benda mungil itu terlihat tak asing di mata Marco. Munafik namanya jika ia tidak langsung mengenali benda dengan dua garis merah tebal di tangan kekasihnya. Senyumannya langsung merekah saat mengetahui kejutan manis kekasihnya itu. Tak ada lagi rasa cemas yang dulu selalu meliputi hatinya, saat hubungan di antara mereka diliputi dengan perasaan takut dan bersalah.“Bayi kita?” ucapnya tak percaya. “Aku akan menjadi bapak?”Cassandra menganggukkan kepalanya. Hatinya benar-benar tersentuh ketika melihat lelaki yang dicintainya meraih benda mungil itu dari tangannya dan menatapnya tak berkedip. Ia menimangnya seolah benda itu sesuatu yang sangat berharga.“Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?” keluhnya. “Perutku akan semakin membesar dan orang-orang akan kembali mempergunjingkan aku.”“Mari kita urus pernikahan kita sekarang,” sahutnya. “Sekarang?” ulang Cassandra. Ia tak menduga Marco akan langsung mengambil sikap seperti ini. “Tapi … semuanya butuh persiapan.” “Kita sahkan saja
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.