Karena paksaan ibu angkatnya, Adinda terpaksa menjadi istri Dimas yang merupakan ayah dari sahabatnya. Parahnya, Dimas yang selama ini dipuja semua orang ... begitu angkuh luar biasa! Haruskah gadis itu memberikan "kejutan"?
View MoreBeberapa bulan kemudian.... Ponsel Kiara berdering tampak nama Moza di sana, setelah sekian lama tidak bertemu akhirnya kini kembali menghubungi. "Halo," jawab Kiara. "Kamu di mana, aku udah lahiran," kata Moza dari seberang sana. Kiara pun seketika tersenyum mendengar kabar bahagia ini. "Benarkah?" tanya Kiara lagi. "Iya, aku udah dibawa pulang." "Aku ke sana, tunggu aku ya," kata Kiara penuh semangat. Ah, Kiara sungguh bahagia mengetahui bahwa Moza telah melahirkan bayi. Dia yakin sekali bayi itu sangat lucu dan menggemaskan. "Sepertinya kamu bahagia sekali?" tanya Diana yang melihat putrinya tersenyum entah apa sebabnya. Kiara pun kini menoleh pada ibunya, "Iya, Bu, soalnya Moza udah lahiran, Ibu tau Moza kan? Temen ataupun anak tiri Dinda?" tanya Kiara menjelaskan. Karena jika tentang Dinda ibunya sudah tau banyak. "Iya, Ibu tau dia. Anaknya cowok atau cewek?" "Nggak tau sih, Bu. Sangking bahagianya Kiara lupa tanya. Tapi dia pernah bilang cewek waktu h
Hari-hari berlalu begitu terasa sulit, karena rasa rindu yang semakin menjadi-jadi. Yang menjadi pertanyaan besar bagi Kiara saat ini adalah; mengapa ada rindu jika memang tak ada cinta. Mengapa bisa sesulit ini melanjutkan hidupnya tanpa Chandra. Bukankah seharusnya tidak perlu demikian, bahkan Kiara pun seharusnya merasa bahagia karena lepas dari Chandra. Tapi kenyataannya apa? Terluka, tersiksa dan ini terlalu banyak membuang waktu dan air mata entah sampai kapan. Hingga akhirnya Kiara pun mengetahui bahwa dirinya positif hamil. Rasa sesak didada kian semakin menjadi-jadi. Ucapannya beberapa hari yang lalu pernah berpikir akan menggugurkan kandungannya jika ternyata positif hamil kini berubah. Kenyataannya Kiara tidak tega untuk membunuh darah dagingnya sendiri. Tapi bagaimana kedepannya, mampukah Kiara hamil dan membesarkan anak tanpa seorang suami. Kiara pun perlahan mengambil ponselnya dan dia akan memberitahukan Chandra tentang kehamilannya. Tanpa ingin
Chandra pun segera pergi, dia mengikuti Kiara hanya ingin memastikan bahwa Kiara telah sampai di rumah kedua orang tuanya dengan baik. Meskipun sebenarnya dirinya juga ingin memastikan bahwa keadaan Kiara baik-baik saja setelah sempat melihat tidak sadarkan diri. Tapi Chandra juga harus menguatkan hati menerima kenyataan bahwa Kiara bukan lagi miliknya. Meskipun sulit tapi itulah kenyataannya yang tidak mungkin bisa ditepis olehnya. *** "Kiara, bangun," Diana pun terus saja mengguncang tubuh Kiara dan mengoleskan minyak kayu putih agar Kiara segera sadarkan diri. Hingga akhirnya Kiara pun membuka matanya dan menatap wajah ibunya. "Syukurlah kalau kamu sudah sadarkan diri," Diana tersenyum lega. Saat itu Kiara pun duduk dan meminta mineral, setelah meneguknya dia pun merasa lebih baik. "Kenapa kamu kembali?" tanya Diana penasaran. Sebab baru saja Kiara pergi karena memilih untuk hidup bersama dengan Chandra. Tetapi kini telah kembali lagi. "Kiara udah cerai sama
Kiara menahan air matanya yang kini hampir tumpah karena bingung harus bagaimana. Bercerai dengan Chandra artinya menjadi janda. Janda tanpa status yang jelas karena mereka hanya menikah siri. Belum lagi kemungkinan besar dia sedang hamil. Bagaimana nantinya? Tapi Kiara juga melihat tidak ada keseriusan yang ditujukan oleh Chandra dalam mempertahankan dirinya. Apakah Chandra menyesal menikahinya? "Baiklah, aku pergi saja," kata Kiara dengan suara yang hampir tak terdengar. Chandra pun mematung dengan mata yang memerah mendengar jawaban Kiara. Ada rasa sesak yang begitu luar biasa, tapi Chandra juga sadar jika dirinya tidak ingin egois lagi dalam memutuskan segala sesuatunya. Kiara juga berhak menentukan pilihannya sendiri. Lagi pula Chandra tau Kiara tak pernah mencintainya, dia hanya merasa bersyukur karena mendapatkan pertolongan.Jadi jika pun mempertahankan pernikahannya tentunya hanya menyakiti Kiara.Bukankah Chandra terlalu egois?Tentu, jadi semua keputus
"Tidak bisakah kita menjadi keluarga," tanya Chandra. Chandra yang dari tadi hanya diam saja menyaksikan serta mendengarkan kini tampak mulai bersuara. Sedangkan Kiara menatap wajah kedua orang tuanya bergantian. Menunggu reaksi kedua orang tuanya seperti apa atas pertanyaan Chandra. "TIDAK!" tegas Farhan. Deg! Rasanya sangat mengejutkan bagi Kiara karena harus memilih antara orang tua atau suami. Kiara mungkin sadar jika dirinya belum mencintai Chandra. Tapi juga juga tidak dapat menutup mata bahwa Chandra begitu banyak menolongnya. Rasanya tak perlu lagi untuk dijabarkan satu-persatu. Karena semuanya sudah jelas tertulis diingatan Kiara. Yang paling membekas adalah ibunya bisa sembuh karena Chandra yang mengirimkannya ke luar negeri untuk berobat. Tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. "Kamu tidak perlu menjawab sekarang, kamu bisa memikirkan lagi sampai kapan pun kamu mau." "Kembalilah ke rumah ini jika kamu sudah yakin menceraikan dia," tambah Farhan.
Kiara yang berbaring di ranjang pun melihat ke arah pintu yang masih tertutup rapat. Dia kesal bukan main karena Chandra tak juga menyusulnya masuk ke dalam kamar. Padahal Kiara sangat berharga Chandra segera masuk ke dalam kamar dan berbicara dengannya. Mengerti dengan kekesalannya karena pulang dan pergi tanpa pamitan. Hingga 30 menit pun berlalu tapi Kiara yang masih menunggu tak juga melihat Chandra muncul. Hingga kekesalannya semakin membuncah, bersamaan dengan itu suara ponselnya pun terdengar. Kini fokusnya pun teralihkan oleh suara ponselnya. Segera meraihnya, meskipun dengan rasa tidak bersemangat. Namun, mata Kiara tiba-tiba melebar sempurna setelah membaca nama yang tertera di sana. "Ibu?" Kiara pun mengucek matanya hingga beberapa kali. Barangkali karena tengah kurang enak badan bercampur kerinduan terhadap kedua orang tuanya membuatnya jadi salah membaca. Tapi tidak, Kiara sudah yakin bahwa yang menghubungi dirinya adalah Ibunya. Ini adalah hal yan
"Kok pusing ya?" gumam Kiara yang kini masih berada di dalam kamar mandi setelah memuntahkan isi perutnya. Kemudian dia pun mencuci wajahnya agar membuatnya sedikit lebih baik. Setelah merasa lebih baik dia pun keluar dan kembali menemui Chandra. Tapi Kiara tidak melihat keberadaan Chandra di tempat sebelumnya. "Mas?" panggil Kiara sambil terus mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Chandra. Namun, tidak ada jawaban sama sekali, "Kemana ya? Perasaan tadi di sini, apa iya udah pulang tapi udah pergi lagi," gumam Kiara. Kiara mengingat sebelum pergi ke kamar mandi yang letaknya di dalam kamar Chandra sempat menanyakan kepadanya 'apakah sudah makan?' . Dan saat ini Kiara ingin mengatakan bahwa dia belum makan, bahkan Kiara tidak sanggup memasak karena seharian ini merasa lelah dan mual. Tapi Chandra malah tidak terlihat. "Kok baru pulang udah pergi lagi sih? Nggak pamitan lagi," gumam Kiara kesal. Akhirnya memilih untuk segera kembali ke kamar dan tidur. Sepert
Beberapa hari ini Kiara hanya diam kecuali jika Chandra mengajaknya berbicara. Itu pun hanya sekedar saja. Rasanya bibir Kiara begitu berat untuk terbuka, sehingga dia lebih memilih untuk diam saja. Karena merasa bersalah akhirnya Chandra pun pergi menemui kedua orang tua Kiara dan menjelaskan semuanya. Menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat itu hingga akhirnya menikah dengan Kiara. Tapi masih seperti beberapa hari yang lalu, Chandra tidak mendapatkan tempat di rumah kedua orang tua Kiara. Kedatangannya tidak disambut baik sama sekali. "Pergi dari sini?" usir Diana dengan suara keras. Tapi Chandra memilih untuk diam karena dia butuh bicara dengan Diana dan juga Farhan. "Untuk apa kau masih di sini?! PERGI!" "Aku ingin bicara denganmu, sebentar saja," kata Chandra dengan suara memohon. "Tidak!" tolak Diana dengan suara bergetar. Hatinya masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa Chandra yang kini menjadi suami Kiara. "Pergilah dari sini!" kata Farhan ya
Beberapa hari kemudian. Kiara kini semakin murung karena ketus orang tuanya tidak juga bisa menerimanya. Tidak dengan penolakan kasar, tetapi juga cukup membuatnya sakit hati. Kadang Kiara sering melamun sendiri di rumah, bahkan saat Chandra pulang ke rumah pun sering memergoki Kiara yang tampak memiliki beban yang sangat berat. Begitu pun juga dengan saat ini. Kiara tak mendengar saat Chandra yang baru pulang memanggilnya. "Kiara?" Kiara masih berdiri di balkon kamar tanpa menoleh sama sekali. Benar-benar tidak mendengar suara Chandra. Hingga akhirnya tersadar saat Chandra semakin dekat dan memanggilnya. "Kiara." Benar saja saat itu Kiara langsung saja tersentak setelah menyadari ada yang memanggil namanya. "Mas?" tanya Kiara yang tampak bingung melihat Chandra yang sudah kembali, "kalau manggil nggak usah teriak-teriak tau, Mas!" kesal Kiara. Chandra pun menatap bingung wajah Kiara karena saat ini Kiara yang malah menganggapnya aneh. "Kamu kenapa? Dari ta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.