"Aku tidak akan pernah bisa menyukaimu. Kamu itu bagian dari masa lalu buruk!" Cilla Adilla "Hanya aku dan hatiku yang tau tentang perasaanku." Bastian Hananta Tentang pemuda bermata bulan sabit dan gadis eksotis yang dijuluki kopi hitam, Cilla Adilla. Pemuda itu bernama Bastian Hananta, si biang kerok. Mereka selalu saja bersinggungan meskipun tidak saling menginginkan. Ah, tidak terpikirkan sedikitpun oleh Cilla, gadis ceria dan manis itu harus menjadi istri musuh bebuyutannya. Dia menikah dengan Bastian, tetangga lima langkah yang sangat menyebalkan. Namun, itu benar-benar terjadi. Bagaimana bisa? Apakah kapal Cilla dan Bastian akan berlayar? Bagaimana pernikahan yang tidak didasari dengan cinta di antara kedua belah pihak itu berlangsung? Benarkah tanpa cinta?
Lihat lebih banyakSemua menanti jawaban Bastian. Tentu, siapapun akan terkejut dan bertanya mengenai ucapan Bastian yang tidak main-main itu.“Gara-gara kalian berdua, Eyangku anfal dan meninggal!”Seperti guntur menggelegar. Cilla menatap sang suami dari samping seakan goyah. Benarkah perkataan Bastian itu? Tanpa aba-aba suara pukulan terdengar begitu keras. BugAli memukul tepat di pipi Bastian. Tidak sempat menghindar, Bastian jatuh tersungkur. Ali dengan membabi buta memukuli Bastian. Cilla yang terkejut bingung dengan apa yang terjadi.“DASAR KURANG AJAR KAMU, BAS!” bentak Ali seraya melepaskan pukulan bertubi-tubi.Bastian yang tidak sempat menghindar mendapatkan pukulan tak terelakkan. Namun, pria itu segera bangkit dan membalas perlakuan sang ayah mertua. Arum mencoba melerai tetapi ia jatuh terkena kibasan tangan Ali. Sedang Danilo mencoba melerai dengan menarik Ali.“Tian berhenti!” kata Cilla mencoba memeluk punggung sang suami. Bastian memegang kerah baju Ali dan mengunci pergerakan pria
Hari ini terasa begitu suram. Langit mendung menambah perasaan duka kian menguat. Bastian terdiam dengan pandangan kosong. “Ubi Cilembu,” sebutnya lirih di depan ruang perawatan rumah sakit.Panggilan sayang pada sang adik yang sedari kecil ia sematkan pada gadis itu. Gadis yang saat ini bertaruh antara hidup dan mati. “Tian, minum dulu.” titah sang istri memberikannya air mineral.Mata basah Bastian menatapnya sejenak lantas beralih pada wajah sang istri. Diam sesaat, dan suasana hening. Gema lorong rumah sakit terdengar langkah kaki.“Kenapa Vika jadi seperti ini, Yang?” tanya Bastian.“Minumlah dulu, kita duduk di sana, Tian.” ajak Cilla sambil menggandeng sang suami untuk duduk di kursi tunggu.Bastian menurut kemudian duduk. Sesaat ia meminum air mineral yang sebelumnya diberikan sang istri. Cilla melihat pintu ruang ICU masih tertutup rapat. “Aku gak akan maafin diriku kalau ada apa-apa sama…” ucapan Bastian terpaksa terhenti, tentu Cilla menyelanya.“Gak usah bicara sembaran
“Jangan menikah di belakangku kayak bapak, Tian.” kata Cilla menahan sesak di dada.Suaranya pun parau seakan tidak mampu mengucapkan hal itu. Sebagai seorang anak terlebih perempuan. Hal paling ia takuti, ketika melihat sang ayah yang menjadi pria pertama yang dicintai justru mengkhianati.“Kenapa bapak jahat, Tian?” tanya Cilla dengan derai air mata. Bastian hanya mampu menelan salivanya. Dia tahu, berat bagi Cilla untuk menerima kenyataan pahit ini. Kejadian pagi ini membuatnya tidak stabil dalam hal emosi. Bastian khawatir bila wanitanya terus seperti ini, maka akan mengganggu psikologisnya terlalu parah.“Bude Arum juga begitu. Kenapa dia bisa melakukannya? Puluhan tahun berkamuflase seperti sahabat ibuk, ternyata tega merebut bapak dari ibuk.” keluh Cilla seperti semalam. Bastian tidak tahu harus menenangkan wanita itu seperti apa. Membiarkannya mengatakan segala isi hati mungkin pilihan yang benar. Cilla menangis tersedu memeluk erat suaminya. Mereka tidak peduli, jalanan mul
Pagi itu, Bastian usai menggunakan baju rapi dengan sarung. Pria itu berbisik pada sang istri.“Yang, aku ke mushola dulu ya.” bisiknya.Belum dirinya bangkit sang istri terlonjak bangun. Wanita itu bahkan masih menggunakan baju tidurnya.“Tian, aku ikut!” ujarnya sambil mengucek mata. Wanita itu melirik jam di dinding. Ia segera masuk ke kamar mandi. Sedang Bastian, merapikan kasur yang berantakan. Lima menit kemudian Cilla berteriak meminta sang suami mengambilkan handuk.“Tian, tolong handuk dong.” Bastian segera menarik handuk dan membawanya ke kamar mandi. Pria itu mengetuk pintu.“Makasih suami raja lemper,” kata Cilla seraya mengedipkan matanya genit.Bastian melihat mata sang istri yang terlihat masih membengkak akibat menangis semalam. Sudut bibirnya terangkat mendengar perkataan wanita itu.Mereka segera ke mushola dekat rumah untuk ikut jamaah subuh. Cilla senang akhirnya ia bisa ke mushola lagi setelah sekian lama ia tidak melakukan kegiatan itu. Selesai jamaah subuh, wa
“Maaf yah nungguin lama,” ucap Danilo pada sang kekasih yang sudah menunggunya di ruang tamu kosnya.Vika usai dari rumah sakit tidak segera pulang. Danilo mengajak sang kekasih mampir kosnya, sebab ada temannya yang tiba-tiba datang dari luar kota.“Gak apa-apa Mas. Ini mau langsung anterin aku?” Teman Danilo sudah pulang setelah sebelumnya mereka sedikit lama mengobrol. “Iya, langsung aja pulang.” Mereka keluar dari kos. Vika masih berjalan secara hati-hati. Walaupun sang dokter memastikan bahwa gadis itu sudah pulih sepenuhnya, dia masih sangat takut.“Obatnya tadi udah, Dek?” tanya Danilo.Belum terjawab pertanyaan itu, mereka dikejutkan dengan suara pertengkaran. Mata mereka berdua jatuh pada dua perempuan yang sedang bersitegang.“Kamu sudah berani ya Maura!”Suara bentakan itu membuat Vika membulatkan matanya. Gadis itu melihat sang ibu tersungkur di trotoar dengan Maura yang berdiri di depannya. Ia mengatakan kata ‘Ibu’ pelan sambil menatap kedua perempuan itu.“Kamu yang t
“Dasar singa lapar!” ejek Cilla seraya mencium rambut berantakan sang suami. Pria itu mengernyitkan dahinya sesaat membuka matanya sedikit. Bastian masih saja tidur meskipun siang hari telah datang. Pria itu menggeram saat terganggu tidurnya.“Hmm, Kopi!” keluhnya dengan mata yang masih terpejam.Cilla tersenyum melihat sang suami terbangun. Ia menatap penuh wajah lelah pria itu. Rambutnya yang berantakan sedikit menutup dahinya itu disuap olehnya.“Kamu gak lapar?” tanya wanita itu seraya merapikan rambut sang suami yang berantakan.Hari yang indah tanpa sebuah perdebatan atau pertengkaran dari mereka berdua. Mungkin, ini adalah titik di mana seharusnya mereka bersikap. Ataukah, justru ini hanyalah sementara? Sebuah rindu yang menyatu dan terobati dengan kebersamaan membuat mereka tampak akur.“Emmmh, lapar tapi aku ngantuk, Kopi.” jawab sang suami dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Dasar, yaudah tidur satu jam lagi ya. Udah Dzuhur, bangun jam satu nanti ya.” bisik Cilla
“Kamu gak punya malu ya, Mbak Elka. Dasar ulat bulu!” geram Vika pada Elka.Iya, tamu yang datang adalah Elka. Vika tentu merasa kesal dengan kata-kata yang tidak pantas didengarkan itu.“Jangan ikut campur Vika. Kamu hanya anak haram di sini. Ah, apa kamu sedang berusaha mengambil hatinya Cilla supaya kamu diterima begitu?”Vika kini merasakan kemarahan menekan hatinya secara cepat. Tangannya memegang selang dengan kuat, ia sangat terlihat menahan emosinya. Kalimat Elka memang memprovokasi dirinya.“Nah, diam lebih baik. Dan kamu Cilla, kapan sih kamu ninggalin Bastian? Bukannya sudah beberapa bulan ini kamu tega biarin dia sendirian? Sekarang, justru kamu balik lagi.” kata Elka dengan mata yang tajam, seakan akan keluar dari tempatnya.“Elka, dia suamiku. Mau aku datang, tinggal di sini ataupun aku mau apapun itu sesuka hatiku. Kamu, tidak perlu repot-repot bertanya.” balas Cilla santai.Dia adalah nyonya di rumah ini. Tentu itu tidak akan tergantikan siapapun juga. Apalagi, posisin
“Aku senang kamu dateng. Aku kesepian setiap hari tanpa kamu. Ini rumah kamu juga. Kenapa harus ke rumah ibu?” kata Bastian pelan dalam pelukannya bersama Cilla.Cilla terdiam menikmati harum tubuh sang suami. Aroma kayu dan perpaduan bau badan Bastian diam-diam menjadi favorit Cilla. Kalau bisa jujur, Cilla juga sangat merindukan sang suami. Namun, bibirnya terlalu berat untuk mengakuinya. Harga dirinya terlalu tinggi untuk mengutarakan isi hatinya.“Kopi, kamu dengar apa yang aku katakan?” tanya Bastian seraya mengurai pelukan.Mata sipitnya yang basah oleh air mata menatap wajah sang istri yang menunduk. Dia mencoba mencari jawaban dari sana.“Iya, dengar.” jawab wanita itu menyembunyikan wajahnya.“Kenapa kamu gak mau tinggal di sini aja?” tanya pria itu lagi.“Aku, aku harus nemenin ibu, Tian. Aku juga sebenarnya masih gak bisa ketemu bapak. Hatiku masih begitu sakit.” kata Cilla. Lantas dirinya berbicara di dalam hati. “Aku juga sebel kalau lihat kamu sama Elka. Masih saja kalia
“Mas gak ke Mbak Cilla?” tanya Vika sesaat sampai rumah.Bastian hanya diam tidak menjawab perkataan sang adik. Vika pagi ini berlatih berjalan sendirian hingga ke rumah Bastian. Jika biasanya dirinya menggunakan dua kruk, kini ia mencoba menggunakan satu kruk saja.“Mas tuh gak boleh tauk diamin istri sendiri. Apa gak pengen bikin keponakan lagi buat aku?” goda Vika membuat Bastian berdecak kesal.“Ck, apa sih Ubi Cilembu! Harusnya aku yang tanya, kamu kan habis ketemu keluarganya Danilo. Gimana rencana pernikahan kalian?”Vika menyipitkan mata, seakan tahu dengan jelas. Bastian mengalihkan pembicaraan.“Gak usah ngalihin topik deh, Mas.”“Ubi, aku cuma gak mau bahas kopi. Dia benar-benar gak mau sama aku. Bahkan sekarang lagi dekat sama pengusaha restoran itu.”“Oh, masalahnya cemburu nih?” tebak Vika tepat. “Astaghfirullah Mas Bas, Mas sama mbak Cilla tuh udah dewasa kalik. Masa iya kayak anak ABG labil gitu.”“Aku ngomong kenyataan, dia lagi pdkt sama pemilik restoran yang di deka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.