Wedding Drama Bab 7Sang surya mulai menyapa, bersolek bersiap menerangi dunia. Sinarnya serupa harapan baru bagi jiwa-jiwa yang dilanda gundah. Binarnya menuntun menapaki jagat raya yang kadang tak ramah. Burung-burung bernyanyi bersahutan, saling bersiul memberi salam. Tetesan embun pagi membawa kesejukkan, membuat raga ingin menyerahkan diri semakin dalam bergelung di peraduan.Althea merasakan kehangatan tak biasa yang melingkupinya, begitu nyaman dan menyenangkan. Kicau burung serupa alarm yang tercipta dari alam merayu netranya untuk membuka. Bulu mata lentiknya ikut berkibar menari indah kala kelopak matanya mengerjap perlahan, menyesuaikan cahaya yang mulai membias dari angkasa.Tertegun sejenak masih dalam sisa-sisa kantuk yang menghinggapi kala bola matanya yang berkilauan menangkap hal tak biasa di pagi harinya. Hanya berjarak sejengkal saja dari wajahnya, ia disajikan pemandangan rupawan nan seksi ciptaan Tuhan. Althea tersenyum seperti orang gila, terkikik sendiri, tersi
Wedding Drama Bab 8Para dosen memutuskan memulangkan Althea lebih dulu. Padahal, jadwal perkemahan masih berlangsung hingga esok. Mereka juga berencana melaporkan hal ini pada kedua orang tuanya. Gadis-gadis mulai bergosip. Saling berbisik mencela mencibir. Sedangkan mahasiswa laki-laki kebanyakan memilih tidak ikut campur, enggan membahas lebih jauh. Hampir tujuh puluh lima persen hujatan dilontarkan kepada Althea. Memojokkannya dan mencap si anak baru itu sebagai wanita murahan yang nekat menggoda dosen idola mereka dengan cara menjijikkan. Bukan tanpa sebab kenapa Althea menjadi yang lebih dicaci di sini. Berdasarkan temuan, memang Althea lah yang masuk ke tenda Zayn bukan sebaliknya. Kendati kenyataan sebenarnya bukanlah demikian. Althea tak sengaja berakhir di sana lantaran matanya buram efek dari kantuk hebatnya semalam dan kecerobohannya itu mengantarnya pada bencana di pagi hari yang indah ini, sungguh ironi.Gadis itu tak menyerah. Terus mencoba menjelaskan meski di bawah
Wedding Drama Bab 9Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Jemari Zayn mengetuk-ngetuk kemudi, tampak sedang berpikir sembari mengendalikan setir. Kira-kira baru setengah jam perjalanan, kendaraan berbelok ke sebuah parkiran restoran yang letaknya masih di kawasan puncak, begitu juga dengan jeep hijau di belakangnya. Althea yang sejak tadi bungkam dan terdiam, menoleh pada pria yang duduk di jok kemudi saat menyadari mobil yang ditumpanginya berhenti.“Kenapa berhenti di sini?” tanyanya, mata beningnya mengedarkan pandangan ke luar kaca jendela.“Hey, anak baru. Sebaiknya sekarang kita mengisi perut sebelum melanjutkan perjalanan. Ini sudah jam sebelas dan kita belum sempat makan sedikit pun sejak pagi akibat keributan yang kamu timbulkan!” Zayn menekankan kalimatnya, membuka seat belt dan turun dari mobil.“Tunggu apa lagi? Cepat turun! Kamu bisa sekalian mengeringkan rambut juga mengganti jaketmu yang basah itu. Perjalanan kita ke Jakarta masih jauh, kecuali kamu berniat ingin masuk
Wedding Drama Bab 10Althea diantar pulang oleh Adam. Zayn pergi sendiri karena Lydia langsung memanggilnya menghadap segera setelah membaca berita tak sedap di laman Instagram. Di sisi lain, orang tua Althea belum mengetahui apapun. Di akhir pekan begini, mereka belum membuka gawai masing-masing, sibuk berkebun di taman kecil halaman depan juga belakang rumah.“Lho, Al. Kok sudah pulang? Bukannya kempingnya sampai besok?” Ajeng yang sedang membongkar pot tanaman, tergesa bertanya dan menghampiri ketika melihat kemunculan si sulung yang menggeser pintu pagar. Dia juga cukup terkejut, lantaran anaknya pulang ditemani seorang pria.“Halo, selamat siang, Bu. Saya salah satu dosennya Althea, nama saya Adam.” Laki-laki berkacamata itu mengulurkan tangan dengan sopan mengajak Ajeng bersalaman.“Saya Ajeng, Mamanya Althea, silakan masuk, Pak.” Ajeng mempersilakan dengan sopan. “Tapi maaf, kenapa Althea pulang lebih awal? Bukankah perkemahan dilaksanakan hingga besok?” Wanita empat puluh li
BAB 11Beberapa jam lalu. “Menikahlah dengan saya.” Tanpa beban, kata-kata sakti itu meluncur lugas begitu saja dari mulut Zayn. Adam sampai menjatuhkan sendok yang dipegangnya dan Althea melongo seperti orang linglung.Adam menyeret kursinya mendekati Zayn, kemudian menaruh telapak tangannya di dahi temannya itu. “Kamu demam ya? Makanya otakmu geser?” ujarnya dengan tatapan horor.“Singkirkan tanganmu yang tidak steril itu!” Zayn menepis tangan Adam yang menempel di dahinya.“A-apa mak-maksud Anda, Pak? Ini pasti cuma lelucon kan?" Althea tergeragap. Tiba-tiba diajak menikah oleh lelaki yang tak mempunyai hubungan asmara dengannya seumpama diajak senam jantung dadakan. “Saya serius.” Zayn menegakkan punggung, menjalin kedua tangan dengan siku bertumpu di meja.“Solusi macam apa ini? Yang benar saja, saya tidak berniat menikah muda!” Althea melempar tatapan tercengang pada Zayn. Bahkan nyaris menggebrak meja jika tak ingat sedang berada di tempat umum. “Lantas, memangnya kamu pun
Bab 12Keluarga Althea juga Zayn memesan satu kamar khusus untuk dijadikan kamar pengantin di hotel bintang lima tempat acara resepsi pernikahan digelar. Kedua mempelai kini sudah berada di kamar tersebut setelah pesta usai. Kamar tipe suite room dengan segala fasilitas mewah terbaik di dalamnya.Di sana terdapat ranjang besar yang sudah dilapisi kain sprei putih terbuat dari sutera. Taburan kelopak mawar merah bertebaran di atasnya juga di lantai, dilengkapi hiasan dua ekor angsa yang sedang berciuman ditata di tengah-tengah tempat tidur. Lilin-lilin aromaterapi ikut disulut meramaikan setiap sudut ruangan. Memendarkan cahaya temaram juga menguarkan aroma menyenangkan di udara membuat suasana kamar begitu romantis nan manis. Bagi pasangan yang menikah atas dasar cinta, sudah pasti malam pertama merupakan momen yang paling mendebarkan dan dinanti. Akan tetapi, lain halnya dengan mereka, suasana romantis di dalamnya berpadu kontras dengan raut wajah dua insan berlainan jenis yang kin
Bab 13“Itu kamarmu.”Zayn mengarahkan telunjuk ke sebuah kamar yang terletak di seberang pintu kamarnya. Para orang tua baru saja undur diri setelah mampir sebentar di kediaman pribadinya ini. “K-kamar sa-saya?”Althea mengarahkan telunjuk ke wajahnya sendiri sembari menatap bergantian pada pintu juga Zayn. Sungguh, saat ini dirinya dilanda serangan canggung saat berduaan dalam satu atap dengan pria yang luar biasa tampan dalam balutan kemeja hitam. Begitu pas membungkus daksanya yang terpahat sempurna, membuat Althea tanpa sadar meneguk ludahnya sendiri.“Apa yang kamu lihat? Saya bukan kamarmu.” Pria jangkung itu menyeringai miring saat menyadari mata Althea memindainya dari kepala hingga kaki. “Hih, siapa juga yang ngelihatin. Jangan geer. Bisa-bisa mata saya nanti jereng!” Dengan cepat Althea memalingkan pandangan dan merutuki diri dalam hati. Sempat-sempatnya terpesona di saat yang tidak tepat, pasti reaksinya tadi akan membuat Zayn besar kepala. Zayn mengusap dagu sembari m
Bab 14“Miau… miau….”Langkah Zayn terhenti di ambang pintu ruang tengah begitu mendengar suara-suara tidak beres singgah di telinganya. Dia baru saja pulang entah dari mana. Menghabiskan libur cuti menikah dengan membuang waktu tanpa tujuan, bukan seperti para pasangan pengantin baru pada umumnya yang menghabiskan waktu cuti dengan berbulan madu.Mematung seperti manekin itulah yang terjadi pada Zayn sekarang. Ekspresinya datar sedatar papan, lurus layaknya jalan tol. Iris matanya melebar menangkap penampakan makhluk kedua yang paling dihindarinya di muka bumi selain wanita, tidak lain dan tidak bukan yaitu kucing.Seingatnya sudah lama sekali tidak ada kucing yang berkeliaran di sekitar rumahnya apalagi masuk. Pak Tarno si tukang kebun dan Mbok Sari si pengurus rumah yang datang setiap hari untuk bekerja, sudah tahu akan phobia Zayn terhadap kucing. Tidak mungkin membiarkan bola berbulu yang dimusuhinya memasuki kediamannya.Seekor kucing oren gendut berbulu lebat menggemaskan menya