Bab 73
"Dela!" Suara khas ibu mertua, wajahnya merah menahan marah. Dadaku bergetar kuat, lututku lemas terasa tulang lepas dari tempatnya, aku seperti kehilangan tenaga.
Mas Irfan bertepuk tangan sambil menggelengkan kepala. Netranya tajam bagaikan pedang yang menghunus tepat di jantungku.
"Wanita macam apa kamu! Pergi dengan laki-laki lain tanpa izin suami! Mentang-mentang kamu sudah bekerja, seenaknya kamu jalan bersama orang yang bukan dengan mukrimnya." Omel wanita yang sejak dulu membenciku.
Ya Alloh Ya Kareem, dalam hati aku menjerit. Kejam sekali tuduhan ibu mertuaku, aku berusaha menggigit bibir untuk mengurangi rasa sakit hatiku. Netraku mulai mengembun.
"Maaf, Bu ..."
"Tidak usah berkelit!" potong wanita yang selalu kuhormati dengan suara kasar. Aku terhenyak, hatiku terasa sakit sekali.
"Halah, maling tidak mungkin ngaku!" semprotnya lagi. Aku tidak diberi kesempatan untuk membela diri.
Mata ibu mertua melotot, tangan kirinya berkecak pinggang, tangan kanan jari telunjukny