Kenan dan Natasya keluar bersama. Siang itu terasa lebih panas dari biasanya. Namun bukan matahari yang membuat dada Kenan terasa sesak. Ia berjalan di samping Natasya, namun jarak mereka tetap terasa jauh. Perempuan itu begitu tenang, begitu tidak terganggu, seolah tidak ada apa-apa yang salah antara mereka.
“Bagaimana bisa dia setenang itu?” pikir Kenan. Sepanjang perjalanan itu, pikiran Kenan terus saja dipenuhi oleh satu pertanyaan yang belum terjawab. ‘Siapa yang memberikan kotak cincin itu padamu, Natasya?’ Kenan membuka pintu mobil untuknya, dan Natasya masuk tanpa komentar. Ia hanya duduk tenang, menatap lurus ke depan, membiarkan suasana diam menguasai sepanjang perjalanan. Kenan mengemudi tanpa bicara, meskipun sesekali mencuri pandang ke arah Natasya. Namun perempuan itu tampak tak peduli. Wajahnya datar, tidak memperlihatkan rasa senang, apalagi canggung. Seolah seda