"Diperintahkan?” Dahi Hani berkerut indah.
“Apakah Mas Panji yang menyuruh?” otak Haniberpikir gusar, “tidak mungkin!” Hani menggeleng keras sendiri, “jika dia mau menggunakan ruko ini untukmembuka usaha, harusnya dari kemarin-kemarin cek keadaan ruko ini.”
Hani lantas menatap para preman bertubuh besar dihadapannya. “Memangnya siapa yang memerintahkan kalian untuk mengosongkan rukoini?” tanya dia cukup penasaran.
“Aku yang menyuruh mereka, Hani.”
Hani menoleh. Saking kagetnya melihat kedua kopernyadikeluarkan oleh orang yang tidak dikenal, dia sampai tidak ngeh jikaada mobil yang berhenti tidak jauh dari pelataran ruko itu.
Hani mengenal mobil me