Part 15
POV MARTINA
Aslinya aku sebel banget lihat ibu pagi-pagi kayak gini sudah sampai di rumah Mami. Baru saja aku mau bener-bener membuka hati untuk Mas Angga. Walau bagaimanapun, dia laki-laki baik. Mau menutupi aib terbesarku. Walau kerjaaanya hanya sopir dengan gaji yang nggak seberapa. Setidaknya aku tak malu menghadapi kajamnya dunia ini.
Untuk pertama kalinya Mas Angga mau mengelus perutku seraya menyebut anaknya. Hatiku bener-bener luluh. Entahlah, apa maksudnya. Mungkin hanya ingin merayuku agar mu menemui ibu. Apapun alasannya, hati ini berdesir saat dia mau mengakui anak yang sebenarnya bukan benihnya.
“Tina, rumah orang tuamu bagus banget, kenapa kamu nggak minta di belikan rumah yang bagus kayak gini juga?” baru saja pantat ini menempel di sofa karena ingin menemani ibu. Dia sudah ngoceh nggak jelas. Benar-benar matre.
“Tugas Mas Angga, dong, yang harusnya beli rumah. Bukan tugas Mami sama Papi lagi. masih untung di beliin,” jawabku. Kalau denger ocehan ibu rasanya hat