part 29
POV ANGGA
“Ibu,” sapaku, karena wanita itu masih menunduk. Mendengar sapaanku kemudian dia mendongakkan kepalanya. Ya, memang ibu ternyata.
“Syukurlah akhirnya ketemu juga,” ucapku seraya ikut duduk di sebelahnya.
“Kamu ini ibu cari-cari dari tadi, malah ibu di tinggal. Ibukan jadi bingung,” sungut ibu. astaga baru saja ketemu sudah marah-marah saja.
“Tadikan Angga fokus dengan Martina dan bayinya,” sahutku.
“Gimana Martina sudah lahiran?” tanya ibu masih dengan nada ketus.
“Sudah, Bu. Alhamdulillah cucu ibu laki-laki,” jawabku.
“Laki-laki? Kenapa nggak perempuan? Ibu pengennya kalau punya cucu itu perempuan,” sahut Ibu. Ku garuk kening ini dengan kuku tangan. Ngomong sama ibu kayaknya nggak ada benarnya. Tadi waktu hilang, aku mencemaskannya. Giliran ketemu, seakan menyesal mencarinya.
“Gimana lagi, Bu. keluarnya memang laki-laki,” sahutku, seraya memijit kepalaku yang mulai pusing. Pusing mendengar ucapan ibu.
“Eh, tapi bagus juga kalau laki-laki, otomatis harta Jeng Sella,