Aku berhenti menguyah sebentar.
"Memangnya kenapa? Perutku ini yang merasakan, lagipula selama ini tidak pernah tuh ada orang yang overdosis karena kebanyakan makan gorengan setiap hari," ketusku.
"Tapi lemaknya akan tertimbun dalam perutmu menjadi tumpukan penyakit, kamu mau saat kamu tua nanti kamu jadi sakit-sakitan? Diabetes, gula dan lainnya."
Aku menjebik, dasar pria angkuh dan tukang ngatur. Rese sekali emang dia tuh.
"Ya sudah biarkan saja, aku ini yang akan sakit bukan kamu," balasku ketus.
"Ya tapi kalau nanti kamu sakit siapa yang akan jagain ak ...." Mas Nata tak melanjutkan ucapannya.
"Apa?"
"Ah sudahlah lupakan," tandasnya seraya mengibas tangan lalu bangkit dari kursi.
Aku menjebik dan lanjut makan gorengan.
"Buruan makannya, kamu belum salat Isya 'kan?" ucapnya lagi.
Alisku menaut, gak salah ini orang nanya begini?
"Aku nanya, kamu belum salat Isya atau sudah?" tanyanya lagi.
"Belum," ketusku.
"Habis ini berjamaah, percepat makan gorengannya."
"Hm," balasku pendek sa