"Yakin ingin masuk?"
Suara Sadewa terdengar pelan, namun penuh kehati-hatian. Laki-laki itu melirik ke samping, ke arah perempuan yang duduk di sebelahnya dalam keheningan. Di dalam mobil berwarna hitam milik Sadewa yang terparkir di ujung jalan, keduanya diam memandangi rumah yang berdiri megah di kejauhan—kediaman utama keluarga besar Baskoro.
Alika tak segera menjawab. Pandangannya terarah lurus ke depan, menatap rumah besar dengan pagar besi kokoh dan lampu taman yang menyala redup dalam nuansa sore yang mulai berganti malam. Rumah itu tampak seperti istana dari luar—tenang, mewah, dan menyimpan terlalu banyak cerita. Namun bagi Alika, tempat itu juga menyimpan luka yang belum sepenuhnya sembuh kemarin.
"Papa menghubungiku pagi tadi," gumamnya akhirnya, suaranya nyaris tertelan oleh gemuruh halus mesin mobil. "Meminta agar aku dan kamu datang berkunjung ke rumah besar... Tapi kali ini selain kita, Bagas juga katanya akan datang.'
Nada bicara Alika datar, namun jelas ada ketegangan