Cari
Pustaka
Beranda / Romansa / Fitnah Pelakor Membuatku Babak Belur / Bab 1
Fitnah Pelakor Membuatku Babak Belur
Penulis: Irma Dewi

Bab 1

Penulis: Irma Dewi
Saat baru turun dari mobil dan bersiap untuk masuk ke dalam mal untuk berbelanja, aku melihat sekelompok orang berwajah garang yang mendekatiku dari seberang jalan. Mereka membawa ponsel dan pengeras suara, tampaknya sedang melakukan siaran langsung. Pengeras suara itu terus-menerus mengatakan bahwa mereka akan memberikan pelajaran pada seorang pelakor.

Aku menggelengkan kepala. Sekarang ini siaran langsung benar-benar tidak ada batasnya, tak heran jika penontonnya banyak. Tiba-tiba, aku memfokuskan pandangan dan melihat wanita yang sedang menggendong bayi di tengah kerumunan. Aku mengenalnya.

Imelda, dia adalah mahasiswi yang disponsori oleh suamiku. Kondisi ekonomi keluarga suamiku tidak terlalu baik. Beberapa tahun yang lalu dia mengatakan padaku bahwa dia ingin mensponsori beberapa mahasiswa untuk berkuliah. Aku mengira bahwa dia mau membantu orang lain karena dia sendiri juga pernah mengalami kesulitan, sehingga aku pun mendukung keputusannya ini.

Imelda adalah salah satu mahasiswa tersebut. Aku pernah melihat foto dan data pribadinya. Keluarganya sangat miskin, kedua orang tuanya sudah tiada, dan kakek-neneknya yang merawatnya dengan penuh perjuangan. Waktu itu, aku merasa dia sangat malang dan meminta suamiku untuk membantunya sebisa mungkin, sekalian berbuat amal.

Mereka berjalan ke arahku. Baru saja aku hendak menyingkir, seseorang telah mendorongku hingga aku hampir terjatuh. Imelda menatapku dengan sinis.

"Mau kabur? Jangan harap!" Dia kemudian berbicara ke arah kamera ponselnya, "Semuanya, lihatlah, inilah pelakor yang merebut suamiku!"

Dengan ekspresi datar aku berkata, "Kalian salah orang, aku bukan pelakor!"

Imelda segera menjawab, "Nggak salah! Orang yang mau kami beri pelajaran adalah kamu, Yuliana."

"Kalian nggak tahu seberapa parahnya wanita licik ini. Bukan cuma mau menghancurkan keluargaku, dia juga berusaha memindahkan semua aset suamiku atas namanya! Suamiku adalah presdir dari perusahaan besar dan sangat tampan. Pelacur ini langsung tergoda dan mulai merayunya!"

Dia mendekatkan bayi yang digendongnya ke arah kamera. "Ini adalah putri kami, sudah lebih dari enam bulan. Saat aku sedang hamil, pelacur ini sudah mulai menggoda suamiku. Dasar wanita nggak tahu malu!"

Melihat tuduhannya semakin tidak masuk akal, aku mulai kehilangan kesabaran untuk menjelaskan. "Imelda, ya? Aku peringatkan, jangan asal bicara dan mencemarkan nama baikku ...."

Namun, belum selesai aku berbicara, seorang wanita di sampingku telah menampar wajahku. Seketika, kepalaku berdengung dan aku hampir saja tidak bisa berdiri tegak. Sepanjang hidupku, tidak ada seorang pun yang berani memukulku, tapi kali ini kesabaranku sudah habis.

Aku mengambil ponsel dari dalam tas untuk menelepon polisi, tetapi tas LV di tanganku langsung dirampas dan dibuang ke tanah, lalu diinjak-injak.

"Dasar pelakor sialan! Masih nggak mau ngaku? Sepertinya kamu nggak akan jera sebelum diberi pelajaran!"

"Ibumu nggak pernah ngajarin kamu nggak boleh jadi pelakor dan menghancurkan hubungan orang lain? Dasar murahan, lebih hina dari pelacur!"

Mereka mencengkeram rambutku, menariknya dengan kasar, membuatku kesakitan sampai berkeringat dingin. "Lepaskan aku! Aku bukan orang yang bisa kalian perlakukan seenaknya!"

Namun, seolah-olah tidak mendengarnya, mereka malah semakin mendekatkan ponsel ke wajahku. Ada juga yang terus-menerus memotret dan merekam video. Penonton di ruang siaran langsung semakin banyak dan berbagai komentar memenuhi layar.

[ Pelakor memang harus diberi pelajaran! Biar jera dan jangan sembarangan merusak rumah tangga orang! ]

[ Memang pantas dihukum! Moral wanita ini sudah hancur, mengganggu keluarga orang lain. ]

[ Kelihatan polos, ternyata pelakor juga. ]

Imelda melihat komentar terakhir dan menimpali, "Kalian tahu nggak, wanita yang terlihat polos begini biasanya paling liar. Semua pria mau digodanya!"

Teman Imelda menambahkan, "Lihat saja tampangnya yang genit, pasti pelakor ini sudah sering melakukannya!"

Kemudian, mereka melihat mobilku.

"Ini mobil Ferrari, harganya pasti miliaran. Jadi pelakor ternyata memang menguntungkan!"

Imelda menyerahkan bayinya kepada seorang wanita paruh baya di sampingnya lalu berkata, "Mobil ini dibeli dari hasil jual tubuh. Ayo kita rusak mobilnya!"

Mereka mengambil tongkat besi dan mulai merusak mobilku. Aku tidak pernah melihat orang segila dan tidak berpendidikan seperti ini.

Imelda bahkan merebut kunciku untuk membuka mobil, lalu mengeluarkan barang-barangku dan melemparkannya ke tanah dan menginjak-injaknya. Tak lama kemudian, dia mengeluarkan sebuah kotak hadiah besar dari bagasi.

Aku berujar dengan tegas, "Kuperingatkan kamu, itu adalah guci antik bernilai lebih dari ratusan miliar."

Aku membeli guci itu dari sebuah pelelangan untuk ayahku karena dia sangat menyukainya. Imelda tertawa sinis. "Kamu pikir aku bodoh? Hanya guci usang begini harganya ratusan miliar? Jangan bercanda!"

Setelah itu, dia membanting guci tersebut ke tanah sambil tertawa keras. Melihatnya dan semua barang yang dia hancurkan, aku tersenyum sinis, "Kita lihat saja apa kamu masih bisa ketawa waktu harus membayar ganti rugi."

Imelda menampar wajahku sekali lagi, "Masih mau nipu? Tutup mulutmu!"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi