Li Jianli mendekati jendela dan mengintip ke arah halaman rumah keluarga Li. Tampak seorang pria tua bertubuh kekar dan berwajah bengis sedang membentak sekelompok orang. Di belakangnya terlihat 5 orang pria yang membawa beberapa tongkat di tangannya. Penduduk desa berdatangan satu persatu untuk melihat pertunjukan seakan-akan mereka sedang menonton hiburan.
Berdasarkan ingatan milik Li Jianli, wanita tua yang berdiri paling depan di sekelompok orang itu adalah Chu Ning, neneknya. Sedangkan seorang laki-laki yang ada di sebelahnya adalah Li Labao, anak pertama keluarga Li. Di belakangnya berdiri seorang wanita bernama Dong Kaili, istri Li Labao dan juga seorang remaja laki-laki berusia tiga belas tahun. Li Jianli ingat, itu adalah sepupunya, Li Guo.Li Guo adalah cucu kesayangan Chu Ning. Dia pergi ke sekolah dan keluarga Li selalu memanjaknnya. Mereka membanggakannya sebagai calon sarjana. Dia sangat sombong dan angkuh. Dia selalu memperlakukan Li Jianli sebagai pelayannya.Tidak jauh dari kelompok Chu Ning, terlihat seorang wanita muda. Itu adalah Li Yiran, anak ketiga keluarga Li. Dulu ada seorang Pendeta Tao yang lewat dan mengatakan bahwa dia akan tumbuh menjadi wanita cantik dan menikah dengan keluarga kaya. Itulah mengapa keluarga Li selalu menjaganya seakan-akan dia adalah telur yang bisa jatuh kapan saja.Li Jianli memicingkan matanya dan menatap Li Yiran. Dia memang cukup cantik, namun Li Jianli yakin, apabila dia merawat tubuh dan wajahnya, dia akan menjadi jauh lebih cantik dari Li Yiran."Mo Heng, siapa yang kamu sebut sebagai penipu?" teriak Chu Ning marah. "Apa kamu pikir aku yang membunuh gadis bau itu?"Mo Heng mencibir, tidak mau kalah, "kalau begitu, kembalikan uangku!""Itu tidak mungkin, uang yang sudah kamu berikan padaku, tidak bisa dikembalikan lagi!" kata Chu Ning tanpa rasa malu.Berdasarkan ingatan milik Li Jianli, neneknya sangat licik. Mari kita lihat, apakah kelicikannya bisa mengalahkan kekuatan Mo Heng."Cih! Berani sekali kamu mengatakan hal yang memalukan seperti itu!" kata Mo Heng seraya meludah. Dia memandang jijik ke arah keluarga Li. Beberapa orang penduduk desa yang menonton juga bergumam tidak senang. Mereka tahu kalau keluarga Li sangat tidak tahu malu, tapi mereka sangat takjub dengan tingkat tidak tahu malu mereka."Apakah kamu membawa surat perjanjian yang mengatakan kalau kami harus mengembalikan uang mahar kalau pernikahannya batal?" celetuk Chu Ning dengan acuh tak acuh."Apa kalian gila? Bahkan tanpa surat perjanjian pun, uang mahar harus dikembalikan kalau pernikahan tidak jadi," celetuk seseorang dari kerumunan dengan marah."Ya! Itu sudah ditentukan sejak zaman nenek moyang kita. Jangan mempermalukan dirimu sendiri!" sahut lainnya.Mo Heng segera mendongakkan kepalanya dan menatap keluarga Li dengan angkuh. Dia harus mendapatkan kembali uangnya."Kembalikan uangku sekarang, atau aku akan mencarinya sendiri ke dalam rumahmu! Jangan salahkan aku kalau kami merusak isi rumahmu," ancam Mo Heng.Seluruh keluarga Li gemetar ketika mendengar ancaman Mo Heng. Wajah Chu Ning bahkan sedikit pucat."Ibu, lebih baik kamu kembalikan saja uangnya," bisik Dong Kaili ketakutan."Betul Ibu, daripada kita tidak punya tempat tinggal. Lebih baik kita mengembalikan uang mereka," sambung Li Labao.Chu Ning segera memelototkan matanya kepada anak dan menantunya, "apa yang kalian katakan? Mengapa kalian sangat tidak berguna?"Li Guo menatap anggota keluarganya satu persatu dengan tatapan mencemooh. Meskipun itu adalah nenek dan orang tuanya, dia tidak menyembunyikan tatapan menghinanya sama sekali."Aku akan kembali untuk masuk dan belajar. Tidak ada gunanya aku di sini dan mengurus hal tidak penting ini." Setelah mengatakan itu, Li Guo berbalik dan meninggalkan keluarganya di halaman. Dia tidak tahan untuk berurusan dengan orang-orang bodoh."Ah, ya, ya, ya, Guo'er bisa pergi untuk belajar. Tidak usah khawatirkan hal-hal lainnya," kata Chu Ning dengan suara keras dan wajah penuh senyuman. Dia ingin semua orang mendengar betapa berbakatnya cucu laki-lakinya. Setelah beberapa saat, dia kembali berbalik, "Tuan Mo, kenapa kamu masih menginginkan uangmu kembali? Kami tidak membatalkan pernikahan ini. Kamu bisa membawa Li Jianli pulang bersamamu.""Omong kosong apa yang kamu katakan? Kenapa aku harus membawa pulang mayat? Dasar wanita tua gila!" urat biru di dahi Mo Heng melonjak. Wajahnya berubah hitam. Begitu pula dengan orang-orang di belakangnya. Namun, matanya tiba-tiba terjatuh pada sosok Li Yiran yang bersembunyi di balik pohon plum yang ada di halaman."Atau kamu bisa menukarnya dengan dia," kekeh Mo Heng. Wajahnya berubah mesum ketika melihat Li Yiran dari atas kepala hingga ujung kakinya.Li Yiran tersentak ketika mendengar perkataan Mo Heng. Dia bergetar hebat dan segera berlari untuk bersembunyi di belakang tubuh Chu Ning, "Ibu! Aku tidak mau menikah dengannya, kembalikan saja uang itu.""Tidak, tidak bisa!" tolak Chu Ning cepat."Bukankah anak bungsumu sudah berusia tujuh belas tahun? Semua gadis di desa Weida kita ini sudah menikah saat mereka berusia lima belas tahun. Kenapa kamu tidak memberikannya kepadaku saja? Itu baik untuk reputasinya," celetuk Mo Heng santai. Dengan kata lain, dia mengatakan kalau Li Yiran sudah terlambat untuk menikah dan dia ingin menyelamatkannya."Jangan bermimpi! Kamu tua bangka dan miskin. Bagaimana mungkin kamu boleh menikah dengan anakku?" hina Chu Ning.Penduduk Desa Weida merasa geram ketika mendengar perkataan Chu Ning. Kalau anaknya tidak boleh menikahi Mo Heng, mengapa dia melemparkan Li Jianli kepadanya? Keluarga Li benar-benar keterlaluan!"Kakak Heng, lebih baik kita langsung cari uang itu ke dalam rumah. Wanita tua Chu itu tidak bisa diajak bicara!" celetuk salah satu pria yang berwajah mirip Mo Heng dengan marah."Kamu benar, ayo kita masuk!"Mo Heng berjalan masuk ke dalam diikuti lima pria besar di belakangnya. Keluarga Li langsung panik. Chu Ning berusaha menghalangi mereka namun dia berakhir dengan jatuh ke tanah karena didorong oleh Mo Heng.Li Labao tidak bisa berkutik. Dia tidak mungkin menang melawan enam orang pria bertubuh besar yang membawa tongkat seorang diri. Pada akhirnya, dia dan Dong Kaili memilih untuk membantu Chu Ning yang masih tergeletak di tanah."Dasar bodoh! Cepat halangi mereka!" bentak Chu Ning."Ibu, jangan tidak masuk akal, aku tidak mungkin menang melawan mereka," desah Li Labao. Apakah ibunya ingin dia mati juga?Chu Ning menangis dan berguling-guling di atas tanah ketika mendengar suara barang-barang yang dihancurkan dari dalam rumah. Apalagi ketika terdengar suara teriakan yang berasal dari ruang belajar Li Guo yang sedang dihancurkan."Kamu tidak boleh merusak meja belajarku!""Oh, tidak! Kertas itu sangat mahal!""Apa yang akan kalian lakukan pada batu tintaku?"Mendengar suara keluhan cucu kesayangannya, Chu Ning segera berteriak dengan suara yang menyedihkan, "oh, malang sekali nasibku! Aku hanyalah seorang wanita tua yang lemah, tapi aku ditindas oleh sekelompok pria bertubuh besar!"Dia berharap beberapa penduduk desa akan datang dan membantunya. Namun, tidak ada seorang pun yang bergerak maju. Mereka semua menatap keluarga Li dengan acuh tak acuh.Tiba-tiba, suara pria berwibawa datang dari kerumunan orang di luar halaman, "ada apa ini?"Shao Yan mengerucutkan bibirnya, “karena kamu merahasiakan mengenai identitas Guan Lin ….” Setelah beberapa saat, dia kembali berkata, “aku pikir, aku hanya perlu bersabar sedikit. Aku hanya akan meracunimu secara perlahan. Begitu kamu mati, aku bisa menjadi Ketua Sekte Jin Jian.”Shao Yan berdiri, lalu melihat sekeliling dengan penuh semangat, “bukankah bagus? Aku sudah beberapa kali membayangkan diriku berdiri dan memerintah semua orang di Sekte Jin Jian sebagai seorang Ketua.” Senyuman cerah terbit di wajahnya, “Senior, bukankah itu bagus? Bisakah kamu membayangkannya?”Shao Yan terdiam selama beberapa detik, lalu lanjut berkata dengan wajah cemberut, “tapi siapa yang akan tahu kalau kamu ternyata menyiapkan anak kandungmu sebagai calon Ketua Sekte?!”Kening Guan Long berkerut, tiba-tiba saja dia terbatuk-batuk dengan hebatnya.Shao Yan berlari dengan panik, lalu menepuk-nepuk pelan punggung Guan Long, lalu berkata dengan wajah tertekan, “Senior, jangan terlalu bersemangat. Kemarah
“Ketua … maksudku ayahku kembali saat ibuku hamil. Dia ingin menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Sekte Jin Jian sebelum kembali dan menjemput Ibuku. Hanya saja, dia tidak pernah menduga kalau itu akan memakan waktu lama,” kata Guan Lin pelan. “Dia kembali empat tahun kemudian. Saat itu, Ibuku sudah meninggal, dan aku sudah dijual oleh Paman dan Bibiku ke pasar budak.”Li Jianli terdiam. Bibirnya sedikit pucat. Dia tahu kalau masa kecil Guan Lin menyedihkan, namun, dia tidak mengetahui detailnya. Dia hanya membiarkan Guan Lin menceritakan semuanya.“Saat itu, mana mungkin aku hanya berdiam diri? Aku selalu mencari kesempatan untuk melarikan diri. Namun, aku selalu tertangkap dan mereka akan selalu memukulku untuk membuatku patuh.” Ada seringai ejekan yang terlihat di bibir Guan Lin saat mengatakannya. “Suatu ketika, aku akhirnya bisa melarikan diri dan bersembunyi di sebuah gerobak sayur. Aku bersembunyi semalam penuh, dengan hati yang berdebar. Pada akhirnya, ketika pagi tiba, k
“Dari mana sekelompok orang itu berasal?” tanya Guan Lin seraya mengernyitkan kedua alisnya.Hao Yu menggelengkan kepalanya pelan, “tidak tahu. Mereka semua berperang. Aku langsung melarikan diri begitu melihat peluang.” Hao Yu terdiam sejenak lalu kembali berkata, “karena semua lukaku dan ditambah racun sial itu, aku memerlukan banyak waktu untuk kembali ke sini.”Guan Lin menghela nafas berat. Dia menepuk pundak Hao Yu pelan, “yang terpenting, kamu sudah kembali dengan selamat.” Suasana kembali berat ketika Guan Lin kembali menanyakan kelompok orang yang menyelamatkan Hao Yu, “apakah kamu tidak melihat tanda apapun dari mereka?”Kening Hao Yu berkerut. Dia terlihat berpikir keras selama beberapa saat. Setelah beberapa saat, dia menjawab, dengan sedikit ragu, “sepertinya … aku melihat sebuah tato kecil di punggung tangan mereka.”“Tato kecil? Apakah kamu ingat bentuk tato itu?” tanya Guan Lin.“Itu seperti … bentuk teratai berwarna hitam,” jawab Hao Yu. “Ya, terlihat seperti teratai
Tubuh Hao Yu menegang. Dia mengenali suara ini. Apakah Jun sudah mencurigainya sejak awal? Hao Yu tidak bisa berdiam diri lagi. Dia segera melompat ke udara, melarikan diri. Dia harus pergi dari tempat ini sesegera mungkin!“Kejar!” Suara Jun langsung membuat beberapa orang mengejar Hao Yu tanpa ragu. Hao Yu menoleh sekilas, dan bisa melihat delapan atau sembilan orang, termasuk Jun, mengejarnya dengan kecepatan penuh. Sedangkan penjaga lainnya harus tetap menjaga gerbang, bersikap waspada terhadap kemungkinan serangan lain. Mereka takut Hao Yu tidak datang sendiri, dan sedang melakukan taktik peralihan. Bagaimana kalau dia sedang memancing orang-orang untuk mengejarnya, memberikan kesempatan pihak lain untuk menyerang?Hao Yu mengumpat. Dia hampir saja bisa pergi tanpa kendala. Tapi pria bernama Jun ini benar-benar telah menghancurkan rencananya.Para pembunuh di belakang tidak ingin membiarkan Hao Yu berlari jauh. Mereka segera mengeluarkan senjata andalan mereka. Kebanyakan dari
Penjagaan di Kamar Utama Sekte Jin Jian juga terlihat ketat. Biasanya hanya ada dua penjaga yang menjaga pintu utama. Tapi kali ini, ada tambahan empat orang yang berjaga di setiap sudut ruangan. Bagaimana Hao Yu bisa masuk tanpa ketahuan?Hao Yu melihat ke arah atap. Hanya ada satu orang yang berjaga di sana. Dia melompat ke atas atap bangunan yang ada di samping Kamar Utama, mengeluarkan sebuah bambu panjang berukuran kecil, lalu meniupnya dengan kuat. Sebuah jarum melesat dengan cepat, menusuk tepat dileher pria itu. Dia menepuk pelan lehernya, mengira ada seekor serangga yang menggigitnya. Detik berikutnya, pandangannya berubah gelap.Hao Yu bergegas melompat untuk menangkap pria itu dan membaringkannya di atas atap. Obat bius yang diberikan Li’er sungguh luar biasa! Sangat ampuh!Hao Yu meletakkan jarinya di leher pria itu dan tertegun, ‘sial! Sepertinya aku mengoleskan terlalu banyak obat bius.’ Tapi setelah beberapa saat, dia menggangguk-anggukan kepalanya dengan puas, ‘tidak
Hao Yu tiba-tiba saja melihat seorang penjaga yang sedang berpatroli bergerak dengan gelisah. Penjaga berpakaian hitam itu sesekali memegangi perutnya. Tidak lama kemudian penjaga itu menepuk pundak seseorang yang ada di sebelahnya, lalu berkata, “Jun, aku benar-benar sudah tidak bisa menahannya lagi!”“Dasar bodoh! Aku sudah menyuruhmu untuk tidak makan terlalu banyak! Mengapa kamu tidak mendengarkanku?!” desis penjaga yang bernama Jun.“Tolonglah,” pria itu menatap mata Jun dengan tatapan memohon.“Pergilah! Tapi jangan berjongkok terlalu dekat dari sini!” jawab Jun acuh tak acuh.Pria itu mengangguk cepat, seperti ayam yang sedang mematuk nasi. Ya, selama dia bisa pergi untuk buang air besar, dia akan membawa dirinya sejauh mungkin. Dia segera berlari pergi, seperti sedang dikejar binatang buas. Dia takut Jun akan berubah pikiran.Mata Hao Yu berkilat tajam. Kesempatannya telah tiba!Matanya terus mengawasi pergerakan pria berbaju hitam yang gelisah itu. Tanpa diduga, pria itu ber