Lamunan Mahessa terhenti seketika ketika suara ledakan kecil terdengar dari luar rumah. Getarannya terasa di lantai, seperti gempa singkat yang mengguncang fondasi bangunan tua itu.
Ia berdiri reflek dari kursi rotan. Detak jantungnya melompat liar. Tak lama kemudian, suara pecahan kaca menyusul dari lantai bawah, disertai teriakan panik dari Lauren.
“Vanessa!” pekik Mahessa, langsung berlari menuju tangga.
Langkahnya baru mencapai anak tangga kedua ketika tiga pria bersenjata menerobos masuk melalui jendela belakang. Salah satunya berpakaian serba hitam dengan penutup wajah, dua lainnya membawa tongkat besi. Gerakan mereka cepat, brutal, dan terlatih.
Mahessa segera menarik Vanessa dari tempat tidur. Gadis itu baru saja terbangun, wajahnya pucat, panik, matanya mencari-cari jawaban.
“Ada apa, Mahes?”
“Diam. Ikut aku. Sekarang.”
Ia menggandeng tangan Vanessa, menyeretnya menyusuri lorong menuju loteng kecil—ruang penyimpanan barang-barang tua yang dulu sempat ditunjukkan Lauren. Loron