"Ayah ...!"
Boy azka dan Paul menoleh ke belakang.
"Syafa?"
Paul mengerutkan keningnya. Sepertinya Syafa masuk dari pintu belakang.Wanita itu sangat cantik dengan dress selutut dan rambut bergelombangnya digerai bebas. Riasan wajah naturalnya seakan memperjelas usianya yang masih sangat muda.
"Syafa? Kemarilah, Nak!" Boy merentangkan kedua tangannya dan menatap Syafa penuh rindu.
Syafa yang semula ragu, akhirnya mendekat dan menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan sang Ayah.
Kedua Ayah dan anak itu berpelukan cukup lama. Boy merasakan netranya mulai basah dibalik kacamata gelapnya. Moment yang sangat ia nanti-nantikan belakangan ini adalah memeluk putrinya. Pria paruh baya itu tak sanggup menahan rasa harunya.
"Mau ke rumah atau di sini saja, Pak?" tanya Paul hingga keduanya melepaskan pelukan.
Boy Azka melihat sekeliling. Cafe itu tidak terlalu ramai dan cukup tenang.
"Di sini saja," jawab pria paruh baya itu.
"Baiklah." Paul memberi kode pada salah satu pelayan cafe untuk