"Astaga ..., kenapa sakit sekali? Ya Tuhan." Aina menyeret kakinya menuju kamar. Keringat dingin mulai membasahi keningnya. Satu tangannya memegang perut.
Beberapa jam yang lalu di unit apartemen, Aina kebingungan hendak menghubungi siapa. Ia tidak mungkin egois untuk menghubungi Indra yang sedang membawa Anita ke rumah sakit.
Aina perlahan duduk di tengah ranjang sambil mengusap perutnya. Wanita cantik itu khawatir dengan kehamilannya. Mengalami dua kali keguguran membuatnya lebih waspada dengan kehamilannya yang sekarang.
"Siapa yang bisa menolongku? Paul? Tidak. Aku tidak mungkin minta tolong dia." Wanita itu terus membuka kontak nama di ponselnya. Hatinya mencelos, ternyata selama ini ia tidak punya banyak teman baik.
Tiba-tiba jarinya terhenti saat melihat kontak nama Maira di ponselnya. Ia melihat riwayat percakapan yang sudah lama dan belum dihapus. Beberapa kali ia meneror Maira dengan mengirim video-video mesranya dengan Raka dulu. Namun Maira tidak pernah membalas apapun