"Lintang, Lintang ...! Buka pintunya!" Boy Azka mengetuk keras pintu kamar putra sulungnya. Sementara Firda mengikuti suaminya dari belakang dengan cemas. Ia sangat paham dengan raut wajah Boy yang mendadak emosi. Ia berharap agar tidak terjadi keributan diantara ayah dan anak itu.
"Mas, ..., sabar, Mas!" Firda berusaha menenangkan suaminya. Satu tangannya mengusap lembut punggung Boy Azka.
Perlahan pintu terbuka. Lintang memang sudah rapi. Tapi tidak memakai pakaian formil. Pria tampan itu justru hanya memakai kaos polos dan jaket jeansnya.
"Mau kemana, Kamu?" tanya Boy tegas.
"Nongkrong. Udah ditungguin teman," sahut Lintang asal tanpa menoleh pada kedua orang tuanya.
Boy Azka menghela napas panjang. Berusaha meredam emosi yang hampir meledak. Namun sentuhan jemari Firda menyadarkan dirinya. Lintang sedang merasa cemburu. Semua tentang Syafa terlihat buruk dimatanya.
"Lintang, sudah saatnya Kamu tinggalkan kebiasaan nongkrongmu itu. Kamu sekarang seorang CEO. Jangn pernah mai