Aku tersentak ketika baru saja terjaga dari tidur. Mas Raka nampak sedang sibuk dengan laptopnya, seraya bersandar pada sofa panjang di ruang vip ini
"Mas ..., Apa sudah ada kabar dari Ayah tentang Hafiz?"
"Hei ..., kamu sudah bangun, Sayang?"
Raka segera beranjak menghampiriku.
"Hafiz sudah melewati masa kritisnya. Bu Nuri berhasil mendonorkan darahnya untuk Hafiz."
"Alhamdulilah. Syukurlah ..!" aku merasa sangat lega sekarang.
"Assalamualaikum ...!"
"Waalaikumsalam ...!
Aku semakin lega ketika melihat Ayah dan Bu Nuri datang dengan wajah berseri.
"Bagaimana kabar cucu Ayah?"
"Iya deh ..., yang dikhawatirkan Ayah sekarang cucunya terus. Anaknya kalah saing." Aku pura-pura merajuk.
Ayah terbahak-bahak melihatku memajukan bibirku.
"Non Shinta dan Tuan Raka pasti sangat senang sudah bisa berkumpul kembali." Bu Nuri berkata seraya memijit-mijit kakiku.
Pijatan Bu Nuri sungguh menenangkan. Aku selalu merasakan nyaman berada di dekat wanita ini.
"Bu ...." panggilku lembut ser