Aku segera mengejar istriku.
"Ayo A kita pulang," katanya sambil menyampirkan tas kecilnya di bahu.
"Loh kenapa, Neng? Ada apa?" Aku bertanya cemas, pasalnya baru kali ini aku melihat Asmi marah dan menangis seperti ini selama kami menikah.
Selama ini dia dihina-hina, dicemooh dan lainnya pun Asmi selalu sabar, tapi entah kenapa kali ini saat kak Alfa membahas orang tua Asmi, ia menangis sampai marah begini.
"Ayo Aa jangan banyak tanya," katanya lagi sambil berusaha menghapus air matanya.
Aku buru-buru mengambil kunci motor dan mengejar istriku keluar.
"Eh ada apa ini? Kenapa Asmi nangis?" tanya Bapak saat kami sudah naik motor.
"Gara-gara Jak Alfamaret, Pak," jawabku buru-buru, setelah itu aku melajukan motor membawa Asmi pulang.
Sampai di kontrakan aku memberinya minum, setelah Asmi tenang aku kembali mengintrogasinya.
"Neng kenapa? Ada apa tumben Neng nangis begini?" Serius aku bertanya.
Istriku menyeka air mata di pipinya. "Neng mah sedih A kalau ada yang bahas-bahas masalah kelua